bc

One Night Stand

book_age18+
13
IKUTI
1K
BACA
office/work place
love at the first sight
like
intro-logo
Uraian

Demi cita-cita dan impiannya, Hana Anindita rela menjual tubuhnya pada salah satu putra pengusaha kaya raya, Aroon Sanjaya. Beberapa tahun kemudian, takdir kembali mempertemukan mereka sebagai rekan bisnis.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Apakah cinta satu malam yang pernah mereka lalui bersama akan kembali bersemi?

Yuk simak kisah mereka di sini.

chap-preview
Pratinjau gratis
Pesta
Hana terus melangkah dengan anggun menyusuri koridor hotel. Belajar cara berjalan seorang sekertaris profesional sudah mejadi makanan sehari - hari nya selama dua tahun di Madrid. Dengan hills yang menghiasi kaki indahnya, dipadukan dengan gaun silver berbelahan hingga mengekspos paha mulus. Berpakaian seperti ini sudah tidak asing lagi bagi seorang Hana. Gaun dengan harga puluhan juta banyak berjejer di lemari pakaian yang ada di dalam kamar gadis itu. Sebagai seorang sekretaris pribadi dari pengusaha sukses seperti Ken, ia harus selalu siap sedia menggantikan sang sahabat, Nia, untuk menemani suami nya ke acara - acara penting seperti ini. Karena Nania seorang wanita yang memiliki bisnis sendiri dan sering bepergian keluar kota, maka wanita itu mempercayakan suaminya pada Hana-sang sahabat. Hana, Nania dan Kendrik sudah bersahabat sejak lama. Bahkan, kedua orang tua Nia dan Ken, membantu membiayai sekolah Hana. Mereka menganggap Hana seperti bagian dari keluarga. Dan karena hal itu pula membuat Hana begitu menyayangi Nania dan Ken. Apapun yang diinginkan oleh dua orang itu, tak pernah sekalipun Hana menolaknya. Ia akan melakukan apa saja demi Ken dan Nia. Ia selalu bersedia kapan pun Nia membutuhkan dirinya. Hana terus melangkah perlahan menyusuri koridor yang temaram dan sedikit menganggu konsentrasi penglihatannya itu. Meskipun begitu, ia tetap melangkah mencari toilet karena ada cairan yang sudah tidak bisa di pakai harus segera di keluarkan dari tempatnya. Gadis itu terlihat berhenti sebentar, lalu mengendarakan pandangannya, melihat ke sisi kanan dan kiri. Tapi, ia tidak mendapati pintu-pintu kecil yang biasa orang pakai untuk urusan pribadi mereka di sana. "Butuh bantuan, Nona?" Suara seorang laki - laki terdengar menyapa, membuat gadis itu menoleh. Menatap dengan seksama, ke asal suara yang baru saja menyapa dirinya. Namun, karena kurangnya pencahayaan di dalam ruangan itu, membuat penglihatannya berkurang dan tidak bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. "Aku sedang mencari toilet wanita." Jawab Hana setelah beberapa saat terdiam. "Tidak disini, Nona. Kamu salah melewati koridor." Ucap laki-laki itu lagi. "Terimakasih." Balas Hana kemudian segera membalik tubuhnya dan hendak melangkah meninggalkan tempat itu untuk kembali ke ruangan auditorium dimana acara sedang berlangsung. Wajah laki - laki terlihat sedikit tidak jelas karena kurangnya pencahayaan di koridor itu, sedikit membuat Hana takut. "Bagaimana kabarmu, Hana Anindita?" Suara laki-laki itu kembali terdengar, membuat lankah kaki Hanna kembali terhenti. Tidak banyak yang tahu nama panjangnya. Bahkan kolega dari Kendrik pun, hanya mengetahui nama depannya. Yah, orang lain yang tahu nama panjangnya hanya satu, yaitu laki-laki yang dulu ia berikan nomor rekening untuk transaksi pembayaran. Suara yang semakin terasa Familiar, membuat Hanna membeku. Ia tidak lagi melanjutkan langkahnya, namun, juga tidak berbalik melihat laki- laki yang semakin mendekat dan berdiri tepat di belakang nya. Suara langkah kaki laki-laki itu semakin mendekat, namun Hana masih belum berniat membalik tubuh nya. Setelah merasa mulai menguasai keadaan, barukah ia berbalik dan menatap laki-laki guna memastikan tebakannya benar atau tidak. "Kabarku baik, seperti yang kau lihat. Aku baik - baik saja." Jawabnya mencoba untuk tetap tenang. Ia mulai teringat seseorang di masa lalunya. Yah, selama ini, tidak ada orang lain yang mengenal nama panjangnya. Dan tebakannya benar, laki-laki yang kini sudah berdiri di depannya, adalah laki-laki yang dulu membeli tubuhnya. "Hei, ayolah Hanna, aku sangat penasaran seperti apa kehidupanmu setelah malam panas yang kita lewati malam itu. Kenapa kau menghilang begitu saja tanpa jejak?" Ujar laki - laki yang kini sudah berdiri tepat di depan Hana. Tadinya Hana begitu penasaran siapa gerangan laki - laki yang mengenalnya, karena selama ini, tidak pernah ada laki - laki yang masuk yang ada di dalam hidupnya selain Ken-sahabatnya. Namun, setelah laki-laki itu menyebutkan malam panas yang mereka lewati, ia sudah bisa menebaknya, karena hanya ada satu laki - laki yang pernah menghabiskan malam bersama nya dulu. Dan benar, Hana cukup terkejut, sangat terkejut. Beruntung ia memiliki dua kepribadian hingga dengan cepat bisa menyembunyikan ekspresi di wajah cantiknya. Hana berpura - pura tidak mengenal laki-laki itu, karena memang seharusnya memang seperti itu. Ia memang tidak tahu siapa sbenarnya laki-laki yang ada dihadapannya ini, hanya wajah tampan dan kehangatan malam itu yang masih membekas diingatannya sampai saat ini. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya ? Ataukah anda rekan bisnis dari pak Kendrik? Saya pelupa." Hana tersenyum, mencoba untuk tetap tenang meski jantung nya terus berdetak ingin keluar dari tempatnya. Beberapa saat kemudian, laki-laki itu menatap Hana tajam. Melihat ekspresi yang terlihat biasa-biasa saja di wajah cantik Hana ketika kembali bertemu dengannya, membuat laki-laki itu kesal. Seketika dia mendengus lalu melangkah pergi melewati tubuh Hana yang hampir ambruk di tengah koridor itu. Sungguh, ini adalah malam yang membuat jantung Hana bekerja sepuluh kali lipat dari biasanya selama hampir lima tahun ini. Bertemu kembali dengan laki - laki yang pernah berbagi ranjang dan kehangatan bersamanya dulu, hampir membuat Hana hampir saja lepas kendali dan memakinya dengan lantang karena sudah menipunya lima tahun lalu. Walaupun begitu, tidak bisa di pungkiri, laki - laki itu adalah orang yang pertama kali membuat jantungnya berdetak. Tepat di malam panas lima tahun yang lalu, padahal malam itu tidak ada arti apa - apa bagi keduanya. Tidak ada hubungan special di antara mereka. Kehangatan di atas ranjang yang mereka lakukan lima tahun lalu, hanya sebatas transaksi jual beli. Hana kembali menyentuh dadanya. Yah, detak jantung ini, masih sama seperti lima tahun yang lalu. "s**t !" Umpat Hana, saat ia kembali tersadar karena pertemuan singkat yang memacu adrenalinnya beberapa saat yang lalu, ia melupakan acara buang air kecil yang sudah tidak tertahan beberapa waktu lalu. Dengan cepat, Hana kembali melangkah mencari toilet, dan beruntung ia bertemu dengan office girl hotel lalu membantu mengantar dirinya ke tempat yang sebenarnya. Malam yang cukup memacu adrenalin. Bertemu dengan laki-laki yang beberapa tahun berusaha ia lupakan, membat dunianya sekan jungkir balik. Otak dan hatinya mulai melangkah berlawanan arah. Ingin membenci laki-laki yang pernah hampir membuatnya kehilangan nyawa itu, namun, entah mengapa hatinya seakan tidak bisa melakukan hal itu. Dalam langkahnya menuju toilet, Hana masih membisu. Bayangan wajah Aroon, serta tatapan hangat laki-laki itu ketika mereka bertatatpan di koridor tadi, tak ingin pergi dari pikirannya. Entah mengapa wajah tampan laki-laki yang pertama kali menikmati kesuciannya itu, kembali menghiasi pikirannya dan tak ingin pergi. “Toiletnya di sebelah sana, Nona.” Suara pegawai hotel, kembali menyadarkan Hanna dari lamunan. Usai mengucapkan terimakasih pada petugas hotel itu, Hana kembali melanjutkan langkahnya menuju toilet yang sebenarnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook