Merasa Puas

1057 Words
'Freya ... kenapa akhir - akhir ini kamu sangat sulit dihubungi? Aku rindu, Frey. Ayo ketemu. Ayo kencan aja kalau kamu nggak mau tidur sama aku lagi. Berapa pun yang kamu inginkan akan aku kasih, Frey.' Lelaki tua Bangka hidung belang itu mengirim pesan lagi. Lama - lama risih juga Freya. Padahal Freya sudah sering mengatakan bahwa ia tidak menerima segala ajakan lagi. Karena ia sudah pensiun dari dunia malam. Karena hidupnya sudah berubah. Freya sudah tidak mau diusik oleh segala pesan tak penting dari para pelanggan setianya dahulu kala. Terlebih si tua hidung belang yang merupakan b***k cinta terbesarnya. Ya, seseorang yang sudah memberinya sebuah rumah mewah. Tanpa pikir panjang, Freya segera memblokir nomor si tua Bangka itu. Biar saja dia sedih dan menangis seperti bayi minta s**u. Iya kalau Freya tidak pernah menjelaskan. Ia sudah berulang kali menjelaskan. Tapi si tua Bangka malah berlagak menjadi orang bodoh. Pura - pura tak mengerti. "Apa ada seseorang yang menggangu Anda, Nona?" Adity, perempuan berkulit sawo matang dengan paras manis itu segera bertanya pada Freya. Adity adalah ajudan pribadi Freya yang dipekerjakan oleh Archie. Sudah beberapa hari ini ia mengabdi dengan begitu baik. Adity benar - benar seorang profesional. Selain menjadi ajudan Freya, ia juga merangkap supir pribadi yang mengantar Freya ke mana pun. Termasuk berangkat kerja, pulang kerja, dan ke mana pun Freya ingin pergi. "Nggak, kok. Itu tadi bos aku di bank. Bilang jangan sampai terlambat lagi hari ini, karena ini akhir bulan. Ada cash opname yang melelahkan nantinya." "Oke, Nona. Katakan pada saya kalau ada orang yang mengusik Anda." Adity kemudian kembali fokus menyetir. "Iya." Freya saat ini sebenarnya masih dalam proses adaptasi. Sejujurnya ia juga belum merasa nyaman hidup seperti ini. Sejak ada Adity, ia tidak lagi pulang pergi naik taksi online seperti dulu. Ia merasa seperti kehilangan sesuatu. Ia teringat ketika ia naik taksi online Athar untuk pertama kalinya dulu. Ia langsung sadar seseorang itu mirip si bungsu Virendra, tapi hanya tak menyangka ia benar - benar si bungsu Virendra yang kurang kerjaan. Membayangkan itu Freya tersenyum sendiri. Kemudian keesokan harinya ia mulai terlibat perang dingin dengan Athar, sampai terakhir kali mereka bertemu pun, Athar dan Freya masih mengibarkan bendera perang satu sama lain. Tapi anehnya akhir - akhir ini Freya semakin sering memikirkan Athar. Bertanya - tanya apakah Athar masih tetap menjadi super taksi online? Apakah ia sibuk? Apakah ia juga memikirkan Freya? Apakah ia baik - baik saja? Freya benar - benar penasaran ingin tahu. Ia juga sudah tidak bertemu Archie sejak saat itu. Archie terlalu sibuk. Tapi Freya tak terlalu memikirkan lelaki itu. Dengan bertukar kabar melalui ponsel, sudah cukup untuknya. Tapi untuk bertemu dengan Athar lagi ... apakah masih mungkin? Sementara kehidupannya setiap saat kini selalu diawasi. Dan setiap yang dilakukan olehnya dilaporkan oleh Adity pada Archie. Kehidupan Freya yang sekarang, sama sekali tidak asyik. *** Hari ini Athar kembali ikut menghadiri rapat di Virendra Inc. Masa penobatannya menjadi CEO di cabang Virendra Inc. semakin dekat. Bukan makin semangat, Athar justru menganggap semua ini sebagai beban. Tidak, bukan tanggung jawab sebagai CEO yang membebaninya. Tapi hal lain. Athar bertemu dengan Archie terlebih dahulu di ruangan sang kakak. Archie rupanya tengah sibuk mengolah data yang hendak ia presentasikan pada rapat nanti. "Berikan materi yang harus aku sampaikan," ucap Athar begitu sampai di hadapan sang kakak. Archie yang masih konsentrat mengolah data, hanya melirik adiknya sekilas. Ia kemudian membuka laci, mengambil sebuah chip, memberikannya pada Athar. Athar memasukkan chip itu ke dalam sebuah card reader, lalu menghubungkan ke ponselnya melalui kabel otg. Ia segera membuka isi data dalam chip, ikut mempelajari isinya dengan serius. Beberapa saat kemudian Athar sudah selesai. Berbeda dengan Archie yang masih sibuk. Tentu saja karena materi yang akan Archie sampaikan jauh lebih banyak dibandingkan Athar. "Lima menit lagi rapat dimulai," ucap Athar. Memang sengaja untuk mengganggu konsentrasi kakaknya itu. Archie hanya diam, masih terus berkutat dengan layar komputer. Ia tahu Athar hanya berusaha mengganggunya. "Aku mau tanya sesuatu." Athar lanjut bicara. "Gimana sama Wardhana? Apa kamu udah berhasil tangkap dia?" Mendengar nama Wardhana disebut, seketika Archie kehilangan konsentrasi. Kesal karena Athar tiba - tiba membicarakan si gila itu. "Itu bukan urusan kamu," jawab Archie singkat. "Tentu saja itu urusan aku," sergah Athar. "Dia pernah hampir bunuh aku. Tentu ini urusan aku juga." Archie geram mendengar jawaban Athar. Ia seketika teringat dengan obrolannya dengan Freya sore itu, ketika ia datang menemui Freya pasca peristiwa penculikan untuk pertama kalinya. "Aku nggak tahu gimana jadinya kalau nggak ada Athar bersama aku. Aku pasti sudah 'habis' oleh Wardhana. Athar berusaha melindungi aku sekuat tenaga. Bahkan dia sudah luka parah. Tapi dia ngga peduli. Aku ngerasa bersalah banget sama Athar." Kata - kata Freya yang membuat Archie merasa panas. Archie tak tahu saja bahwa Freya sengaja mengatakan itu semua, memang untuk membuatnya cemburu. Sehingga Freya bisa lebih leluasa melihat keseriusan perasaan Archie padanya. Dan Archie kini semakin membenci adiknya karena itu semua. "Wardhana sudah jadi urusan aku. Kamu nggak perlu tahu lagi tentang lelaki itu. Lebih baik kamu fokus dengan rencana pelantikan kamu." Archie akhirnya mengatakan itu saking kesalnya. "Kenapa kamu begitu angkuh? Padahal aku hanya bertanya. Wajar aku ingin tahu bagaimana perkembangan si tersangka dalam kasus yang hampir merenggut nyawa aku. Atau jika kamu kesulitan tangkap dia sendirian, aku bisa bantu. Karena selain melibatkan aku, peristiwa itu juga melibatkan Freya. Jika semakin lama buron, Wardhana bisa menyakiti Freya lagi, atau justru akan makin banyak korban jika dia nekat." Nama Freya disebut secara gamblang oleh Athar. Membuat Archie semakin merasa panas. "Kamu nggak usah khawatirkan Freya. Dia sudah aman. Tentu aku melindungi dia sekuat tenaga, nggak akan aku biarkan Wardhana tangkap dia lagi." "Lebih baik kamu fokus menangkap Wardhana, dibandingkan kamu harus mengekang Freya. Dia pasti ngerasa ngga nyaman." Archie tak habis pikir. Apa Athar tahu jika ia menyewa seseorang untuk me jadi ajudan pribadi Freya? "Aku nggak ngekang Freya. Aku hanya ingin melindungi dia dengan menyewa jasa profesional. Lagi pula dari mana kamu tahu tentang itu? Apa Freya yang ngasih tahu kamu?" Athar menggeleng. "Jika aku jadi kamu, aku akan lebih memilih fokus menangkap Wardhana, situasi jadi aman. Dari pada Freya terus terancam akan tertangkap dengan berkeliaran di dunia luar sendirian." Archie lalu beranjak, ia mendahului Athar keluar dari ruangannya untuk segera menuju ke ruang rapat. Sementara Athar sedang menyeringai di tempat duduknya. Merasa puas karena sudah membuat Archie kesal. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD