Hanya ingat untuk mencintaimu

1887 Words
"Selamat pagi, Mbak Sella," sapa Laura pada sekertaris Banyu yang telah berdiri dari duduknya saat melihat Banyu datang. "Selamat pagi, Bu, Pak," jawab Sella dengan senyum ramahnya. "Pagi," jawab Banyu dan Laura kompak. "Kamu mau minum apa, Sayang?" tanya Banyu pada sang istri yang tengah mengapit lengannya. "Em ...." Laura tampak memikirkan sesuatu. "... enggak, deh, di dalem ada air putih, 'kan," jawab Laura. "Ya udah." Banyu mengelus tangan sang istri yang berada di lengannya. "Sel, tolong kamu siapin berkas-berkas yang harus saya tanda tangani, ya," ucap Banyu pada Sella yang juga masih berdiri menatap sepasang suami istri yang berbahagia itu. "Baik, Pak," jawab Sella, meskipun lebih muda tetapi Banyu akui jika kemampuan kerja Sella juga sebaik Ria. Meskipun terlihat santai tetapi di kantornya tetap saja Banyu memiliki banyak pekerjaan karena dari sanalah dirinya mengatur semua bisnis restorannya yang tersebar di Jakarta, Lombok dan Bali. Sedangkan Laura memulai bisnisnya dengan membangun resort dan restorannya sendiri di pulau yang telah Banyu hadiahkan untuknya, wanita itu harus menunda rencana kuliahnya hingga tahun ajaran depan, jadi untuk sementara ia masih belajar mengelola bisnisnya dari suami, ayah dan kakaknya. Sekali dalam sebulan mereka datang ke pulau Lombok untuk meninjau bisnis Laura yang sudah mulai berjalan baik, tempat yang indah dipadukan dengan resort dan restoran yang menawan hati tentunya mampu menarik hati para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. "Bang, Abang banyak kerjaan?" tanya Laura begitu memasuki ruangan Banyu, ruangan yang sesuai permintaannya di desain dengan dinding kaca sehingga dari luar ataupun dalam bisa melihat kegiatan yang sedang berlangsung, bahkan di dalam ruangan Banyu sama sekali tidak ada tirai penutup. Satu-satunya tempat yang tertutup di ruangan itu hanyalah kamar mandi, itu pun dilengkapi sebuah kamera CCTV yang langsung bisa diakses dari ponsel Laura, begitu posesifnya wanita itu terhadap sang suami. Tidak berbeda jauh dengan Banyu yang juga selalu over protective pada sang istri, Banyu bahkan tidak pernah mengijinkan sang istri pergi sendirian ke Lombok. Mereka berdua begitu takut untuk saling kehilangan dan itu semua karena besarnya cinta di hati masing-masing. "Enggak juga, sih, paling cuma tanda tangan beberapa berkas, sama nanti ada meeting dengan youtuber ... siapa itu, yang lagi naik daun, yang rambutnya suka warna-warni itu ...." Banyu berusaha mengingat-ingat nama calon kliennya. "Itho Petir?" jawab Laura seraya menahan tawa. "Nah, iya, itu. buat acara pernikahannya dengan anak musisi beken dia mau pake makanan dari restoran kita, tapi dia mau ketemu Abang langsung, kata Sella," jawab Banyu menerangkan agenda kerjanya hari ini. "Kamu mau jalan-jalan ke mana?" tanya Banyu. "Ih, Abang. Aku, 'kan, udah ceritain semuanya semalem. Kalau aku hari ini mau ke baby spa ajak Abraar, terus yang setelah itu paling jalan-jalan di sekitar sana, masa Abang lupa, sih!" Laura terlihat merengut karena semalam sudah menceritakan semua rencananya tetapi pagi ini Banyu sudah melupakannya. "Oh, iya, gimana Abang bisa ingat hal lain, kalau setiap detik yang Abang ingat hanya mencintai kamu," jawab Banyu dengan senyum manis dan sebelah mata yang ia kerlingkan. "Hem ... Abang, so sweet." Laura mencondongkan tubuhnya ke depan meja agar bisa lebih dekat dengan Banyu yang duduk di meja kerjanya, dengan cepat Banyu memajukan tubuhnya juga hingga bibirnya bisa menggapai kening Laura dalam ciumannya. Banyu yang duduk menghadap pintu sudah bisa melihat Celine yang datang mendekat, wanita itu tampak tersenyum-senyum melihat apa yang Banyu dan Laura lakukan. Celine tampak menyapa Sella sebelum memasuki ruangan Banyu. "Cie ... pagi-pagi udah umbar kemesraan aja, kasian si jones dong kalau ngeliat!" seloroh Celine yang baru menutup kembali pintu kaca yang baru dibukanya. Laura menyambut sang sahabat dengan peluk dan cium seperti biasanya, sedangkan Banyu hanya menyaksikan apa yang mereka lakukan dengan dahi berkerut. "Cel, kita punya pegawai baru yang namanya Jones?" tanya Banyu, membuat Laura dan Celine menyemburkan tawa. "Jones itu jomblo ngenes, Bang Banyu!" jawab Celine sambil tertawa. "O ...." Banyu hanya membulatkan bibirnya. "Berangkat sekarang?" tanya Laura pada Celine setelah gadis itu menyerahkan kunci mobil Laura pada sang empunya. "Boleh, biar kita agak Lamaan sama Meisya dan Abraar. Katanya besok mereka balik ke Surabaya," jawab Celine. "Oke, deh!" jawab Laura seraya membulatkan ibu jari dan telunjuk yang dipertemukan ujungnya. "Abang, aku berangkat dulu, ya," pamit Laura pada sang suami yang langsung berdiri Laura merentangkan kedua tangannya melihatnya, sedangkan Celine berlagak menutup mata dengan jari-jari yang tidak tertutup rapat ia sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Laura dan Banyu menyatukan bibir mereka dan saling mengecup lembut dengan berpelukan erat. "Hati-hati, ya," ucap Banyu setelah melepas pelukannya. "Iya, Abang, i love you," jawab Laura. "I love you too," sahut Banyu. Laura dan Celine bergandengan tangan keluar dari ruangan Banyu membuat Sella yang sedari tadi memerhatikan apa yang mereka lakukan berlagak fokus pada layar komputer, lalu tersenyum ramah saat Laura dan Celine lewat. Usai kepergian Laura, Sella mengambil berkas yang sedari tadi tergeletak di atas meja dan membawanya ke dalam ruangan Banyu. * Dita Andriyani * "Hallo sayangku yang ganteng," sapa Laura saat melihat Samuel yang tengah menimang Abraar di halaman belakang rumah Monika, tidak jauh darinya Monika terlihat sedang mengambil gambar mereka dengan kamera ponselnya. "Hallo juga. Terima kasih, aku memang ganteng," jawab Samuel dengan tingkah tengilnya. "Idih, bukan Kak Sam!" sembur Laura, Monika yang mendengarnya langsung tertawa. "Yang ganteng, tuh, Abraar. Kak Sam, enggak!" sambar Celine lalu kedua wanita itu mendekati Monika dan mencium punggung tangannya. "Eh, siapa bilang, aku juga ganteng dong!" jawab Samuel sewot. "Iya tapi cuma bagi Meisya!" sahut Celine yang lalu berebut untuk menggendong Abraar dengan Laura. "Oh, iya. Meisya mana?" tanya Laura yang sudah berhasil menggendong Abraar kerena ia yang lebih dahulu mendekat pada Samuel. "Lagi mandi kayaknya," jawab Samuel. "Yah, pasti lama, panggil dong, Kak," pinta Celine. "Iya, deh, aku panggil bentar, ya." Samuel langsung berjalan memasuki rumahnya meninggalkan ketiga wanita yang tengah sibuk mengambil swa foto dengan Abraar. . Samuel masuk diam-diam ke dalam kamarnya lalu berjalan mengendap-endap melihat Meisya yang tengah fokus memakai make up, lelaki itu langsung memeluk sang istri dari belakang. "Ah, Kak Sam!" Meisya terpikir karena terkejut, lalu merengut melihat lipstik yang ia pakai berantakan. Samuel tertawa terbahak melihat lipstik Meisya yang belepotan keluar dari bibirnya, Meisya yang cemberut lalu menggapai tissue yang ada di atas meja untuk menghapusnya. "Lagian kamu ini udah cantik, enggak usah pake dandan-dandan segala, Sayang," ujar Samuel seraya mengelus kepala sang istri lalu mencium keningnya. "Aku, tuh, dandan bukan biar cantik, Sayang," jawab Meisya yang tengah merapikan lipstik di bibirnya. "Terus, buat apa kamu repot-repot dandan segala?" tanya Samuel yang tidak mengerti maksud sang istri. "Aku dandan biar aku bahagia karena aku seneng ngelakuinnya," jawab Meisya, Samuel mengangguk mengerti. "Kalau begitu aku akan menutup semua pabrik kosmetik di dunia ini," ujar Samuel kini berganti Meisya yang tidak mengerti maksud ucapan sang suami. "Kok, gitu?" tanya Meisya yang masih berada dalam pelukan sang suami. "Iya, karena aku cemburu," jawab Samuel singkat seraya menggedikkan bahunya. "Cemburu?" tanya Meisya semakin tidak mengerti. "Iya, karena aku mau seumur hidup kamu di dunia ini cuma akulah sumber kebahagiaan kamu," jawab Samuel seraya menempelkan dahinya di dahi sang istri. "Ih, Kak Sam, kok gitu. Posesif banget!" jawab Meisya yang memundurkan kepalanya hingga terlepas dari Samuel. Samuel tertawa kecil, "itu cuma kiasan, Sayang. Aku akan berikan dan melakukan apapun untuk kebahagiaan kamu, kok." "Iya, Kak Samuel Kastara Waluyo suamiku tercinta. Aku tau, terima kasih atas semua cinta yang selalu memabukkan bagiku," jawab Meisya, wanita itu menjinjitkan kakinya agar bisa mengecup bibir sang suami. Samuel tidak pernah puas hanya dengan sebuah kecupan, lelaki itu mengejar bibir sang istri yang telah melepaskan kecupannya untuk kembali mengecupinya berkali-kali, mungkin tidak akan berhenti jika tidak merasakan ponsel dalam saku celananya bergetar. Samuel mengerutkan dahinya melihat siapa yang meneleponnya lalu segera mengangkat panggilan itu, ia tempelkan ponsel ke telinga begitu panggilan tersambung. "Kak Sam, aku nyuruh manggil Meisya, malah Kak Sam ikutan lama. Lagi ngapain, sih kalian?" Omelan Celine yang melebihi kecepatan cahaya membuat Samuel dan Meisya yang juga mendengarnya menahan tawa. "Iya, ini juga udah mau turun!" jawab Samuel ketus lalu tanpa menunggu lama ia mematikan ponselnya. "Ayo turun, Sayang," ajak Samuel, tangannya lalu meraih sebuah tas berisi keperluan Abraar yang Meisya ulurkan sementara Meisya membawa tas kecil berisi barang-barang pribadinya. "Sayang, kamu nanti jangan nyusuin Abraar di tempat umum lho!" ujar Samuel saat mereka berjalan keluar kamar. "Ya enggak dong, Kak, nanti aku cari tempat khusus menyusui kalau enggak ada, ya, aku 'kan, bawa apron," jawab Meisya menjawab keposesifan sang suami. "Lama banget, sih!" gerutu Laura yang sudah menggendong Abraar seperti anak koala di depan dadanya, bayi itu tampak senang dengan celotehnya. "Hay, Sayang, kamu gendong siapa?" tanya Meisya pada Abraar sebelum mencium pipi gembilnya. "Berangkat sekarang, yuk, bentar lagi jadwal spa-nya Abraar, lho!" ajak Laura karena kemarin dirinyalah yang mendaftarkan Abraar untuk melakukan baby spa ia sudah tidak sabar melihat kelucuan bayi itu, setelahnya mereka juga ada rencana foto shoot di salah satu studio foto milik photografer ternama. "Kamu yang bawa mobil, ya," Laura meminta pada Celine yang lalu mengangguk. "Bye Kak Sam," ujar Laura dan Celine bersamaan. "Eh, tunggu dulu!" Mereka bertiga menoleh saat mendengar panggilan Samuel. "Belum cium, Sayang," Samuel menarik tangan sang istri lalu mencium kedua pipinya. "Hah ... udah, deh. Tadi Laura sekarang Meisya, gitu aja teroooossss!" sindir Celine yang lalu melangkah bergandengan dengan Laura yang tertawa terkekeh, tidak beda dengan Meisya dan Samuel. "Makanya buruan nikah!" pekik Samuel pada Celine yang sudah berada di ambang pintu, Meisya segera mengejar kedua sahabatnya setelah membalas ciuman sang suami. * Dita Andriyani * Ketiga sahabat itu benar-benar menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, setelah memanjakan Abraar di baby spa, mereka bertiga bahagia melihat bayi kecil itu merasa senang dan ceria. Sebelum melakukan foto shoot yang rencana akan mereka lakukan dengan berbagai kostum lucu yang tentunya akan menggemaskan tidak hanya bagi Abraar tetapi juga bagi ketiga wanita cantik itu, mereka memutuskan untuk mengisi perut mereka dulu setelah setengah hari menemani Abraar di spa dan berbelanja aneka mainan dan pakaian. Laura benar-benar kalap, ia membeli apa saja yang menurutnya lucu untuk Abraar sebenarnya Meisya sudah melarangnya tetapi Laura terus saja memaksa. "Cel, makanan di sini rasanya masih sama kayak jaman kita sekolah, ya," ujar Laura seraya menunggu pesanan mereka. "Aku masih inget banget, waktu kita makan di sini terus kita ngeliat si Inez sama Kay berantem gara-gara cowok sok yes itu ketauan jalan sama cewek lain," ujar Celine yang mengingat kejadian di restoran langganannya sejak remaja itu. Laura terbahak saat mengingat kejadian yang baru saja diungkit oleh sang sahabat. Meisya tidak bisa ikut tertawa karena ia sedang menyusui sang putra di tempat yang disediakan khusus di sudut restoran, keduanya terdiam lalu menatap ponsel Meisya yang tergeletak di atas meja. "Eh, siapa, tuh? Ganteng banget, ya," ujar Celine yang melihat foto Naka sebagai pemanggil. "Iya anaknya juga cantik-cantik," sahut Laura karena di foto itu Naka sedang memeluk kedua putrinya. "Mas Naka?" ujar Laura lagi, heran saat membaca nama yang tertera. Meisya memang belum menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu, apalagi saat Laura dan Celine menjenguknya usai melahirkan dulu mereka memang belum sempat bertemu dengan Naka, mereka sibuk menghabiskan hari dengan keluarga Meisya yang masih menginap di sana. "Gimana, nih, dia nelpon terus?" tanya Laura lagi yang masih memegang ponsel Meisya yang terus berdering. "Udah angkat aja!" jawab Celine ringan. Laura segera mengangkat telepon itu setelah mendengar jawaban Celine. "Hallo," ucap Laura. "Hallo, Mama, Mama kapan pulang? Aku udah kangen!" Mata Laura membola dengan dahi yang mengerut mendengar apa yang gadis kecil itu katakan. "Mama?" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD