Chapter 3

1063 Kata
Kini Kaira dan Reina tengah duduk di Caffe, mereka tampak menikmati suasana Caffe favorit mereka sejak sekolah menengah atas (SMA). Sambil mengobrol tentang masa kecil mereka saat dipanti, ya Reina adalah teman kecil Kaira saat dipanti, namun keberuntungan menghampiri Reina, dia diadopsi oleh orang kaya, mereka pun berpisah saat masih di sekolah dasar, dan dipertemukan di sekolah menengah Atas, karena Kaira dapat beasiswa di sekolah yang sama dengan Reina. "Gimana keadaanmu dan pasangan Aira? (Panggilan sayang Reina pada Kaira), baik-baik saja kan ?,“ tanya Reina pada sahabatnya. "Baik ko Reina, hanya .. Hanya satu kekurangan ku-" Kaira pun menunduk kan kepalanya terlihat sedih. "Apa Aira ?," Tanya Reina penasaran dengan ucapan ucapan Kaira. "Anak Reina, aku belum bisa memberi mas Arka seorang anak," Ucap Kaira dengan mata berkaca-kaca, membuat Reina ikut sedih mendengar penjelasan Kaira tentang kekurangannya. "Kamu jangan sedih Aira, mungkin belum siap kalian punya anak, berdo'alah, Tuhan tidak akan memberi ujian diluar kemampuan umatnya, pasti suatu saat kamu bisa hamil dan mempunyai anak, seperti istri yang lain dsn semoga itu Secepatnya," Ucap Reina memberi semangat pada sahabatnya sedari kecil itu. "Tapi sampai kapan Rei, sampai suamiku bosan menunggu dan meninggalkan aku, terus nyari perempuan lain buat gantiin poaisi aku, aku nggak akan sanggup Reina, nggak akan, aku lelah Reina, aku sudah lelah dengan sikap ibu mertuaku yang banyak menuntut hiks .., Aku lelah sangat Lelah Reins, ”Ucap Kaira dengan isak tangisnya. Membuat Reina pun ikut merasa sedih. Tak menyangka nasib sahabatnya bisa seperti itu. " Gimana kalau kamu Program hamil Aira ?, nanti biar aku bantu, "Ucap Reina mencoba memberi solusi pada sahabatnya Kaira langsung menatap wajah Reina dan tersenyum miris. "Aku sudah melakukanya, sudah banyak dokter kandungan yang aku dan mas Arka datangi, tapi hasilnya tidak ada, hasilnya Nol Reina." Reina langsung menerapkan sahabatnya yang kembali terisak dalam pelukan Reina, membuat Reina ikut menitikan air matanya. "Aku harus bagaimana Reina ?, kamu tahu sekarang ibu mertuaku menutut agar aku membujuk Mas Arka untuk menikah lagi dengan perempuan pilihannya hiks." Tangisan Kaira pun terdengar sangat memilukan. "Terus suami kamu mau Ai ?," Tanya Reina, Kaira menggelengkan sebuah kepalanya. "Nggak Na, Mas Arka menolaknya," Jawab Kaira dengan raut wajah sedihnya. "Bagus dong, terus kenapa kamu sedih dan menangis Ra?," Tanya Reina yang bingung dengan kesedihan Kaira. "Ibu mertuaku, dia terus menuntutku untuk membujuk mas Arka agar dia mau menikah lagi dengan wanita pilihannya,” jawab Kaira lalu melepaskan pelukannya pada Reina, dan menjalankan air matanya yang masih menetes dipipinya. "Apa !!,” Seru Reina setengah berteriak karena terkejut dengan Ucapan Kaira, membuat orang-orang yang ada dicaffe itu menoleh kearahnya. "Reina pelanin suara kamu," Ucap Kaira yang merasa tidak nyaman karena diperhatikan oleh orang-orang yang berada diCafe itu. "Iya maaf Aira, habis aku kaget kok ibu mertua kamu tega banget sih, malah maksa seorang istri untuk membujuk suaminya agar mau menikah lagi benar-benar wanita tidak waras," Ucap Reina dengan wajah penuh emosi setelah mendengar ucapan Kaira yang ternyata ibu mertuanya itu sangat kejam padanya. "Mungkin dia sangat menginginkan Cucu Na, jadi aku akan mengatakan seperti itu padaku, karena tidak dapat memberikan apa yang dia inginkan," Ucap Kaira lirih. "Masih aja dibela, aku heran deh sama kamu Ai, kok kamu bisa tahan ya perlakuan semena-mena ibu mertuamu sama kamu, emang kamu gsk pernah bilang sama suami kamu Ra ?," Tanya Reina. Kaira menggelengkan sebuah kepala. Jujur takut Arka semakin membangkang pada ibu yang telah melahirkan suaminya itu. "Aku tidak ingin mas Arka menghentikan ibunya Na, biarlah aku yang merasakannya sendiri, selama mas Arka masih baik dan mencintaiku, aku akan bertahan untuk tetap disisinya," Jawab Kaira yang kini terlihat kembali murung setelah berbicara seperti itu pada Reina. "Oke kalau gitu, terserah kamu saja tapi jika kamu membutuhkan bantuan dalam bentuk apapun itu, kamu jangan sungkan ya hubungi aku Aira, dan lagi jaga kesehatanmu, jangan terlalu menilai apa yang ibu mertuamu lakukan aku takut nanti kamu stres dan itu bisa berpengaruh besar pada kesehatanmu Ra, “Ucap Reina yang merasa simpati pada kehidupan sahabat kecilnya itu. " Iya Ra, Makasih ya udah dengerin keluh kesahku Na, aku nggak tau kalau nggak ada kamu, mungkin aku akan merasa sendirian saat mas Arka sedang tidak ada disisiku, "Ucap Kaira pada sahabatnya. "Ssssttt .., udah ah jangan ngomong gitu, jangan sungkan gitu dong Ra, kayak Sama siapa aja, kamu itu udah aku anggap seperti Saudaraku sendiri Ra, jadi jangan bilang makasih lagi ya, aku marah nanti kalau kamu bilang makasih lagi,” Ujar Reina. Kaira mengangguk dan tersenyum pada sahabatnya iyu, Kaira sangat bersyukur memiliki sahabat Seperti Reina yang tidak melupakannya meski sekarang dia sudah sukses, bahkan kaira dengar Reina setiap bulan memberi tunjangan ke panti asuhan untuk-adiknya yang berada dipanti Asuhan, Kaira sangat Bangga pada sahabatnya itu yang tidak melupakan tempat dia pertama kali mendapatkan kasih sayang setelah orang tuanya meninggal dan dia dititipkan oleh neneknya yang memang sudah tidak sanggup untuk merawat bayi yang masih berusia 5 bulan saat itu. "Ayo Aira makan, jangan kebanyakan melamun gak baik loh, nanti kesambet setan Cafe kan ngeri ,," Ucap Reina setelah pesanan makanan mereka datang dengan sedikit Candaan, agar tidak terlalu serius dengan obrolan mereka membuat Kaira terkikik geli mendengar Candaan sahabatnya itu, lalu Kaira pun mengangguk dan memakan makanannya. Setelah selesai makan Reina pun mengantarkan Kaira kerumahnya setelah mengantarkan Kaira, Reina pun kembali ke rumah sakit tempat dia akan praktek untuk kembali melayani orang yang akan konsultasi tentang kehamilan padsnya. Kaira pun masuk kerumahnya dengan perasaan tak menentu, dia teringat dengan ucapan sang ibu mertuanya. Dia pun masuk kekamarnya, lalu membersihkan badannya setelah pergi keluar rumah menemui sahabatnya, Kaira pun sudah selesai membersihkan diri, setelah memakai pakaian, dia pun menyandarkan dirinya dikepala ranjang, karena Arka melarangnya memasak. "Aku harus segera membicarakan tentang keinginan mommy pada mas Arka, lebih cepat lebih baik, semoga mas Arka mengerti dan mau menerima keinginan mommynya, ya Allah bantu hambamu ini membuka pintu hati mas Arka agar mau menerima keputusan mommy, untuk menikah dengan gadis pilihan Mommy, "Ucap Kaira lalu dia menatap langit-langit kamar dengan air mata yang menetes saat teringat ucapan ibu mertuanya, dia berpikir apakah dia akan kuat hidup satu atap bersama madunya dan harus berbagi pasangan kelak jika Arka Benar-benar menikah nanti. "Ayah, Bunda andai saja kalian masih hidup, mungkin hidupku tidak akan seperti sekarang ini hiks .., kenapa kalian dulu tidak mengajakku pergi bersama kalian saja waktu itu, kenapa aku harus merasakan penderitaan ini hiks .. hiks .." Kaira pun memejamkan matanya dengan air mata yang masih setia menetes Membasasahi pipi putih dan mulusnya itu. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN