Night 4: Perjalanan°

1090 Words
Pegunungan Himalaya, Tibet, Oktober 2018 * Bulan Oktober merupakan musim terbaik untuk mendaki Pegunungan Himalaya. Siang hari cuaca cukup cerah dan suhu udara sekitar 7°C. Tampak dua orang wanita dalam pakaian hangat tebal dan perlengkapan mendaki berbaring telentang di bawah langit biru cerah. Mereka adalah Kimberly dan Delisha. Delisha masih berusaha mengatur nafas, sedangkan Kimberly sudah lebih tenang. Mereka beristirahat karena baru saja mencapai puncak Everest. Tekanan udara yang rendah dan oksigen yang kurang membuat tubuh mereka harus melakukan penyesuaian terlebih dahulu. Kimberly dan Delisha datang dari tahun 2034. Memiliki kemampuan mengendalikan waktu membuat Kimberly dapat membawa Delisha ke tahun 2018. Karena kemampuan mengendalikan waktunya, Kimberly tidak tampak menua, walaupun usia sebenarnya sekitar 50 tahun, sedangkan untuk Delisha, saat ini berusia 24 tahun, mereka tampak sepantaran. Di tahun 2034 karena pemanasan global yang ekstrim, Puncak Gunung Himalaya hampir tidak bersalju lagi, bumi menjadi sangat panas dan banyak pemandangan indah telah rusak akibat eksploitasi alam yang tak terkendali. Di tahun 2018 ini, menurut Kimberly munculnya pemicu terbesar pemanasan global, karenanya mereka akan berusaha menyelidiki dan mencegah hal tersebut atau setidaknya meminimalisir dampaknya. Sebelum memulai misi, Kimberly dan Delisha melakukan ekspedisi ke Himalaya. Tujuan Kimberly untuk menapak tilas perjalanan hidup ibunya. Pada masa muda Alice, ibunya, mendapat pengalaman spiritual di wilayah ini. Dia berharap bisa mengalami kejadian seperti ibunya. Sedangkan untuk Delisha, Kimberly ingin memberinya pelatihan sebelum menjalankan misi. "Bagaimana rasanya menaklukan puncak tertinggi di dunia, Delisha?" tanya Kimberly. "Luar biasa!" jawab Delisha dengan nafas terengah-engah. Kimberly bangun lebih dahulu dan mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit. "Ini bagus untuk latihan fisikmu, Delisha. Mendaki juga akan melatih insting bertahan hidupmu dan kemampuan mengambil keputusan serta keyakinan yang kuat. Jika kau ragu atau bingung memilih jalan mana yang harus kau ambil, kau akan berakhir mencelakakan dirimu dan orang lain," ujar Kimberly memberi wejangan. Delisha adalah anak sahabatnya dan baru kali ini diturunkan dalam misi, karenanya dia sangat mengkhawatirkan Delisha. Misi Delisha adalah menyelidiki beberapa tokoh bisnis di India yang menjadi penyebab ekploitasi alam besar-besaran di tahun 2018. Dengan berbekal pengetahuannya di masa depan, Delisha diharapkan dapat melakukan pencegahan terjadinya hal-hal yang bisa memicu kerusakan alam. Walau memiliki kemampuan melihat masa lalu dan masa depan, Kimberly tidak dapat melihat perjalanan hidup Delisha. Jika dia mencoba menerawang kehidupan Delisha, dia hanya melihat kegelapan, seperti tenggelam dalam kabut hitam tanpa dasar, tanpa ujung. Menurutnya itu karena Delisha tidak tertera dalam buku kehidupan. Delisha mengetahui hal itu, kehidupannya adalah misteri, bahkan bagi wanita yang memiliki kemampuan seperti Kimberly. Dia tidak menyangka rupanya ada kelemahan dari kemampuan Kimberly tersebut. Merasa dirinya berbeda dari manusia normal, Delisha sering dirundung duka. Ketika usianya 3 tahun, Delisha dijadikan sandera oleh pihak yang ingin merusak Xin Corp. Mereka mengancam ibunya agar mengkhianati korporasi dengan menculik putra Xander Xin, Anthony. Dalam drama itulah ibunya terbunuh di tangan agen Kimberly, yang tak lain adalah ibu Anthony. Pada usia 3 tahun itu, seharusnya Delisha mati karena dibunuh penculiknya. Namun Kimberly mendatangi masa lalu, menyelamatkannya dari kematian. Kini dia hidup di masa di mana seharusnya dia sudah mati. Distrorsi kehidupan ini rupanya membuat Delisha memiliki kemampuan yang unik, kalau tidak mau menyebutnya kutukan. Karena garis kehidupan yang tidak tertera dalam buku kehidupan dan kematian, dia kerap menjadi sasaran arwah-arwah gentayangan yang ingin mengambil alih tubuhnya. Seolah dunia masih belum cukup mencoba mematahkannya, dia memiliki satu kelainan lagi, yaitu matanya melihat hal yang tak dapat dilihat mata biasa. Delisha melihat seseorang berdasarkan pancaran aura personanya. Jarang sekali dia melihat seseorang dengan penampilan normal orang tersebut tanpa ada embel-embel, tak terkecuali orang-orang terdekatnya. Manusia biasa bukan manusia baginya. Di matanya, wajah dan tubuh mereka bisa tampak seperti hewan atau aura dengan warna dan bentuk tertentu. Kadang dia tidak bisa membedakan orang dihadapannya antara manusia biasa, makhluk jadi-jadian atau hantu gentayangan. Dari pancaran aura itu, Delisha juga bisa memprediksikan masa hidup seseorang. Karena hal itulah, di masa sekolah, Delisha tidak bisa bergaul dengan normal. Dia terlalu terus terang bila berhadapan dengan orang lain. Sebenarnya maksudnya baik mengingatkan seseorang agar jangan berprilaku seperti binatang, atau berkomentar soal masalah yang menimpa seseorang dan memberitahu hal sensitif seperti, "Aku tahu kapan kamu mati!" Ternyata hal itu hanya menjerumuskannya dalam pengasingan dan penindasan oleh orang lain. "Di Puncak Himalaya dipercaya terdapat tangga yang menghubungkan ke pintu surga," kata Kimberly. "Apa kau melihat tangga itu, Delisha?" ujarnya sambil mengitarkan pandangan ke garis perbatasan antara hamparan salju di daratan dengan langit biru di puncak tertinggi dunia itu. Delisha menggeleng. "Aku tidak bisa melihat hal-hal seperti itu, Kimberly, kurasa mataku hanya melihat arwah dan aura, yang mana hal itu tidak ada gunanya sama sekali," ujarnya sendu. Dia merasa kemampuannya itu justru mempersulit dan tidak berguna bagi misi apa pun. Dia heran kenapa kali ini Xin Corp mengutusnya karena kemampuan tersebut. Kimberly menepuk bahunya, "Ah, jangan pesimis begitu, Delisha! Aku yakin kemampuanmu pasti ada gunanya, Tuhan tidak akan menciptakan kita untuk hal yang sia-sia," ujarnya menyemangati. Delisha tersenyum miris, tetapi berterimakasih atas ucapan itu. Dirinya sendiri tidak yakin, akan tetapi ada orang lain yang yakin pada kemampuannya, Delisha merasa terhibur. "Ayo, kita lanjutkan perjalanan! Saatnya kita turun. Kita harus tiba di kamp sebelum gelap," kata Kimberly sambil mengemasi peralatan mendaki mereka. "Banyak hal harus segera kita lakukan, seperti pergi ke India dan berkenalan dengan pria-pria tampan di sana dan mungkin berkencan dengan salah satunya," ujarnya semringah pada Delisha. Wanita itu mencibir. "Kim, tolong jangan mengolok-olok aku, kau tahu ‘kan, lelaki tak ada yang normal di mataku, mereka akan tampak seperti kuda atau buaya belang-belang. Bagaimana bisa aku kencan dengan binatang? Aku bukan penggemar bestialitas," ujarnya merengek dan menutupi wajah karena malu. Delisha wanita yang sangat cantik, dengan kulit krem bersemu sehat, mata kecokelatan bundar berbinar ceria, hidung bangir dan rahang persegi dengan pipi berisi, membentuk lesung pipit jika tersenyum. Namun kecantikan tidak membuatnya mudah mendapatkan pasangan. Selama ini dia tidak pernah dekat dengan lawan jenis karena penampilan mereka di matanya. Dia tidak akan sanggup berciuman dengan seseorang yang tampak seperti kuda atau buaya. Apalagi bercinta dengannya. Membayangkannya saja membuatnya putus asa. Kimberly menatapnya penuh simpati lalu memeluknya erat. "Oh, Babe, aku yakin kau akan menemukannya dan orang itu, akan jadi orang yang sangat spesial!" ujar Kimberly mantap. "Hidup memang penuh misteri, begitu juga cinta, Delisha." Mendengar perkataan itu, membuat Delisha bersemangat. Dia tersenyum manis, menampilkan lekukan di kedua pipi yang menambah kecantikan di wajahnya. Mereka kemudian memanggul ransel berisi peralatan dan melanjutkan perjalanan menuruni bukit Himalaya. Perjalanan kali ini, biarlah menjadi misteri, tak kan pernah tahu apa yang akan dialami atau ditemuinya. Delisha Lee Andrews, 24 y.o, Just a weirdo, desperate lover *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD