BAB 1

1560 Words
"SAH” Tiga huruf yang mampu membuat hati seorang Azahra tersentuh, pagi ini adalah akad dirinya dengan seorang Gus pesantren yang meminang nya beberapa hari yang lalu. “Silahkan pasangkan cincin pada kedua mempelai.” Ucap sang penghulu. Gadis dengan nama lengkap Azahra Malik Arsyila itu merubah posisinya menghadap ke arah suaminya, menerima cincin dan memasangkan ke jari manis sang suami lalu mencium tangan milik laki laki yang sekarang sudah sah menjadi pasangan hidup. Muhammad Ali Al-Raffa laki laki yang sudah sah menjadi imam sekaligus pasangan hidup seorang Azahra, Raffa tersenyum kecil lalu meraih cincin satunya dan memasangkan cincin itu pada jari manis istirnya, tangan kanan Raffa menyentuh pucuk kepala Azahra membacakan doa yang mampu membuat Zahra terdiam. “Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.” Raffa tersenyum kecil lalu mengecup puncak kepala Azahra yang tertutupi kerudung. “Bismillahirrahmanirrahim kita mulai awal yang baru Umi.” Bisik Raffa membuat Zahra meremang. Zahra mendongakkan kepala lalu tersenyum menatap wajah tampan suaminya. “Kita mulai awal yang baru juga Abi” Acara akad sudah selesai kini waktunya acara resepsi menyambut tamu tamu,tidak banyak karena mereka melangsungkan acara pernikahan di pondok pesantren yang di alihkan pada Raffa. “Anak Uma udah gede, udah jadi istri nurut sama suami ya sayang.” Ucap Hana pada putrinya. Azahra mengangguk lalu tersenyum. “Makasih Uma udah jagain Zahra sampai Zahra lepas dari tanggung jawab Uma” “Jagain putri Abi Raffa, laki laki yang baik itu ketika menghormati dan menjaga seorang istri.” Nasehat Farhan pada Raffa. Raffa mengangguk. “Iya Abi insyaallah Raffa jagain putri Abi” Farhan mengangguk pria paruh baya itu memeluk putrinya yang sekarang sudah menjadi istri orang lain. “Nurut sama suami. Zahra sekarang surga Zahra ada di suami” Zahra mengangguk. “Makasih Abi udah jagain Zahra sampai Zahra sebesar ini” Farhan mengangguk lalu mengelus kepala putrinya. “Yasudah Abi sama Uma pulang dulu ya, kasian Areza nya” Memang mereka tidak menginap karena besok Farhan harus dinas ke luar pulau urusan kantor tentu bersama Uma dan Areza. “Iya hati hati ya dinasnya Abi.” “Iya sayang, Raffa Abi pamit ya salamin juga sama Abi sama umi kamu saya gak bisa lama.” Raff menyalimi tangan Farhan. “Iya Abi hati hati” Farhan, Hana dan Areza yang berada di gendongan Hana pun melangkah menuruni pelaminan, mereka pamit untuk pulang ke Jakarta karena besok harus dinas. Zahra menghembuskan nafasnya ketika dirinya di tinggalkan keluarnya, Sekaran dia sudah punya keluarga baru keluarga yang sudah di tentukan oleh Allah SWT. Raffa menoleh ke arah istirnya ketika gadis itu menatap kepergian keluarganya. “Gak papa masih ada Abi sama umi” Zahra mendongak lalu mengangguk. “Capek, apa masih lama?” Raffa menatap arloji di tangannya lalu menggeleng. “Kayaknya udah, turun yu samperin umi” Zahra mengangguk lalu turun dari pelaminan bersama Raffa yang menggandeng tangannya. “Makan dulu sayang,” panggil umi pada Zahra. “Iya umi makasih” “Eh, Farhan sama Hana udah pulang?” tanya Anin ketika tidak melihat besan nya itu. “Mereka titip salam, soalnya besok mau dinas.” Jelas Raffa. “Waalaikumsalam, iya gak papa ayo makan dulu” Raffa dan Zahra duduk di meja yang sudah di sediakan kedua mempelai pengantin itu makan dengan tenang sesekali Zahra menyuapi suami sesuai seperti Rasulullah Saw yang makan dalam satu piring bersama Siti Aisyah. Di sinilah Zahra di kamar seorang Gus Raffa, pemilik pondok pesantren sekaligus anak dari Abi Ali, Zahra duduk di pinggiran kasur sambil menelisik setiap kamar milik Raffa. Ketika tengah fokus pada kamar tiba tiba pintu kamar terbuka menampilkan Raffa yang masih mengenakan baju khas pengantin. “Gak mandi, hm?” tanya Raffa pada Zahra, Zahra menggeleng. “Mas Raffa duluan aja nanti Zahra siapin bajunya.” Raffa tersenyum ketika dirinya di panggil ‘mas’ oleh sang istri. “Mas duluan” Zahra mengangguk lalu membuka lemari milik Raffa untuk menyiapkan pakaian yang akan di gunakan suaminya itu. Cklek Pintu kamar mandi di buka menampilkan Raffa dengan handuk di kepalanya,laki laki itu meraih baju yang di siapkan istirnya lalu memakai nya. “Mandi gih nanti bantuin mas.” Ucap Raffa. Zahra menoleh lalu mengangguk gadis itu masuk kedalam kamar mandi tidak lupa membawa baju ganti yang akan dia pakai. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Zahra keluar dengan tubuh fres dan kerudung instan yang menutupi mahkotanya. “Kenapa mas?” tanya Zahra pada Raffa yang tengah duduk di samping kasur. Raffa mendongak lalu menyerahkan handuk kecil pada istirnya. “Keringin rambut mas ya” Zahra tersenyum lalu mengangguk gadis itu duduk di atas dengan Raffa yang duduk di bawahnya,tangan lentik Zahra mulai mengusap pelan kepala suaminya. “Besok ustadz sama ustadzah bakalan dateng.” Ucap Raffa. Zahra mengeryit. “Emang mereka darimana mas?” “Habis Abi utus ke pesantren yang ada di Surabaya, besok mereka mulai aktif di sini, kamu mau ikut nyambut?” Zahra mengangguk lalu beranjak dari duduknya ketika sudah selesai mengeringkan rambut suaminya. “Iya aku ikut” Raffa duduk di atas ranjang dengan punggung yang bersandar pada sandaran ranjang, Zahra menghembuskan nafas ketika akan menghampiri Raffa yang berada di atas ranjang rasa gugup tiba tiba datang menghampiri dirinya, ini kali pertamanya dia tidur dengan lawan jenis selain Abi nya. “Sini, gak papa,” panggil Raffa, Zahra mengangguk lalu naik keatas ranjang menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang seperti Raffa. “Mas mau ngomong” Zahra menoleh. “Apa mas?” Raffa membetulkan posisi duduknya menghadap sang istri lalu menggenggam tangan istrinya. “Sekarang kita udah jadi suami istri, walaupun mas tau sulit jalanin bahtera rumah tangga di usia muda tapi mas yakin kita bisa,mas mau kalo ada masalah apapun jangan pernah ucapin kata pisah karena mas mau nikah satu kalo seumur hidup, kalo ada masalah saling terbuka dan selesaikan baik baik ya.” Mata Zahra berkaca kaca gadis itu menunduk lalu mengangguk. “Insyaallah Zahra siap mas” Raffa tersenyum kecil lalu mengangkat pandangan istirnya mengecup kening sang isteri menyalurkan rasa nyaman. Zahra tersentak lalu memejamkan matanya menikmati ciuman tulus seorang Gus Raffa. “Tidur udah malem.” Ucap Raffa melepaskan ciumannya, Zahra mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di samping Raffa. Raffa tersenyum lalu memeluk istrinya membalikan posisi tidurnya mereka untuk menghadap kanan karena tidur yang baik adalah tidur dengan posisi menghadap ke kanan. Pagi ini pondok pesantren sudah ramai dengan santri santri yang berjejer di depan gerbang pondok karena hari ini ustadz dan ustadzah akan datang seperti yang sudah di bicarakan oleh Raffa semalam. Zahra berdiri di samping Raffa dengan tangan yang saling bertautan menunggu para pengurus pondok memasuki ndalem. “Assalamualaikum Gus,” salam seorang ustadzah pada Raffa. “Waalaikumsalam.” “Assalamualaikum Gus Raffa” salam seorang ustadz dengan sorban. “Waalaikumsalam ustadz Rehan.” “Eh, ayo duduk dulu.” Kata Zahra ramah. Mereka mengangguk walaupun heran siapa gadis yang bersamaan pemilik pesantren ini. “Mas Zahra siapin minum dulu,” bisik Zahra di angguki Raffa” “Maaf Gus dia siapa?” tanya ustadz Yusuf. Gus Raffa tersenyum. “Istri” Mereka membelalakkan matanya. “Sejak kapan atuh Gus?” “Baru kemarin saat kalian di utus Abi ke Surabaya.” Mereka mengangguk tak lama dari itu Zahra datang dengan nampan berisi empat minum. “Di minum.” Zahra meletakkan gelas itu satu persatu sambil tersenyum lalu duduk di samping Raffa suaminya. “Jadi ini teh Ning Zahra?” tanya ustadz Rehan. Zahra tersenyum lalu mengangguk. “Iya ustadz” “Akang aja atuh ya biar sama kaya yang lain.” “Iya kang.” “Kenalin ini ustadzah Yuyun di sampingnya ustadzah Rena nah yang ini ustadz Yusuf dan yang ngobrol sama kamu tadi ustadz Rehan,” jelas Raffa. Zahra mengangguk lalu tersenyum,mata Zahra tak sengaja menatap ustadzah Rena entah kenapa perempuan itu menatap dirinya seperti tidak suka. “Astagfirullah Zahra, jangan suudzon.” “Kenapa Ning?” tanya ustazah Yuyun. Zahra menoleh. “Gak papa mbak.” Raffa menoleh kearah istirnya lalu menggenggam tangan istrinya membuat Zahra tersentak namun sedetik kemudian senyuman kecil terbit di bibir gadis itu. “Jadi kita sudah mulai melakukan aktivitas seperti biasanya mulai besok Gus.” Tanya Rehan. Raffa mengangguk. “Iya besok mulai aktif” “Abi sama umi mana mas?” tanya Rena membuat Zahra terkejut dengan sebutan mas yang di sebutkan oleh Rena. “Udah pulang ke Palembang,” jawabnya tanpa ekspresi. Rena tersenyum lalu mengangguk, tatapan gadis itu beralih pada tangan yang bertautan di atas paha Raffa entah kenapa dirinya merasa tidak suka. “Yasudah kita mau balik ke pondok masing masing Gus,kami permisi,” ujar Yusuf sambil bangun dari posisinya diikuti yang lain. Raffa dan Zahra mengangguk lalu mengantarkan mereka keluar ndalem. “Assalamualaikum Gus” “Waalaikumsalam” Zahra menatap kepergian mereka lalu menghembuskan nafasnya. “Kenapa hem?” tanya Raffa karena sedari istrinya itu seperti orang gelisah. “Kok aku gak suka ya mas sama ustadzah Rena, apalagi pas dia panggil kamu mas.” Raffa terkekeh lalu memeluk istrinya yang tengah cemburu. “Heem gak papa yang penting kan mas nya sama kamu.” Zahra menoleh lalu menggeplak tangan Raffa yang berada di pinggang nya. “Mas gombal.” Raffa terkekeh lalu menggandeng tangan istrinya untuk masuk karena pagi ini tidak ada acara lagi semua santri di bebaskan untuk hari ini,di bebaskan bukan berarti keluar pondok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD