Password WiFi

1015 Words
Benar dugaan Athar bahwa Archie sudah berada di gedung apartemen ini ketika ia menelepon. Buktinya tak sampai lima menit setelah Archie mengakhiri teleponnya, lelaki itu sudah sampai di depan apartemen Athar. Athar kini sedang berjalan ke pintu. Ia melihat ke interkom terlebih dahulu. Ternyata benar Archie yang datang. Athar segera membuka pintu kemudian. "Woah ... beneran namu sepagi ini ternyata." Athar menyambut Archie dengan sarkasme. Archie hanya segera masuk tanpa menunggu dipersilakan. Pandangannya menyapu segala sudut, seperti mencari - cari sesuatu. Atau seseorang lebih tepatnya. "Jadi ada apa kakakku yang tersayang tiba - tiba datang ke sini pagi - pagi buta? Nggak mungkin karena rindu sama adiknya, kan?" Athar lagi - lagi bertanya dengan kalimat yang cenderung mengejek. "Aku hanya ingin tahu Freya ada di sini atau tidak." Archie akhirnya mengatakan tujuan kedatangannya. Iya, kan? Sudah Athar juga. Archie memang ke sini untuk mencari Freya. Untung saja ia cepat tanggap. "Freya? Kembarannya Raya itu? Yang diculik sama Wardhana Dharma waktu itu?" Athar sengaja bersikap seperti itu untuk menimbulkan kesan bahwa mereka berdua tidak terlalu akrab. Archie menatap Athar. Seperti menelisik ada kebohongan atau tidak. Meski ia juga tidak yakin ada hubungan khusus antara Freya dan Athar, tapi entah mengapa perasaannya selalu tidak enak jika berhubungan dengan Freya dan Athar. "Dia ada di sini atau nggak?" Archie menanyakan hal itu sekali lagi. Athar segera tertawa. "Astaga ... kakakku sayang. Salah alamat lah kalau kamu cari dia di sini. Ngapain juga dia ke sini? Emangnya aku siapanya dia? Kami hanya pernah diculik bersama, bukannya pernah menghabiskan waktu berkualitas bersama. Aku bahkan sudah hampir lupa padanya kalau kamu nggak tiba - tiba Dateng nyariin dia di sini. Aneh banget." Athar menutup bicaranya dengan tertawa sekali lagi. Sementara Archie hanya diam. Masih menelisik kebohongan di wajah Athar. "Benar dia nggak ada di sini?" Archie benar - benar ingin memastikan. "Astaga Archie ... hanya karena wanita itu, pikiran kamu jadi semrawut begini. Kamu jadi kurang cerdas ya. Pikir lah, kenapa juga wanita bernama Freya itu ke sini? Dari mana dia tahu aku ada di sini? Dari mana dia tahu alamat apartemen aku, sementara kamu aja tadi masih tanya di lantai berapa letak apartemen aku ini. Kalau kamu nggak percaya, ya silakan aja cek ke semua ruangan. Masuk kamar sana, dapur, kamar mandi. Semua sudut apartmen, semuanya masukin aja." Athar lagi - lagi sengaja bersikap seperti itu. Karena ia tahu, kakaknya bukan tipe orang yang akan repot - repot menggeledah semua ruangan. "Lagi pula kenapa kamu nyari dia sampai segitunya? Kalian beneran lagi berhubungan serius? Kenapa nggak kamu telepon aja? Atau jangan - jangan kalian lagu bertengkar akibat kesalahan kamu. Makanya dia kabur tanpa kabar, dan kamu merasa bersalah. Bena begitu?" Athar menyeringai. Tak mempedulikan tatapan tajam sang kakak. "Kamu nggak perlu tahu lah. Urusan aku di sini udah selesai. Aku harus segera kembali ke Kediri." "Ya sudah sana pergi. Pagi - pagi bikin ribut di rumah orang. Nggak tahu malu." "Jaga mulut kamu." Archie melihat ke sekeliling sekali lagi. Matanya terhenti ketika melihat kamar Athar yang tertutup rapat. Bagaimana kalau Freya ada di sana? Ah tidak - tidak. Benar kata Athar tadi. Mereka hanya sebatas pernah diculik bersama. Tidak ada hubungan apa pun lagi setelah itu. Maka tidak mungkin Freya ada di sini. Archie hanya berusaha yakin bahwa saat ini Freya sudah kembali ke Kediri dengan aman. Semoga saja. *** Sepeninggal Archie ... Athar menunggu beberapa saat. Takutnya Archie tiba - tiba kembali. Tapi ternyata tidak. Archie sudah benar - benar pergi. Athar pun cekikikan karena melihat kakaknya yang nampak kalang kabut dan berantakan. Athar kemudian masuk lebih dalam ke area apartemen. Kemudian ia mengetuk kamarnya sendiri. "Freya ... ayo buka pintunya. Archie udah pergi." "Beneran udah pergi?" Freya segera menanggapi. "Ya beneran lah. Ayo cepet buka pintunya. Aku mau ambil baju, mau siap - siap berangkat ke kantor." Tak perlu waktu lama, Freya akhirnya benar - benar membuka pintu kamar. Ia celingak - celinguk kanan kiri guna memastikan Archie benar - benar sudah pergi. Wanita itu kemudian menghela napas panjang, mengekspresikan kelegaan. "Astaga ... jantung aku udah mau copot rasanya." Freya mengelus - elus dadanya. Athar hanya tertawa sembari menyelinap masuk ke kamar. "Kamu nanti mau sarapan apa, biar aku kirimin nanti." Athar masih sempat - sempatnya menanyakan Freya ingin makan apa. Padahal ia sendiri sedang buru - buru. "Apa aja deh. Samaan kayak kamu aja. Aku ngikut." "Beneran sama kayak aku? Kalau nggak sesuai selera kamu gimana?" "Ya nggak apa - apa. Orang laper mah apa aja dimakan." "Ya udah kalau gitu." Athar keluar dari kamar membawa satu stek tuxedo. Ia kemudian masuk ke kamar mandi yang ada di luar kamar. Mamanya juga apartmen mewah. Kamar mandinya lebih dari satu. Tidak hanya di tiap kamar, tapi juga di seluruh penjuru rumah. Bahkan kamar mandi tamu pun ada. Freya kembali dibuat terpana dengan penampilan maskulin Athar sekeluarnya lelaki itu dari kamar mandi. Ia nampak begitu gagah, dengan rambut yang sudah disisir rapi. Aroma parfum mint bercampur Cendana menguar dari tubuhnya. Menambah kesan tampannya berkali lipat. Astaga ... Freya bisa gila jika disuguhi pemandangan seperti ini terus setiap hari. Athar melenggang kembali ke kamar. Ternyata ia mengambil tas dan keperluan kantornya yang lain. "Aku habis ini langsung berangkat ya, Frey. Kamu boleh ngapain aja, deh. Biar nggak bosen. Asal jangan bakar apartemen aja, ya. Oh iya, aku ada laptop di laci. Biasanya buat nge - game. Bisa kamu pakai dulu buat ngilangin bosen. Password WiFi - nya, v1rendra. Huruf i - nya pakai angka satu." Freya hanya menjawab dengan satu kata, "oke." "Frey, nanti kalau ada yang Dateng, lihat interkom dulu ya. Kalau kurir nganter makanan, bukain aja. Tap kalau selain itu jangan. Biarin aja. Oke?" Freya mengangguk, dan lagi - lagi hanya menjawab dengan satu kata, "oke." "Ya udah, aku berangkat beneran ya." "Iya." "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Freya mengantarkan Athar sampai pintu keluar. Kemudian ia kembali menutup pintu setelah lelaki itu benar - benar berangkat. Freya bersandar di balik pintu untuk beberapa saat lamanya. Berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdetak kencang seperti genderang mau perang. Kemudian Freya berlari kecil menuju ke kamar, mencari laptop yang dimaksud oleh Athar tadi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD