Night 8: Resentful Woman°

935 Words
Delisha kembali ke kamarnya setelah makan malam di restoran hotel. Tadinya dia berniat mengisi perutnya hingga kenyang. Dia memesan bistik berbumbu kari yang tampak lezat dan sepiring nasi, tetapi akhirnya hanya memakan nasi putih dan minum air putih. Makanan lainnya tampak lezat. Namun begitu menyentuh lidah, makanan itu terasa hambar, nyaris tanpa rasa. Pelayan menawarinya minuman anggur, tetapi dengan ketus ditolaknya. Dia memikirkan jika dia mabuk dan menjadi lengah, makhluk-makhluk halus di hotel ini bakalan menggerayangi tubuhnya. Para pegawai dan pelayan hotel sangat ramah dan sigap melayani tamu. Bahkan Hotel Golden Star mendapat ulasan terbaik dalam kualitas pelayanan dan fasilitas. Namun, itu tidak berlaku bagi Delisha. Para pelayan restoran dan pegawai hotel dalam penglihatannya, diselubungi awan gelap dan wujud mereka seperti laba-laba. Mungkin para pegawai Hotel Golden Star ini mendapat tekanan berat dari atasan mereka, pikirnya. Energi dari awan abu-abu itu terlalu kuat, membuat Delisha tidak betah dan rasanya ingin segera menjauh. Jadi, dia kembali ke kamar dan memutuskan beristirahat untuk malam ini karena besok pagi dia harus ke kota lain. Dia akan mengunjungi panti asuhan tempat ibunya dibesarkan. Ketika dia bersiap tidur di balik selimut, ponselnya berbunyi. Kimberly meneleponnya. "Delisha, bagaimana keadaanmu?" tanya Kimberly dari negara lain. "Aku baik-baik saja, terima kasih sudah mengecekku," jawab Delisha sambil berbaring. "Bagaimana India?" tanya Kimberly lagi, sepertinya sambil tersenyum lebar. "Ramai, kalau kau paham maksudku." Kimberly terkekeh. "Kuharap kau bisa berteman di sana. Orang India ramah-ramah. CEO Xin India sedang keluar kota. Jadi, sementara anak buahnya yang mendampingimu. Jika kau perlu sesuatu jangan segan-segan mengatakan pada mereka atau laporkan padaku, aku akan menyampaikan pada Xander jika mereka tidak bekerja sesuai ekspektasi." "Oh, please, aku bisa sendiri, Kim! Aku tidak ingin mereka memperlakukanku seperti putri raja, aku bisa beradaptasi di sini." "Mereka payah, ya?" Kimberly menebak. Perusahaan Xin India baru terbentuk 2 tahun lalu dan tidak pernah ditangani Xander langsung. Marcus yang mengurus Distrik IV sedang disibukkan urusan di Timur Tengah. Jadi, Delisha diutus Xin Pusat di Eropa untuk supervisi ke Xin India, sekaligus melatih Delisha bekerja di lapangan. "Aku masih bisa menoleransinya," jawab Delisha. Dia teringat keterlambatan mereka menjemputnya di stasiun. "Oh, ya, aku ingin mengingatkanmu, kalau kau bertemu hal-hal aneh, kau bisa menggunakan emblem The Lady. Kurasa itu manjur untuk beberapa hal, bukannya aku berharap demikian, tetapi tidak ada salahnya dicoba." "Okay, terima kasih sudah mengingatkan, aku akan menggunakannya!" sahut Delisha. Dia bangkit dari ranjang dan mengambil emblem The Lady dari saku jaket lalu meletakkannya di meja samping ranjang. "Baiklah, selamat malam, Delisha dan beristirahatlah dengan tenang, ya!" ujar Kimberly menutup pembicaraan. "Ya, kamu juga. Selamat malam!" sahut Delisha sebelum memutus koneksi. Dia menutup ponselnya dan meletakkannya di samping emblem The Lady. Delisha menaikkan selimut hingga ke leher dan memejamkan mata. Karena kelelahan, dia cepat sekali jatuh tertidur. Dalam tidurnya dia bermimpi. Dia tengah berlari menembus kegelapan malam. Napas tersengal-sengal. Seseorang mengejarnya dan dia sangat ketakutan. Dia melihat dirinya sendiri sebagai seorang wanita berparas India, berambut panjang teranyam rapi, mengenakan sari dan berlari tergopoh. Dia berusaha berlari secepatnya, tetapi tak dapat mengimbangi rasa takut. Kakinya terbelit, membuatnya terjerembab ke tanah yang basah dan dingin. "Tidak!!" Dia berteriak. Tubuh gemetaran. Tangan besar dan hitam menarik sari di pundaknya, menelentangkannya. Tubuh yang sangat berat menindihnya. "Tidaaakk!!" Dia berteriak sekuat tenaga. Kepalanya terdongak menatap kegelapan. Jemari dingin dan kasar melingkari lehernya. Napasnya tercekat. Lehernya sakit sekali seolah seseorang hendak meremukkan tulang lehernya. Dia tak bisa bernapas. Tangannya menggapai-gapai ke atas kepala, mencari sesuatu untuk dipegang. Tidak! Dia berusaha berteriak, tetapi tak ada satu suara pun dapat dikeluarkan. "Milikku! Milikku!!" Suara-suara bersahutan. Campuran suara wanita dan laki-laki. "Milikku! Milikku!" Delisha berusaha melepaskan diri. Tubuhnya berontak dan megap-megap mencari udara. Matanya terbuka lebar. "Milikku!" suara-suara itu terus bergema. "Milikku!" bentak suara wanita. Wanita itu, mencondongkan wajahnya di atas kepala Delisha. Rambut panjangnya terjuntai membingkai wajah cantik dengan hiasan kalung permata di dahi. Wanita itu tersenyum padanya. "Kau milikku!" "Hhhhhk!!" Delisha terbangun dan langsung menarik napas dalam seolah dia sekarat mencari udara. Dia terduduk di balik selimut. Keringat dingin membasahi tubuh. Jantungnya berdegup keras dan napasnya terputus-putus. Seakan sekitarnya ingin membuat dia mati jantungan, pemandangan di sekelilingnya membuat Delisha tak bisa bernapas lagi. Puluhan sosok manusia dalam kondisi mengenaskan merayap menaiki tempat tidur. Wajah mereka berwarna hitam dan putih, kurus kering dan mata bulat hampa seperti lubang hitam yang menariknya masuk ke dalam kegelapan tanpa batas. Mulut mereka terbuka dan mengeluarkan suara mengerang lemah kelaparan. Delisha tak bisa merasakan tubuhnya lagi. Saking dinginnya seakan membeku hingga mati rasa. Apa aku bermimpi? Tubuh Delisha bergidik ngeri. Tak pernah dia menghadapi makhluk halus sebanyak ini. Seorang wanita remang-remang mengenakan c**i berhiaskan payet permata warna-warni dan bawahan tipis menerawang berdiri di atasnya. Wanita itu membungkuk ke depan wajahnya dan berkata, "Kau milikku!" Lalu dia tertawa. Delisha terkesiap. Dia bergegas meraih ponsel dan emblem The Lady lalu berdiri di atas ranjang. Dia mengangkat emblem itu ke hadapan makhluk-makhluk yang mengelilinginya. "Menjauh dariku!!" bentaknya dengan tubuh gemetaran. "Huh! Dia melawan rupanya!" gumam wanita dalam pakaian penari perut itu. Dia satu-satunya yang terlihat cantik walaupun tetap saja mengerikan karena dia hantu. Perlahan-lahan, dengan enggan, makhluk-makhluk itu merangkak mundur. Sambil menodongkan emblem The Lady pada para hantu itu, Delisha menelepon seseorang. "Tuan Vijay, jemput aku sekarang juga!" ujarnya membentak. "Jika dalam 5 menit kau tidak datang, kupastikan kau tidak akan melihat matahari lagi seumur hidupmu. Akan kukubur kau hidup-hidup!!" Vijay yang baru terlelap beberapa menit harus turun lagi dari ranjang dan bergegas pergi. Ia merutuk dirinya sendiri. Jam 1 malam ia berkendara menembus malam gelap yang dingin menggigit. Wanita dari Xin Corp Pusat itu rupanya bukan wanita sembarangan. Bukan hanya cantik, dia juga wanita yang sangat cerewet. *** Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD