THE VOW

Part 2

Author Pov

Jasmine tidak kembali ke mansionnya. Dia lebih memilih menyuruh maid nya untuk merapihkan semua bajunya dan menyuruh supir untuk mengantarkan kopernya ke hotel yang sekarang Jasmine tempati.

Drtt...drtt...drtt

Sudah kesepuluh kali ponsel Jasmine berbunyi dan yang pasti Zelvin yang menghubunginya. Dan sudah ke 15 kali Zelvin mengiriminya pesan agar mereka bisa bertemu dan Zelvin bisa menjelaskan semuanya.

Tetapi, Jasmine tetap pada pendiriannya yaitu mengabaikan semua pesan dan telepon darinya dan juga dari semua keluarganya. Dia tidak akan bisa menahan tangisnya bila mendengar suara keluarganya yang pasti sangat khawatir dengannya.

Jasmine Pov

Tingtong...tingtong

Aku melihat dari lubang pintu kamar hotel sebelum membukanya untuk mengetahui siapa yang datang dan ternyata itu hanya supirku.

"Permisi nyonya, ini semua barang yang anda butuhkan dan ini suratnya,"

Aku mengambil surat itu dari tangannya lalu menandatanganinya dengan cepat dan menyerahkannya kembali dan memberitahunya agar mengantarkan surat itu ke perusahaan Zelvin.

Drtt...drttt.drtt

Aku melihat siapa yang menelponku kali ini dan lega karna itu bukan Zelvin tapi sahabatku. Aku sudah memberitahunya tentang hal ini dan hanya dia yang bisa membantuku untuk pergi dari negeri ini tanpa diketahui oleh keluargaku maupun Zelvin.

"Hallo Jasie, apa kau sudah siap ? Aku akan menjemputmu sekarang. Tenang saja tidak akan ada yang tahu,"

Ya sahabatku itu bernama Clarine Natasha, sejak kuliah aku sudah bersahabat dengannya dan dia juga sepupu dari my ex husband to-be. Dia pun tidak menyangka mengapa sepupunya melakukan hal yang sangat menjijikan ini.

"Aku sudah siap Clar, kau bisa menjemputku sekarang. Aku percayakan semuanya padamu. Nomor kamarku 209,"

"Baiklah, tunggu aku!"

Zelvin Pov

'Maaf nomor yang anda tuju tidak da-'

Shit!! sudah kedua belas kali aku menghubunginya tapi dia tidak pernah sekalipun menerimanya atau hanya membalas pesanku. Aku tau aku salah dan aku ingin menjelaskan semuanya tapi dia tetap tidak ingin mendengarkan apapun.

Tok..tok..tok..

"Masuk!!" Aku menjawabnya dengan nada yang kasar.

"Permisi pak, ini ada surat dari supir pribadi Nyonya Jasmine,"

Sekretarisku memberikan surat dengan map merah. Aku membukanya dan terkejut karna itu adalah surat perceraian dan Jasmine sudah menandatanganinya.

Tidak mungkin!!! Aku tidak ingin bercerai dengannya. Aku masih sangat mencintainya mana mungkin aku mau bercerai dengannya.

"Dimana sekarang supirnya?" Kataku dengan dingin

"Beliau sudah pergi pak. Beliau hanya menyerahkan surat ini kepada bapak dan berkata bahwa pengacara nyonya Jasmine yang akan datang di pengadilan nantinya,"

Apa maksudnya ? Kemana Jasmine kalau begitu ?

Arghhhsss!!! Aku melempar semua barang yang ada dimejaku dan semuanya jatuh berantakan dilantai. Aku menyuruh sekretarisku untuk pergi dari ruanganku, dan menelpon seseorang untuk mencari tahu dimana keberadaan Jasmine karna aku sudah memberitahunya untuk melacak dimana Jasmine berada sekaranh.

"Maaf tuan, kami masih belum bisa menemukannya. Seseorang menutup semua akses tentang nyonya Jasmine dan se-" nadanya terdengar ketakutan.

"AKU TIDAK PEDULI. CARI YANG BENAR DAN CEPAT, JIKA KALIAN TIDAK DAPAT MEMBERITAHUKU. AKU AKAN MEMECAT SEMUA ANGGOTA KALIAN TANPA MRNYISAKANNYA SATUPUN!!!" Aku menutup telpon dengan cepat dan langsung mengambil kunci mobil dan menjalankannya ke arah mansionku.

Sesampainya dimansion, aku melihat kedua orang tuaku dan orang tua Jasmine berada di ruang tamu. Mommy dan Mom Jasmine sudah menangis dipelukan daddy dan dad.

"Darimana saja kau?"

Daddy berbicara dengan nada tinggi, aku tahu daddy pasti sudah tau semuanya.

"Aku baru selesai bekerja." Kataku lemah.

Plakk!!!

Tamparan dari mommy sangat keras hingga kepalaku terantuk ke samping, pipiku sudah sangat memerah sekarang. Rasa sakit di pipiku tidak seberapa dengan rasa sakit Jasmine yang melihatku dengan jalang itu.

'Maafkan aku Jasmine, aku berjanji akan terus mencarimu dan akan menemukanmu dimanapun kau berada walaupun itu sampai bertahun-tahun' aku berjanji dalam hatiku.