Suasana rumah Satya menjadi lebih damai setelah Melisa pergi, setidaknya itulah yang dirasakan Mbok Yah karena tidak ada lagi keributan yang terjadi di dapur. Lain halnya dengan Kirana yang merasa biasa saja karena hingga pagi ini dia masih mendapatkan tatapan sinis dari Belva. “Kok, sarapanku beda?” protes Belva saat mendapati di piringnya hanya ada dua tangkup roti isi selai stroberi. Berbeda dengan tiga piring lainnya yang berisi nasi goreng lengkap dengan telur setengah matang. “Itu buatan Mbok Yah,” jelas Selva menunjuk piring kembarannya dengan dagu. “Kalau yang ini buatan Mama.” Dengan bangga Selva menunjuk nasi goreng di piringnya. “Pagi Bel,” sapa Kirana yang baru memasuki ruang makan diikuti Satya. “Pagi, chubby-ku.” Kirana mencubit gemas kedua pipi Selva dari arah belakang.

