“Tolong lepaskan kami! Kami telah kehilangan segalanya, kenapa masih tidak puas menyiksa kami?” pinta Lucas dengan suara gemetar. Penampilannya sudah tak karuan—wajahnya lebam, pakaian compang-camping, dan darah mengering di sudut bibirnya. Vincent menatap tajam, matanya menyala penuh kebencian. Ia berjalan perlahan mendekati Lucas dan Monica, lalu berjongkok di depan mereka. Nafasnya berat, penuh amarah yang ditahan. “Karena aku masih belum puas menyiksa kalian,” ucap Vincent dingin, seolah kata-katanya adalah hukuman mati. “Katakan cepat, apa yang terjadi pada Molly semasa kecil? Bagaimana bisa dia tidak ingat tentang panti asuhan?” Monica menggigil. Debu menempel di wajahnya yang penuh luka. Rambutnya kusut dan matanya sembab karena tangis. Ia menoleh ke Lucas sejenak sebelum menjawa

