Sosok Berarti

1055 Words
Selesai merapikan dan membersihkan seisi rumah Athar, Freya segera menuju ke kamar mandi. Ia bergegas membersihkan diri dari ujung kepala sampai kaki. Selesai, ia mengenakan pakaian yang dibelikan oleh Athar. Setelan baju dengan motif tie dye dengan warna dasar putih, dan corak biru elektrik. Freya menatap dirinya dalam cermin. Tidak menyangka, ternyata dengan pakaian yang bukan Seleranya, baik dari segi merk atau pun harga, ternyata penampilannya masih tetap baik. Dan ia tidak menyangka, mengenakan setelan lengan panjang dan celananya pun juga panjang, tubuhnya tetap terlihat bagus. Memang begini kan selera Athar. Pakaian yang sopan dan tertutup, tidak mengumbar aurat. Freya yakin, Athar juga sering memberi tahu Jena untuk berpakaian lebih tertutup. Mengingat Jena gaya berpakaiannya sebelas dua belas dengan Freya. Betapa beruntungnya Jena yang telah mendapatkan kasih sayang melimpah dari Athar Freya kemudian melipat tiga stel baju serupa yang lain. Ya, Athar membelikannya empat stel sekaligus. Athar pikir Freya akan cukup lama di sini. Tapi tidak. Setelah Freya pikirkan, tentu ia tidak bisa berlama - lama di sini. Ia tidak bisa terus - menerus bersembunyi. Ia juga punya pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan lama - lama. Freya harus segera pergi dari sini. Dan itu adalah sekarang. Freya mengambil sebuah kertas note dari laci. Juga sebuah pulpen. Ia segera menulis di atas secarik kertas itu. 'Dear Athar. Makasih sekali lagi karena udah baik sama aku. Aku tadi baca salah satu koleksi buku kamu di rak. Di dalam buku itu, aku nggak sengaja menjatuhkan satu lembar uang 100 ribuan. Maaf uangnya aku ambil, ya. Akan aku gunakan sebagai ongkos pulang. Nanti saat kita bertemu lagi, aku janji akan tukar uangnya. Aku pergi. Aku harap apa yang sudah aku lakukan sudah setimpal untuk menukar kebaikan kamu ke aku. Jaga kesehatan, dan sampai ketemu lagi.' Itu yang Freya tuliskan. Freya tersenyum membaca catatan kecilnya untuk Athar. Freya menempelkan kertas note itu pada pintu kulkas. Freya lalu memasukkan baju - bajunya ke dalam tas kertas. Lalu membawa serta baju pemberian Athar itu. Selain karena Freya suka, ia juga ingin menghargai pemberian Athar. Ia tentu akan menyimpan baju - baju ini dengan baik. Dan akan ia gunakan dengan sering. Siapa juga yang tidak senang mendapat hadiah dari seseorang yang memiliki tempat spesial di hati? Freya menutup pintu dari luar. Dan ia kemudian benar - benar pergi dari sana. Freya memasuki lift, menekan lantai satu. Sampai di area luar apartemen, Freya segera menuju ke pinggir jalan raya. Ia berdiri di sana untuk menunggu bus kota yang berjurusan ke Kediri. *** Archie segera mengambil ponselnya bahkan ketika ponsel itu baru satu kali berdering. Telepon dari Reyhan. Ekspektasi Archie, Reyhan akan memberi perkembangan kabar tentang pencarian Freya. Semoga saja. "Iya, Rey?" "Archie ... baru saja aku melihat seorang wanita yang mirip Freya. Dia sedang berada di dalam bus kota. Aku nggak sengaja lihat dari kaca bus itu." Detak jantung Archie terpacu kencang. Akhirnya setelah belasan jam tanpa kabar. Ada juga perkembangan tentang keberadaan Freya. "Rey, tolong ikuti bus itu, ya. Aku hanya ingin memastikan Freya selama sampai tujuannya. Entah ke mana dia mau pergi. Tapi sepertinya dia masih enggan ketemu sama aku. Pastikan dia selamat sampa di rumahnya ya." "Ya, aku akan mengawal dia dari jauh." "Thanks, Rey." Setelah mematikan sambungan, Archie meluapkan rasa syukurnya. Baru kali ini ia merasa begitu bersyukur. Ia sangat takut sebelumnya. Takut akan kembali kehilangan. Bahkan lukanya karena ditinggal oleh Raya belum hilang. Dan sekarang ia terancam akan kehilangan lagi. Tapi ternyata itu tidak benar. Saat ini Freya selamat. Di lain waktu, kala Wardhana Dharma suda melancarkan aksi kembali, segala kemungkinan bisa terjadi. Archie harus mengupayakan segala cara untuk segera bisa menangkap lelaki gila itu. *** Bus ini akhirnya sampai di area Kediri. Itu membuat Freya lega sekaligus sedih. Lega karena ia kini semakin dekat dengan rumah. Sedih karena entah kapan ia akan bisa bertemu dengan Athar lagi. Bukan untuk apa - apa. Hanya dengan bertemu atau melihat Athar, itu sudah cukup membahagiakan bagi Freya. Sungguh. Jika saja ia sudah kaya raya. Jika saja ia tidak punya pekerjaan. Ia akan memilih untuk tinggal di Pare, supaya bisa sering melihat Athar. Sayangnya ia masih punya banyak mimpi yang harus digapai. Maka ia harus fokus terhadap mimpinya dulu. Mimpi yang sebentar lagi akan bisa ia gapai. Sesungguhnya rada kesalnya pada Archie sudah banyak mereda. Memang waktu adalah obat paling ampuh. Jika saja Archie menemuinya hari ini, bisa jadi Freya sudah tidak perlu kabur lagi. Bus ini sudah sampai di halte terdekat dengan rumah Freya. Freya segera berdiri untuk turun. Meski masih agak jauh letak rumahnya, tapi tak apa. Freya akan berjalan kaki Sekalian olah raga. Ketika berjalan terus, Freya merasa sedang diikuti oleh seseorang entah siapa. Ketika Freya menghadap ke belakang. Ternyata tidak ada siapa - siapa. Begitu terus sejak tadi. Karena teringat dengan peristiwa penculikan dirinya dan Athar oleh lelaki bernama Wardhana Dharma, Freya jadi semacam memilikinya trauma. Kini ia takut jika seseorang yang mengikutinya adalah di Wardhana Dharma itu. Freya sedikit menambah kecepatan berlarinya. Pagar rumahnya sudah terlihat dari sini. Freya semakin mempercepat langkahnya. Ia berlari cukup cepat. Sampai ia berada di depan pagar. Penjaga pintu langsung membukakan pintu gerbang untuk sang majikan. Tanpa berpikir lebih lama, Freya segera masuk ke dalam sana. *** Reyhan tertawa melihat Freya berlari panik. Ia sebenarnya kagum dengan intuisi yang dimiliki gadis itu. Ia bisa tahu sedang diikuti seseorang meski Reyhan sudah menyembunyikan diri sebaik mungkin. Mamanya Freya kabur terbirit seperti itu. Menyangka yang mengikutinya adalah Wardhana Dharma. Kini tugas Reyhan sudah selesai untuk mengikuti Freya sampai rumahnya. Tinggal tugas yang lain bersama tim gabungan Pare dan Kediri, untuk meringkus Wardhana Dharma. Sebelum pergi dari sana, Reyhan terlebih dahulu mengambil ponsel dari dalam saku. Ia mendial nomor Archie. Seperti sebelumnya, Archie pun langsung mengangkat telepon darinya dengan cepat. "Gimana, Rey?" Nada suara Archie terdengar penasaran sekaligus khawatir. Pasti karena Freya adalah seseorang yang begitu berarti untuknya. Tentu saja. Archie sudah pernah kehilangan. Tentu lelaki itu mengupayakan yang terbaik untuk tidak kehilangan sekali lagi. "Syukur lah, Ar. Freya sudah sampai di rumahnya dengan selamat." "Akhirnya ... syukur lah." Meski hanya tiga kata sederhana, tapi Reyhan bisa mendengar kebahagiaan yang begitu besar tersirat di baliknya. "Thanks, Rey." Archie bahkan mengucap terima kasih berulang kali hari ini. Padahal sebelumnya Archie termasuk sosok angkuh yang sulit mengucapkan terima kasih. Ya, tentu saja. Reyhan berusaha memaklumi. Karena Freya ... sekali lagi adalah sosok yang berarti untuknya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD