Panggilan itu usai, lebih tepatnya sang penelpon yang mengusaikan. Sesak yang diakibatkan bronchitis yang dideritanya tak seberapa dengan sesak yang ditimbukan percakapan mesra di balik telpon tadi. Sementara di kamar Isla, Zhen yang sadar jika sambungan telpon sang kekasih dan mantannya sudah terputus, mengusaikan aksinya. Zhen mencengir lebar sedangkan Isla mengerutkan keningnya, menangkap maksud dan tujuan Zhen. “Mas?” “Ya?” “Mas sengaja ya?” “I won’t sorry, boo. But he needs to know. Dan bukan urusanku dia suka atau tidak dengan caraku menyatakan bahwa kamu bersamaku sekarang!” Isla bisa mendengar jelas amarah di balik nada dingin Zhen. Ya, seharusnya ia sudah menduga saat Zhen memintanya mengangkat ponselnya tadi bukan? Siapa juga yang bisa bersabar kala orang yang kita ci