Ada begitu banyak pertanyaan kini ingin ia ungkapkan. Tapi belum sempat Aveline melontarkannya, Dominic pun kembali memagut bibirnya. Kali ini jauh lebih dalam, beringas dan menuntut. Tangan besarnya menyelusup ke pinggang ramping gadis itu, lalu dengan mudah ia pun mengangkat tubuh Aveline seolah tubuhnya seringan kapas, untuk meniadakan jarak yang jauh di antara tinggi tubuh mereka. Perasaan bingung Aveline pun seketika luluh dalam ciuman itu. Otaknya kacau dan jantungnya berdetak begitu cepat. Ia baru kembali tersadar ketika punggungnya menyentuh bagian lembut dari sofa besar berwarna maroon. Dominic telah membaringkan dirinya di sana. Refleks, Aveline pun menahan tangannya di d**a Dominic. "Tunggu... aku..." ucapnya dengan suara lemah, masih terengah. Tapi Dominic tak member

