Manusia Kotor

840 Words
Lelaki paruh baya dengan tinggi di atas rata - rata, sekitar 190 cm, memasuki kamar lembab nan gelap ini. Wajahnya nampak bengis dan kejam. Ia menyeringai menatap Athar dan Freya satu per satu. Ia kemudian menyentuh bagian rahang bawah sampai dagu Freya. Ia berlutut, mendekatkan posisi mereka, wajahnya dengan Freya hanya berjarak beberapa senti saja. Freya sampai bisa merasakan embusan napas lelaki itu yang mengenaik pipinya. Freya memekik ketika lelaki itu menarik rahang dan dagunya dengan kuat. Hanya dengan satu tangan, wajah Freya yang mungil sudah habis tenggelam di sana. "Selera si Archie masih sama, hm. Wajah kamu sangat mirip dengan Raya. Aku dengar kalian kembar, hah? Haha ... ironi macam apa ini. Archie terjerat dalam cinta dua saudara kembar yang sudah lama terpisah. Luar biasa sekali. Bisa jadi Archie tidak tertarik sama kamu. Dia hanya belum bisa melupakan Raya. Cinta sejatinya yang sudah mati di tanganku." Lelaki itu tertawa keras sekali. Ia kemudian melepaskan Freya. Meninggalkan Freya -- dan juga Athar -- yang begitu terkejut dengan apa yang orang itu katakan. Raya meninggal ternyata ... bukan sebuah kecelakaan? Melainkan dihabisi oleh orang ini? Orang itu Beralih pada Athar di sebelahnya. Lelaki itu menarik kerah baju Athar. "Apa yang kamu lakukan, hah? Kamu tadi pergi berdua saja dengan pacar Kakak kamu sendiri? Apa kalian ada hubungan di belakang Archie?" Lelaki itu tertawa keras sekali lagi. "Kasihan sekali si Archie, dikhianati oleh adik dan pacarnya sendiri." Ia kemudian melepaskan tarikannya dari kerah baju Athar. Athar nampak sangat marah pada orang itu. "Sebenarnya kamu ini siapa? Apa urusan kamu dengan kakakku?" Lelaki itu tertawa meremehkan. "Coba tanyakan sendiri pada kakak kamu si Archie itu. Apa yang sudah ia lakukan pada Wardhana Dharma." Wardhana Dharma? Athar mencoba mengingat nama itu. Tapi sama sekali tidak menemukan petunjuk. Jika orang ini adalah saingan bisnis, Athar pasti mengenal namanya. Karena meski terlihat cuek, ia sudah banyak belajar dan mengetahui banyak hal tentang Virendra Inc. berikut pada pesaing bisnisnya. Saingan secara pribadi? Tapi masalah apa? Masalah wanita, kah? Selama ini Archie hanya dekat dengan Raya dan Jena. Itu yang Athar tahu. Jika ada lelaki lain yang mendekati Raya dan Jena, Athar pasti tahu. Tapi ia tidak tahu orang ini. Jadi pasti bukan urusan asmara juga yang mendasari orang ini begitu membenci Archie. Dan ... usia orang ini sepertinya terlalu tua untuk bersaing masalah asmara dengan lelaki seumuran Archie. "Kalau kalian diberi umur panjang, silakan kalian tanya sendiri pada Archie. Siapa itu Wardhana Dharma. Tapi kalau nyatanya kalian harus mati di sini, berarti kalian tidak aka menemukan jawaban itu." Wardhana tertawa sekali lagi. Lelaki itu kembali mendekati Freya. Ia menyentuh pipi Freya mengelusnya. "Kamu sangat cantik. Kamu dan Raya memang sangat cantik. Wajar kalau Archie terjatuh begitu dalam dengan pesona kalian. Kira - kira apa yang akan Archie lakukan, jika wanita yang ia kagumi, sudah lebih dahulu aku cicipi." Wardhana dengan cepat tergerak mendekatkan bibirnya dengan bibir Freya. Mencium paksa wanita itu. Freya berusaha menghentikan Wardhana, tapi tidak bisa karena tubuhnya dikunci oleh dekapan tubuh menjijikkan Wardhana. Athar tentu saja tidak tinggal diam. Meski ia sangat membenci Freya, meski ia tahu Freya bukan wanita baik - baik, mencari uang dengan cara tidak baik, tetap saja Athar tidak akan membiarkan hal menjijikkan semacam itu terjadi di depan matanya. Ia segera mendorong Wardhana dengan sekuat tenaga. Sampai lelaki tinggi besar itu tersungkur. Tentu saja Wardhana begitu murka. Raut bengisnya semakin menjadi - jadi. Freya segera memundurkan posisinya mendekati dinding. Ia begitu ketakutan saat ini. Sebaliknya Athar begitu berani menantang Wardhana. Padahal jelas - jelas secara fisik ia kalah telak. Athar memang tinggi 183 cm, namun tubuhnya tida proporsional seperti sang kakak. Ia bisa saja langsung KO dengan sekali mendapatkan pukulan dari Wardhana. Tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin melindungi seorang wanita. Ia tidak masalah celaka atas demi melakukan hal yang benar. "Apa yang kamu lakukan, hah? Kamu berani mendorong aku?" Wardhana memaki - maki Athar. Keduanya kini saling berdiri berhadapan. Wardhana berteriak tepat di depan wajah Athar. Athar belum memberi tanggapan apa pun. Hanya menatap Wardhana dengan tajam. "Lelaki macam apa yang melawan musuhnya dengan menyandera orang terdekat sang musuh? Itu namanya pengecut. Itu namanya banci. Kalau berani hadapi satu lawan satu di depan. Jangan beraninya main belakang. Dasar banci!" Athar lalu meludahi wajah Wardhana tanpa keraguan sedikit pun. Freya sampai heran bagaimana bisa Athar begitu berani pada orang itu. Terang saja Wardhana begitu marah sekali lagi. Ia tidak ragu melayangkan pukulan pada Athar. Namun dengan cepat Athar menghindar. Keduanya benar - benar terlihat adu satu lawan satu. Freya tidak berani melihat. Baru kali ini dalam seumur hidupnya, ia merasa begitu takut. Ia takut terjadi sesuatu pada Athar. Sudah terlalu banyak hari ini lelaki itu menolongnya, berkorban untuknya. Meski Athar tahu segalanya tentang dia, Athar tetap menolongnya. Kondisi kepala Athar sudah parah. Apa yang akan terjadi lagi nanti jika ia bertarung dengan Wardhana yang secara fisik sama sekali tidak seimbang dengannya. Freya ingin minta tolong, tapi bagaimana caranya. Ia bingung. Ia hanya bisa berdoa -- entah doanya akan didengar oleh Tuhan atau tidak, karena ia adalah manusia kotor. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD