KAMILA – 3

774 Words
Happy Reading and Enjoy         Mas Jer, panggilan kesayangan Mila ketika mereka masih menjadi suami istri. Lalu, panggilan apa yang cocok untuk Jericho sekarang Setelah merka tak pernah bertemu sekian lama.         “Kamu apa kabar?” Tanya Jaricho dengan aksen inggrisnya yang kental. Mungkin banyak yang bertanya kenapa mereka memilih perceraian dari pada mencari solusi masalah mereka sementara sudah mereka sudah hampir 10 tahun menikah.         “Baik, Mas. Mas sendiri apa kabar?” Tanya Mila setelah duduk berhadapan dengan sang mantan suami. Sekalipun mereka telah bercerai, tidak ada komunikasi sejak perceraian sampai sekarang, hubungan mereka tetap baik.         Jericho tampak seperti 5 tahun yang lalu, masih gagah dengan kemeja yang tengah di gunakannya, tak ada tanda tanda bahwa pria ini sudah berusia 40 tahun. Dia.. adalah Pria yang di cintai Kamila selama belasan tahun.         “Kamu bisa lihat sendiri” Jaricho menarik dirinya lalu bersandar pada sandaran kursi di belakangnya.         Mila memanggil pelayan dan memesan menu untuknya dan Jericho.         “Mas… Udah sarapan?” tanyanya sebelum pelayan pergi, gelengan dari Jericho membuat Mila menambah menu yang dipesannya.         “Mia sekolah?” Tanya Jericho.         “Iya… mungkin jam 11an baru pulang” kata Mila, mengingat ini adalah hari jumat, biasanya Mia akan pulang lebih awal dan mampir ke café untuk menghabiskan sisa harinya, ikut melayani tamu dibawah mengganggu sang Mama, atau hanya berbaring di sofa ruang kerja Mila, meminjam laptop milik mamanya dan menonton drama korea sampai Mila mengajak anak gadisnya pulang.         “Masih 2 jam lagi” gumam Jericho pelan.         “Kamu… udah nikah?” Tanya Jericho tampak ragu, tampaknya pria ini benar-benar tidak tau kehidupan Mila setelah perceraian mereka, atau Jericho hanya sedang mencoba basa-basi hanya untuk membuka pembicaraan di tengah mereka.         Mila tertawa pelan mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh mantan suaminya itu.                 “Kalau aku udah nikah, pasti Mia cerita ke Mas Jer” Jericho tertegun mendengar panggilan kesayangan Mila itu, ia sangat merindukan panggilan itu. Mila tampak tak menyadari perubahan sikap Jericho.         “Mas mau nunggu Mia?” Tanya Mila.         “Iya” sahutnya singkat.         “Nunggu di atas aja, Mau? Aku nggak bisa nemenin Mas disini, soalnya masih ada rekap keuangan bulan lalu yang harus di selesaikan” tanpa ragu, Jericho mengangguk.         “Ra, nanti pesananku diantar ke atas aja ya” pesan Mila pada Yura yang bekerja sebagai kasir di café’nya, dan kebetulan juga letak kasir tak jauh dari tangga menuju lantai atas.         Jericho menatap lantai 2 cofe shop ini, desain’nya sederhana, warna-warna kayu yang khas menjadi warna dinding juga lantai, lampu berwarna kuning yang menggantung cantik menjadi penghias.         “Aku suka kopi lampungnya” gumam Jericho pelan ketika beberapa menit mereka di selimuti keheningan. Mila tersenyum dan bergumam “Terimakasih”.         Kopi lampung disini memang cukup terkenal, Mila mengenal kopi lampung dari Jericho, dulu sekali. Dan peran Jericho tak lepas begitu saja walaupun mereka sudah bercerai, hampir 10 tahun menikah, dan memiliki seorang anak gadis yang kini sudah menginjak remaja membuat Jericho memiliki arti sendiri dalam benak Mila. Mila tak bisa membuangnya begitu saja, walaupun dia memaksa.         Ketukan pintu membuat Mila menyimpan data yang ada di laptopnya dan kemudian berjalan ke arah single sofa di depan Jericho.         Very, salah satu karyawan pria mengantarkan pesanannya tadi.         Pancake madu, kopi lampung, Vanila latte, dan 2 gelas air putih di letakkan di atas meja kaca pembatas antara Mila dan Jericho.         Pancake madu adalah sarapan favorite Jericho.         “Aku fikir kamu lupa makanan kesukaanku”                                                                                             ***         “Papa” jeritan Mia dari arah tangga sedikit mengganggu. Mia langsung masuk ke dalam ruangan dengan rusuh, rambutnya sedikit berantakan dan tampak titik-titik keringat muncul di wajahnya.         “Slow down, Baby” Jaricho merengkuh tubuh Mia, dan mengecup seluruh wajah Mia dengan penuh kasih. Jericho merindukan anak gadisnya, karena dalam tahun ini ia tidak bisa sering pulang untuk mengunjungi orang tuanya atau anak gadisnya yang semakin beranjak remaja.         Mila tersentuh, dia tak pernah melihat bagaimana interaksi Mia dan Jericho semenjak perceraian mereka, namun tak mengherankan karena memang sejak dulu Jericho sangat menyayangi Mia.         “Katanya Papa sibuk, trus papa juga bilang besok baru datang” gerutu Mia pelan walau senyum di wajahnya tak pudar.           Mila jadi mengingat pembicaraannya dengan Mia seminggu yang lalu, Mia mengatakan kalau Jericho tak bisa menjeputnya karena sibuk.         “Sengaja cepetin kerjaan di London, supaya ada waktu sehari buat kamu” Mila melihat lagi-lagi Jericho mengecup puncak kepala Mia yang tengah bergelayut padanya.         “Kamu mau nginep di apartemen?” lanjut Jericho bertanya pada anak semata wayangnya.         “Boleh?” mata Mia berbinar ketika mendengar pertanyaan Jericho. Mila mengangguk, ia tak pernah membatasi interaksi Mia dengan Jerico, mereka tetap ayah dan anak.         “Yes”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD