1_awal cerita

1037 Words
Zera tersenyum bahagia menatap sebuket bunga yang berada ditangannya,hatinya berdebar dan matanya berbinar terang saat melihat tulisan yang ada dibuket bunga. "Datanglah kecafe tempat kita biasa berjumpa dan aku akan memberimu kejutan yang luar biasa" Apakah Arlan akan melamarku malam ini? Zera menepuk-nepuk pipinya sambil terus menyusuri trotoar untuk sampai ketempat tujuan. Cafe dan tempat kerjanya tidak terlalu jauh alhasil Zera memutuskan untuk berjalan kaki. Irit diongkos dan juga sehat dibadan karena mengeluarkan keringat! Bukannya Zera perhitungan,hanya saja ia lebih meminit pengeluaran agar ia bisa membeli apa yang ia impikan dan juga bisa membayar kuliahnya sendiri tanpa mau merepotkan keluarganya. Keluarga yang tak pernah menginginkannya ada. "Mau kemana? Litte pig?" Zera mendengus kesal saat Rigel tiba-tiba saja merangkul bahunya. Sumpah demi apapun didunia ini kenapa pria ini selalu saja muncul dimanapun ia berada. Bagai setan gentayangan yang harus Zera jauhi sejauh-jauhnya. Karena sifat tengil pria itu selalu saja membuatnya mudah naik darah. "Pig's head! Apa uruasan anda? Dan sebaiknya anda tidak mengikuti saya!" Zera menghempaskan tangan Rigel lalu melangkah lebih cepat lagi agar acaranya kali ini tidak akan gagal karena ulah tengil kepala babi itu. Rigel hanya berdecih sambil menggelengkan kepalanya. "Akan lebih menarik jika kau melihatnya sendiri little pig!" Gumamnya pelan lalu membalikkan badannya menuju mobilnya yang terparkir sembarang dipinggir jalan. "Sial!" Rigel menendang ban mobilnya yang sengaja dikempiskan seorang petugas dinas perhubungan karena parkir sembarangan. "Masak iya harus jalan kaki?" Kesalnya sambil menendang-nendang mobilnya. **** "Zera kau datang?" Arlan segera meraih tangan kekasihnya dan menduduknnya disalah satu kursi yang sudah ia pesan untuk makan malam mereka berdua. Zera tersenyum bahagia melihat perlakuan romantis Arlan yang sama sekali tidak berubah sedikitpun dan inilah yang membuat Zera semakin mencintainya. Selain tampan Arlan juga tipe penyabar,membuat Zera semakin enggan melepasnya. Oh astaga! Tubuh Zera semakin menegang saat melihat Arlan mengeluarkan kotak kecil dari dalam sakunya. "Sebaiknya aku langsung pada intinya saja!" Zera masih diam dan ia memilih mengangguk tanpa mengucap sepatah katapun,rasa haru dan bahagia seolah membungkam bibirnya,hanya tangis yang bisa menggambarkan seberapa bahagianya dirinya. "Maukah kau menikah denganku?" Semua pasang mata tertuju pada pasangan yang berada dimeja paling pojok. Suasana romantis membuat semua orang berdecak kagum. Sang pria sangat tampan dan sang wanita sangat cantik. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna! "Aku ma---" "Harusnya ini milikku!" Tiba-tiba saja Amora adik tiri Zera datang dan merebut kotak cincin yang disodorkan kepadanya. "Amora?" Zera mengeryit heran. Menatap Amora dan Arlan dengan tatapan curiga. "Arlan apa maksudnya ini?" Arlan menatap kesal Amora dan berusaha merebut cincin miliknya. "Amora apa yang kau lakukan?" "Apa yang aku lakukan? Hei Arlan kau b******n!" Teriak Amora kesal. "Aku tengah berbadan dua dan kau dengan seenaknya akan melamar kakakku? Lalu bagaimana dengan anakmu ini?" Zera membekap mulutnya yang ternganga akibat keterkejutannya. "Ap-apa maksud dari semua ini Arlan?" "Zera aku bisa jelaskan!" Amora kembali menarik tangan Arlan menjauh dari Zera yang terus melangkah mundur. Suasana cafe menjadi hening karena pertengkaran hebat Amora dan juga Arlan. Arlan yang menolak mengakui anak yang dikandung Amora dan Amora yang bersikekeh membongkar kebiadaban Arlan. Bukan! Bukan ini yang Zera harapkan. Lamaran romantis hancur begitu saja karena adik kesayangannya. Jika ia bisa memilih,ia akan memilih Rigel menghancurkan semuanya dari pada Amora yang datang dengan emosi karena tingkah Arlan. Oh asataga! Apa yang sebenarnya terjadi? Sepertinya Zera memang tidak pantas untuk bahagia. Langit seolah mendukung hatinya yang kacau,cuaca yang tadinya cerah kini berubah mendung dan rintik hujan mulai membasahi tanah. Langitpun seolah menangis melihat kesialan Zera yang bertubi-tubi. Tangisnya pecah disertai dengan rintik hujan yang membasahi dirinya. Tak perduli lagi badannya yang basah kuyup. Zera tetap melangkah gontai menerobos derasnya hujan, mengingat kejadian beberapa detik lalu tubuhnya kembali menegamg dan wajahnya kembali sembap,air matanya terus mengalir dibaringi dengan rintik hujan yang membasahi wajah cantiknya. Adik dan kekasihnya sama-sama menghianatinya dan sialnya dia masih tidak percaya itu benar-benar terjadi kepadanya. "Percuma menangis! Semua tidak akan kembali utuh." Zera memalingkan wajahnya,menatap pria yang kini memayungi tubuh basahnya. Berdiri dipinggir trotoar dengan senyum tengil yang selalu berhasil membuat Zera kesal namun kali ini ia membutuhkan Rigel. Pria yang selalu membuatnya kesal dan menangis,namun Rigel lebih mengerti dirinya dibandingkan dengan saudaranya sendiri. "Apa pedulimu!" Zera segera membuang pandangannya kesegala arah,ia tidak mau jika kondisinya yang mengenaskan menjadi bahan olokan bagi Rigel sikepala babi bermuka tembok. "Ck...ck...siapa yang perduli? Kebetulan saja aku lewat sini tadi. Lihat little pig nangis jadinya gak tega! Trus samperin deh!" Rigel menunjukkan senyum menyebalkannya. "Mau sampai kapan berdiri disini babi?" "Mau sampai kiamat. Apa pedulimu?" "Cek...kepala babi!" Rigel mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Bener juga! Ngapain aku perduli sama simulut babi?" Rigel memberikan sneli yang sedari tadi ia pegang. "Ini pakai!" Zera mengeryitkan keningnya. "Gak mau! Ngapain juga Zera pakek itu?" "Zera bukan dokter tau!" Rigel tersenyum licik sambil melirik kearah d**a wanita itu. "Pink muda memang cocok untuk d**a rata babi!" Zera mengikuti arah pandang Rigel,dengan cepat ia segera menyilangkan kedua tangannya didepan d**a. "Dasar m***m!!!!!" Teriak Zera. Dan mau tidak mau Zera memakai sneli yang Rigel berikan kepadanya. Drtt...drrttt.... Tiba-tiba saja ponsel Rigel bergetar dan ia segera memberikan payung yang ia pegang kepada Zera. "Nih pegang!" Zera menurut tanpa banyak bicara. "Baiklah! Saya akan segera kesana!" Wajah Rigel terlihat panik dan Zera yakin ada sesuatu yang membuatnya begitu sangat panik. Apalagi kalau bukan rumah sakit! Meski pria itu terlihat tengil dan menyebalkan namun Rigel tipe pria yang tidak akan menyia-nyiakan pasien dalam keadaan apapun. Baginya pasien lebih membutuhkannya,baginya pasien adalah segalanya. Bukan karena uangnya namun hati kecilnya selalu mendorongnya untuk membantu dan membatu lagi. Karena nyawa tidak akan datang dua kali. Motto hidupnya! Ck! Dasar kepala babi. Meski hanya bertugas diIGD namun Rigel sangat totalitas dalam bekerja. Ia menolak ditempatkan diruang spesialis karena dia ingin membantu tanpa memandang penyakit apapun yang pasiennya idap. Berbeda jika ia bertugas didokter spesialis sesuai tittelnya. Ia hanya bisa menunggu pasien dan memilih pasien sesuai bidangnya. Beruntung sang kakaklah kepala rumah sakit,jadi tidak susah untuknya tetap memilih bertugas diIGD. Sang kepala babi dengan hati hellokitty segera melambaikan tangannya menyetop taxy yang kebetulan lewat didepannya. Sebelum masuk kedalam taxy Rigel menatap lekat Zera lalu melangkah masuk tanpa mengatakan apapun. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD