Zhen berdehem, memalingkan wajahnya yang memerah, mengatur napasnya diam-diam agar jantungnya yang berdebar kencang bisa berdetak dalam ketukan normal kembali. “Mas?” tegur Isla setelah iapun terpaksa mencuri waktu menenangkan diri karena ulah pikirannya yang senang sekali menjelajah kemana-mana saat bersama Zhen. “Hmm.” “Jadi, Mas ngapain ke US? US-nya di mana? Kok lama banget? Di sana tinggal di mana? Mas masih punya rumah di sana? Apa jangan-jangan Mas punya pacar ldr-an?” “STOP!” Isla menganga, lalu mengatupkan kedua bibirnya. “Kamu tuh kayak istri yang suaminya pulang telat ga bawa ketengan tau ga!” “Ih tau-tauan, jangan-jangan bener ya Mas nikah diam-diam?” Zhen mendengus. Ia mengambil bantal sofa, meletakkan benda empuk itu tepat di samping Isla, lalu merebahkan diri