3. Malam Petaka 2

1104 Words
Nada segera mengedarkan tatapannya mencari keberadaan Azzam yang tak terlihat lagi di kursinya. Nada cukup heran karena Azzam begitu cepat hilang dari pandanganya padahal dia hanya berbincang sebentar dengan Rafael. Nada mencoba mencari keberadaan Azzam di setiap tempat yang bisa dijangkau matanya. “Kamu nyari apa, sih, Nad?” tanya Rafael penasaran. “Gak. Eh, kamu lihat tamu yang duduk di sana tidak, aku diminta pacarnya untuk memata-matai dia. Temanku takut kalau pacarnya selingkuh, Raf,” Nada menunjuk meja di mana Azzam duduk sebelumnya. Meja itu kini telah kosong karena kedua kliennya juga telah meninggalkan meja itu. “Mau-maunya kamu, Nad,” cibir Rafael. “Bukan gitu, soalnya mereka sebentar lagi mau nikah, jadi aku mau memastikan saja,” dalih Nada sambil menguntai senyum. “Tadi kayaknya mabuk jadi temannya meminta Bagas mengantarnya ke kamar di atas. “Kamar berapa?” “Entahlah, aku tak memperhatikan,” “Oh, aku pergi dulu!” Nada menghembuskan napasnya dengan lega, untungnya dia masih ingat nomor kamar yang didengarnya dari klien Azzam di toilet tadi. Dia harus secepatnya k e sana atau dia akan terlambat. Sepertinya orang yang ingin menjebak Azzam memiliki niat buruk pada laki-laki itu. “Nad, mau kemana?” tanya Rafael begitu melihat Nada hendak pergi. “Aku ada keperluan sebentar,” jawabnya dengan perasaan was-was. Nada takut sesuatu terjadi pada Azzam kalau dia terlambat. “Kalau Pak Hanung nanya aku jawab apa?” Pak Hanung adalah asisten manajer restoran, dia cukup ketat mengawasi karyawan terutama karyawan paruh waktu seperti dirinya. “Aku Cuma sebentar, kok. Terserah kamu mau jawab apa,” jawab Nada tak sabar, dia setengah berlari menuju lift untuk menuju lantai di atasnya. Nada berusaha mengingat kamar yang disebabkan klien Azzam tadi dan segera berlari menuju kamar itu. Nada menghirup napas lega saat pintu ruangan itu tak terkunci, mungkin si penjebak sengaja melakukannya agar mereka lebih mudah untuk melakukan sesuatu pada Azzam seperti mengambil foto-fotonya atau agar bisa memergokinya dalam keadaaan seperti itu. Nada segera memasuki kamar itu dengan hati berdebar dan dia langsung terkejut saat melihat Azzam dan gadis yang tadi menyiram bajunya tengah berciuman dengan panas. Tubuh bagian atas Azzam sama sekali tak mengenakan baju sedang perempuan itu mengenakan lingeri transparan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Nada merasa jijik melihat hal itu tapi dia menahannya demi menyelamatkan Azzam. Nada segera menarik tubuh gadis itu dan membuatnya terlepas dari laki-laki yang sangat dicintainya. Nada harus bekerja keras karena baik Azzam maupun gadis itu sama sekali tak mau dipisahkan hingga suatu saat Nada berhasil menarik gadis itu dan mendorongnya keluar kamar. Nada segera menutup pintunya begitu gadis yang tadi menyiram bajunya berada di luar kamar. Nada tak memperdulikan sumpah serapah yang tertuju kepadanya dari gadis itu. Baginya yang terpenting Azzam selamat dari jebakan gadis itu dan orang yang menyuruhnya. Sayangnya Nada melupakan satu hal, saat ini Azzam berada di bawah pengaruh obat yang membuatnya tak bisa menahan diri. Senyum di bibir Nada langsung menghilang begitu merasakan pelukan Azzam dari belakang. Azzam memeluknya erat dan menciuminya penuh nafsu tangannya juga bergerak liar di seluruh tubuhnya. Nada berusaha melepaskan diri dari pelukan Azzam tapi semakin dia berontak Azzam semakin kuat mencengkeramnya. Laki-laki tampan yang selama ini sangat dia kagumi dan dia cintai, malam ini berubah menjadi binatang buas yang siap menerkamnya. Nada hanya bisa berharap ada sebuah keajaiban yang bisa membuat Azzam sadar dan menghentikan perbuatannya. Sayangnya harapan Nada sia-sia, Azzam memerangkap Nada di pintu kamarnya dan mlucuti pakaiannya setelah itu Azzam mengangkat tubuh Nada dan membaringkannya di atas tempat tidur. Nada kembali berusaha memberontak tetapi tenaganya sama sekali tak sebanding tenaga Azzam. Akhirnya Nada hanya bisa meneteskan air matanya saat Azzam mulai melakukan aksinya. Nada berusaha menahan rasa sakit yang luar biasa saat Azzam menghujamkan miliknya ke dalam tubuhnya. Nada berusaha menahan d**a Azzam agar laki-laki itu menghentikan tindakannya tapi lagi-lagi tenaganya kalah dari Azzam. Nada hanya bisa berusaha menahan rasa sakitnya, dia merasa menyesal telah berusaha menyelamatkan Azzam karena kini justru dialah yang menjadi korban Azzam. Ya, Azzam telah merenggut kesuciannya yang ingin dia persembahkan kepada suaminya entah siapa kelak. Entah berapa kali Azzam melakukannya, yang jelas Nada merasa seluruh tubuhnya remuk. Nada merasa sangat lelah dan bertenaga tapi untuk bergerak pun dia tak bisa. Sebenarnya Nada ingin segera pergi tapi suara ribut di depan kamar terdengar riuh, Nada mendengar ada dua atau tiga orang yang berada di depan kamar, dia menduga mereka itu orang-orang yang dibayar oleh orang yang ingin menjebak Azzam untuk menangkap basah Azzam yang sedang berhubungan intim dengan orang suruhannya. Nada merasa panik saat mendengar ketukan di pintu kamar. Nada mendengar suara orang yang didengarnya di toilet tadi mengatakan kalau istrinya ada di kamar ini dan dia mengancam Azzam agar segera membuka pintunya. Nada menatap Azzam tertidur pulas setelah hasratnya terpuaskan sama sekali tak terganggu oleh keributan dipintu kamarnya. Nada menggigit bibir bawahnya dengan perasaan kalut. Tiba-tiba suara telepon terdengar di luar kamar, membuat semua orang menghentikan suara dan aktivitasnya. “Apa? Kamu tidak ada di dalam? Terus siapa yang bersama Azzam sekarang?” suara yang Nada kenal itu terdengar marah. Suasana diluar kamar kemudian sunyi sesaat. “Bodoh kamu! Kenapa kamu bisa gagal!” bentak suara itu. “Jadi Azzam bersama pelayan itu!” Setelah itu tak terdengar apapun, mungkin laki-laki itu sedang mendengarkan argumen dari lawan bicaranya. “Jadi kamu tak tahu mereka masih di dalam atau tidak? Pokoknya aku tak mau tahu! Kamu harus menerima hukuman dariku. Gara-gara ketidakbecusan kamu, proyekku gagal total!” Terdengar langkah yang berderap cepat meninggalkan tempat itu. Nada merasa lega, sambil menahan nyeri Nada berusaha bangkit dari tempat tidur, dia ingin segera kabur dari tempat ini secepatnya. Sayangnya begitu dia bergerak tangan kokoh Azzam segera menguncinya membuatnya tak bisa bergerak. Akhirnya karena kelelahan Nada tertidur dalam pelukan Azzam sepanjang malam itu. Keesokan harinya, Nada terbangun oleh teriakan Azzam. Laki-laki itu tampak sangat marah saat menemukan berada di tempat yang sama dengan Nada dengan tubuh telanjang dan tempat tidur yang berantakan. Sambil menahan nyeri, Nada berusaha bangun dari tidurnya. “Aku gak nyangka kamu tega menjebak aku seperti ini, Nad. Licik! Aku tahu kamu suka padaku tapi aku tak menyangka kamu tega mengkhianati sahabat kamu sendiri! Dhifa itu sudah menganggap kamu seperti saudaranya sendiri!” bentakan keras Azzam membuat Nada tertunduk. Nada terkejut melihat sisi lain Azzam yang tak pernah dilihatnya. Laki-laki ini biasanya santun dan tak pernah membentak orang-orang disekitarnya “Maaf, Kak. Aku sama sekali tak bermaksud untuk menjebak kak Azzam, saya hanya berusaha menolong kak Azzam dari jebakan klien kak Azzam. Dia yang mencoba menjebak kakak...,” “Omong kosong! Kamu pikir aku percaya?” Azzam melotot pada Nada. “Jangan harap aku akan bertanggung jawab!” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD