Prolog

339 Words
Handoko tersenyum senang menatap cucunya yang asik bernyanyi riang seiring langkah kecilnya yang begitu menggemaskan. Tangannya setia mengenggam tangan kecil cucunya menjaga cucunya agar tidak terjatuh. “Aurel senang bisa jalan-jalan sama Kakek?” tanya Handoko. Gadis kecil yang dipanggil Aurel itu mengangguk semangat sehingga rambutnya yang dikucir kuda ikut bergoyang. “Aulel senang. Aulel kangen sama Kakek. Kakek jalang ke lumah Aulel,” jawabnya cadel. Handoko tersenyum lalu mengusap lembut puncak kepala cucunya. “Aurel mau main apa sekarang?” “Ayunan!” seru Aurel. Handoko tersenyum lalu membawa cucu kecilnya menuju arena bermain anak yang berada di taman komplek perumahan Aurel. “Waa!!!” seru Aurel senang saat tubuhnya terbawa ayunan. Ia merasa terbang dan ia suka. Handoko tersenyum sambil tetap mengayun tubuh Aurel di ayunan. Saat-saat seperti ini yang Handoko suka, menghabiskan waktu dengan cucu bungsunya. “Kek, Aulel haus,” keluh Aurel setelah letih bermain ayunan. “Haus? Kita beli minum dulu ya.” Handoko hendak menarik tangan Aurel namun gadis kecil itu tidak mau beranjak dari kursi ayunan yang didudukinya. “Aulel nunggu Kakek di sini aja. Aulel capek,” keluh Aurel. Handoko mengangguk kecil lalu mencium puncak kepala Aurel. “Jangan kemana-mana ya. Tunggu Kakek.” Aurel mengangguk mengerti lalu membiarkan Handoko pergi membeli minuman untuknya. Handoko melangkahkan kakinya ke arah kedai kecil yang berada di pinggir taman. Ia membeli sebotol minuman dingin untuk Aurel dan sebotol air mineral untuknya. Saat ia ingin menghampiri cucunya, Handoko mendnegar suatu keributan kecil. Ternyata Aurel sedang diganggu oleh tiga anak laki-laki usil. “Pelgi. Aulel nggak suka sama kalian,” usir Aurel marah. Gadis kecil itu sudah beruraui air mata. Handoko hendak membantu cucunya itu namun langkahnya terhalang oleh seorang anak laki-laki berseragam merah putih. Anak itu nampak membantu Aurel mengusir tiga bocah usil itu. Tidak lama, tiga bocah itu pergi dari hadapan mereka. Anak laki-laki tadi berbalik menatap Aurel yang masih menangis. Ia menepuk-nepuk kepala Aurel lalu berkata sesuatu. Aurel tetap menangis hingga laki-laki kecil itu memeluk Aurel. Khas pelukan anak kecil. Tangis Aurel berhenti secara perlahan. Anak laki-laki itu melepas pelukannya lalu menghapus air mata Aurel yang masih lengket di pipinya. Handoko tersenyum senang mendapati kejadian yang berlangsung di depan matanya. Dadanya menghangat melihat keduanya bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD