Rare Girl

2275 Words
Setelah menatap angka cantik di atas kepala gadis itu Sam terperanjat dan entah bagaimana ekspresinya sekarang ini, dia benar – benar keluar dari karakternya, sangat out of character “K—kau…kau…” Sam memandang gadis itu masih dengan raut keterkejutan di wajahnya dan tanpa aba – aba ia langsung memegang bahu gadis di depannya dengan erat. “SIAPA NAMAMU? KAU DARI KELAS MANA? NAMAKU SAM, DAN AKU SANGAT INGIN BERTEMAN BAIK DENGANMU!” Ucap Sam meneriakkan emosinya yang mendidih. Sam bahkan tidak menggunakan Lo-Gue miliknya yang biasa saking terkejutnya dengan angka gadis itu. Sam meneguk ludahnya dengan susah payah, entah kenapa tenggorokannya serasa tercekik. “NO! MAKSUDKU, AKU HARUS MENJADI TEMAN BAIKMU!” Yah—ini benar – benar luar biasa. A zero count? What the-? Buuuukkkkk Gadis itu memukul Sam tepat di pelipisnya dan bodohnya lagi, ia benar – benar menyiram Sam dengan pupuk kotoran sapi yang baunya, ugh… menjijikkan. Sebenarnya sih tidak apa – apa karena itu juga membuktikan bahwa dia benar – benar anak yang jujur. “Apa yang kau lakukan bodoh! Jangan sok kenal denganku.” Teriaknya marah. Sam duduk dengan ekspresi paling bodoh sepanjang hidupnya. Seluruh tubuhnya kotor dan bau, tapi bukan itu yang membuatnya makin tampak bodoh. Ekspresi cengo dan terkejut yang membaur menjadi satu. Karena kehadiran gadis unik ini Sam seketika menjelma menjadi sosok yang sangat menggelikan. “Aku tidak peduli, pokoknya kau harus jadi temanku!” seru Sam kekeuh. Gadis itu mengernyit jijik. Ia mundur beberapa langkah. “K—kamu ini kenapa? Kamu siapa? Aneh sekali.” Sam bangkit, tak peduli dengan keadaan pakaiannya yang kotor dan berbau busuk. Ia menggenggam telapak tangan gadis itu yang seketika juga langsung ditepis karena kotor. Sam menggeleng keras. “POKOKNYA AKU AKAN JADI TEMANMU! HARUS!” . . Namanya Narcissa. Bahkan namanya juga indah. Itu nama bunga, Narcissa berasal dari kata “Narcisus” yang berarti bunga bakung, tidak heran juga kalau dia sangat menyukai bunga. Tapi menurut sejarah lainnya, Narcissa merupakan nama bunga yang tumbuh setelah seorang dewa pada mitologi Yunani yaitu Narcissus tenggelam dalam telaga. Ia dikenal sebagai seorang pria yang rupawan namun angkuh. Narcissus anak dari dewa sungai Cephissus dan ibunya seorang nimfe yaitu sesosok peri atau bidadari bernama Liriope. Karena keangkuhannya itu, Narcissus dikutuk oleh Dewi Nemesis untuk jatuh cinta dengan bayangannya sendiri. Ketika Narcissus masih kecil, seorang peramal yang bernama Tiresias yang mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa anaknya akan bisa berumur panjang atau sampai usia senja jika ia tidak melihat wajahnya sendiri. Ketampanan Narcissus membuat semua perempuan yang melihatnya langsung jatuh hati. Bahkan hampir semua perempuan di kotanya berharap mendapatkan cinta Narcissus, namun tidak satu pun perempuan yang menarik perhatian Narcissus, semuanya ditolak mentah-mentah. Salah satu perempuan yang jatuh hati dengan Narcissus adalah Dewi Echo. Pada mulanya Dewi Echo hanya mencintai diam-diam dan tidak mau menampakan dirinya pada Narcissus. Dewi Echo sendiri tidak dapat berbicara dengan lancar, ia hanya bisa mengulang kata terakhir yang didengar dari lawan bicaranya. Namun, karena begitu kuat perasaannya, ia tak sanggup menahan diri untuk muncul di hadapan Narcissus. Ternyata, nasib yang sama juga dialami oleh Dewi Echo, cintanya pun tak berbalas, Narcissus menolaknya. Maka, sedihlah hati Dewi Echo lalu ia menangis dan menyendiri dalam kesedihannya itu. Akhirnya, ia bersembunyi di sebuah gua di pegunungan, lambat laun tubuhnya menyusut dan menghilang, dan jika ia mendengar sesuatu, ia akan mengulang kata terakhirnya. Inilah yang disebut Echo atau Gema Suara. Sekarang sering kita dengar suaranya di hutan, tebing dan di gua-gua. Kesedihan dan tangisan Dewi Echo di dengar oleh Dewi Nemesis, lalu sang Dewi menjatuhkan kutukan pada Narcissus bahwa ia akan jatuh hati pada bayangannya sendiri. Suatu hari terjadilah kutukan yang dikatakan Dewi Nemesis; ketika sedang berjalan-jalan di hutan, Narcissus merasa haus dan ia mencari sebuah telaga atau danau, lalu Narcissus mengambil air di danau itu untuk minum. Namun belum sempat mengambil air, ia terkejut ketika melihat bayangan yang ada di permukaan danau tersebut, ia melihat bayangan sesosok wajah yang sangat tampan. Karena begitu kagum, akhirnya Narcissus jatuh hati dengan bayangannya sendiri, ia terus memandangi bayangannya, bahkan sampai lupa waktu, tidak makan dan minum. Ujungnya, ia pun meninggal di tepi sungai sambil melihat bayangan wajahnya sendiri. Setelah kematian Narcissus di pinggiran telaga atau danau tumbuh bunga-bunga yang sangat harum, kemudian bunga tersebut diberi nama bunga narsis atau bunga narsissus. Ya, seperti itulah kira-kira kisah yang popular dari bunga Narcissus. Memang bunga itu sangat harum dan indah. Hanya saja, sifat dari Dewa Narcissus yang cukup buruk. Semoga saja gadis ini tidak memiliki keinginan untuk selalu melihat wajahnya sendiri dan mengaguminya setengah mati. Akan sangat konyol melihat gadis yang—tampaknya—polos itu sebenarnya adalah perempuan yang sangat membangga-banggakan wajahnya sendiri dalam taraf berlebihan. “Maaf, aku benar – benar tidak sengaja, sungguh! Tadinya aku cuma khawatir dengan bunga – bunga yang ada di sini, jadi aku pergi mengeceknya ketika pelajaran berlangsung. Karena selama ini aku tidak pernah melihat ada orang yang kemari, kupikir kau yang merusak bungaku. Maaf.” Wah, tidak heran jika angkanya begitu cantik, ia benar – benar tulus menyampaikan sesuatu dan dia benar – benar merasa bersalah. Gadis itu terlihat begitu manis dan polos. Apapun yang terjadi Sam harus berteman dengannya. Kalau bisa sih, gadis itu harus menjadi miliknya. Narcissa akhirnya membantu Sam membersihkan diri. Beruntung, Sam adalah sosok yang selalu mementingkan kepentingan pribadinya. Hal-hal seperti seragam ganti selalu ada di dalam tasnya. Semuanya sudah terlipat rapi. Sejujurnya, ini malah pertama kalinya seragam ganti yang ia bawa berguna selain saat olahraga. Narcissa membuka tutup betadin. -00000 “Sini, biar aku obati.” Narcissa mengusap luka di pelipis Sam—yang sebenarnya Sam yakini hanya luka ringan. Gadis itu mengoleskan betadin sedikit di pelipis Sam kemudian meniupnya perlahan. Uh, napasnya segar sekali dan wangi badannya seperti……Vanila. Setelahnya ia langsung memasangkan plester luka di pelipis Sam. -00000 “Selesai.” Ucap Narcissa kemudian membereskan peralatannya. Sepertinya, dia anggota klub Biologi, dan dia datang ke sini secara diam – diam hanya untuk memastikan bunganya aman? Dasar freak! Narcissa berdeham. -00000 “Bagaimana jika kau ikut klub Biologi? Karena hanya ada dua orang yang bertahan di sini. Sejak aku menjadi ketua klub, semua anggota memutuskan keluar kecuali satu anak laki – laki yang selalu dekat denganku. Entah apa yang membuat mereka keluar, tapi satu hal yang aku tahu, aku tidak bisa berlama – lama dengan seseorang. Mungkin mereka tidak nyaman denganku. Dan karena sekarang anggotanya tinggal berdua jadi aku lebih mudah saja.” Narcissa tertawa kecil meski Sam tahu jika tawa gadis itu tidak sepenuhnya tawa bahagia dan Sam menyambutnya dengan senyuman kecil sambil memandang kilau hazel-nya yang terlihat lebih suram. Sam berdiri, kemudian berdeham pelan membuat kepala Narcissa menoleh. “Aku mau menjadi anggota klubmu, Cissy. Er…boleh kupanggil kau begitu?” Seketika sinar mata gadis itu berbinar cerah, ia tersenyum lebar dan mengangguk. -00000 “Terima kasih, dan ya, kau boleh memanggilku begitu.” Katanya kemudian. Ah, Sam benar – benar jatuh dalam kilauan hazel itu. “Oh ya, boleh kutanya satu hal?” Tanya Sam ketika mereka duduk berdua di rumah kaca. -00000 “Apa?” Narcissa menoleh memandang Sam. “Siapa satu lagi anggotamu?” Narcissa tersenyum. -00000“Dia dari kelas A, namanya Stefan. Dia baik sekali dan sangat ceria, kurasa kalian berdua akan cocok berteman.” Jawab Narcissa dengan riang. Seketika Sam terkejut, Stefan? Dari kelas A? kelas yang sama dengannya, berarti Stefan yang dia maksud adalah Stefan yang itu. “Er… apa dia anak dengan kelakuan pecicilan dan senyuman lebar setiap saat itu?” Tanya Sam memastikan, padahal sudah jelas. Satu – satunya nama Stefan di kelas A—kelasnya sendiri hanyalah Stefan yang itu. -00000“Iya. Kok kamu tau?” Narcissa mengerutkan alisnya. “Yeah, aku juga dari kelas A jika kau mau tau.” Jawabnya lesu. Yang benar saja, satu klub dengan bocah pecicilan semacam Stefan? Oke, Stefan bukan anak yang buruk, maksudnya dia baik sih, ceria, dan suka pecicilan. Angka di atas kepalanya juga tergolong sangat rendah. Tapi, bergaul dengan anak semacam itu bukan gaya Sam sama sekali, sangat tidak cocok. Stefan adalah anomalinya, sangat berbanding terbalik dengan Sam sendiri. -00000 “Wah, bagus sekali. Kita bisa lebih akrab lagi kalau begitu.” Narcissa tersenyum sangat polos. Sam memandangnya tanpa berkedip. s**l, sepertinya memang ia telah terpesona dengan gadis itu. Tak apalah walau harus dengan Stefan, yang penting dia bisa terus bersama Narcissa. . . -50540 “Ini aku pinjamkan. Ini sangat bagus loh filmnya. Kau harus menontonnya Narcissa, season kedua ada di rumahku. Besok aku akan membawakannya untukmu.” Seorang anak laki – laki yang sepertinya tahun ketiga menghampiri Narcissa sambil menyodorkan DVD kepadanya. Narcissa mendengus dan memandang nya dengan mimik innocent. -00000 “Tidak! Aku tidak mau melihatnya Ren. Ada banyak adegan berkelahi dan konten ‘dewasa’ di sana yang seharusnya tidak aku tonton.” Ucap Narcissa tegas membuat laki – laki yang dipanggil Ren tersebut menelan ludahnya dengan susah payah. Kedua orang itu tidak sadar, kalau sejak tadi Sam dan Stefan memperhatikan yang lebih tepat disebut mengintip mereka di depan pintu rumah kaca yang terbuka. Sam melambaikan tangannya ke arah Narcissa berharap gadis itu menoleh padanya, namun sayangnya Narcissa tidak menoleh sama sekali padanya. Stefan menertawakan tingkah Sam sambil memegangi perutnya. -50540 “Jadi menurutmu ini sangat…?” Narcissa mengangguk mantap. -00000 “Yep.” Tegas Narcissa. -50540 “Maaf kalau begitu.” Ren berbalik dengan menggerutu pelan, mungkin merasa begitu aneh dengan Narcissa yang masih memikirkan konten – konten ‘dewasa’ padahal umurnya sendiri sudah tujuh belas tahun. ~ching -50541 Sam tersenyum, sepertinya Ren adalah seorang yang pintar bersosialisasi dan errr—cowok yang baik. Jadi tidak heran mengapa nomornya lumayan tinggi, walau tidak setinggi si Bel listrik itu. Atau malah, ia tertarik kepada Narcissa? Seketika perut Sam melilit memikirkan kemungkinan tersebut. Sam masih tetap berdiri mematung memandangi Narcissa seperti orang i***t, sampai ia hentikan ketika Stefan terus saja menertawainya sambil melontarkan ejekan – ejekan menyebalkan padanya. -00452 “Ah, ah, ah, pangeran es dari kelas A sedang cemburu.” Stefan menyeringai jahil menatap kilatan kelam di mata Sam. “Diam kau, berisik!” katanya tajam dan kembali memperhatikan Narcissa yang sedang berlari menghampirinya dan juga Stefan. -00000 “Err… Hey!” Narcissa menepuk bahu Sam sambil tetap berpikir, berusaha mengingat siapa nama pria dengan iris sekelam langit malam di depannya. Di sampingnya, Stefan melempar senyum idiotnya yang biasa, dan ditanggapi dengan senyuman lebar Narcissa. Ah dua manusia polos berkumpul, meski Sam lebih menganggap Stefan bodoh daripada polos. Sam terperanjat dan menyadari kebodohannya. Bisa – bisanya ia tidak menyadari kehadiran Narcissa yang membawa aroma Vanila dari badannya. “Hai, Cissy.” Sapa Sam tersenyum. -00000 “Hai. Err-?” Narcissa menggaruk kepalanya. Sam terkekeh. “Sam.” Ujarnya pelan. Sam tidak habis pikir, Bisa – bisanya gadis ini tidak ingat namanya, padahal nama panggilan yang ia beri tau pada Narcissa kemarin sangat singkat. -00000 “Oh ya, Sam. Apa yang kau lakukan di sini dengan Stefan?” tanyanya sambil memandang kearah Stefan dan Sam bergantian. Sam terkekeh lagi. “Eh, hanya mau membicarakan soal klub tumbuhan.” Ucap Sam salah tingkah. Ah, Sam jadi merasa kalau wajahnya hangat karena suatu hal. -00000 “…………” Tidak bereaksi? Sam pikir, gadis ini akan senang atau semacamnya. Sam berdeham. “Jadi aku berpikir, mungkin kalau misalnya aku menjadi anggota klubmu, aku bisa membantumu atau semacamnya.” Ucap Sam setengah berharap Narcissa akan menerimanya. Narcissa menggerling. -00000 “Ohhh. Yang itu. Maksudmu tentang kau ingin bergabung dengan klub Biologi?” Sam memutar bola matanya dan menyadari bahwa tindakannya benar – benar bodoh. Salah menyebut nama klub, dan membuat Narcissa bingung. “Yeah, itu maksudku.” Narcissa tertawa. Tak ketinggalan juga Stefan yang sekarang tertawa dengan terbahak – bahak, padahal sesaat lalu, dia hanya cekikikan tidak jelas sambil menutupi mulutnya. “Diam bodoh!” Desisnya tajam sambil melirik Stefan. -00000 “Hahahaha, tadinya aku berpikir memang ada klub tumbuhan di sekolah ini? Hahaha, kau sangat lucu Sam.” Ucap Narcissa berhasil membuat wajah Sam memerah karena menjadi objek tertawaan Narcissa—dan jangan lupakan Stefan juga. ‘s**l, she’s so freaking cute!’ batin Sam girang. Stefan masih tertawa – tawa sampai mereka bertiga selesai berbicara dan memutuskan untuk kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi. Sam dan Stefan yang berasal dari kelas A berpisah dengan Narcissa yang berada di kelas D. mereka saling melambaikan tangan, kemudian kembali ke kelas masing- masing. -00452 “Sam, gue rasa Cissa nggak punya teman deh. Ah, padahal gue senang tuh temenan sama dia, dan lo pokoknya juga harus jadi temen dia.” Ucap Stefan sesaat setelah mereka sampai di kelas. Sam memandang pemuda di depannya, kemudian di atas kepalanya. Angkanya tidak bertambah, Stefan tulus mengatakannya. -00452 “Kenapa mandangin gue? Nge-fans?” goda Stefan setengah tertawa. Sam memutar bola matanya, mulai lagi sisi kenarsisan pemuda ini muncul. “Bodoh.” Ujar Sam ketus kemudian berlalu mendahului Stefan. -00452 “Oh, gue baru nyadar akan sesuatu. Kalau Sam sih, pasti maunya Cissa menjadi ‘lebih dari teman’ kan ya?” katanya sembari menggerling ke arah Sam. Sam mengalihkan pandangannya, sesaat ia merasa darahnya berdesir pelan. “Lo bisa diem nggak sih, bocah cerewet.” Ucap Sam tajam. Stefan terkekeh. Mungkin, setelah ini kemampuan Sam akan sedikit berguna. Yeah, sedikit karena pada dasarnya ia sama sekali tidak menginginkan kemampuan itu, kalau perlu ia ingin kembali menjadi pemuda normal tanpa harus melihat angka – angka berseliweran setiap harinya. Tahu kalau orang lain memiliki banyak kebohongan itu ada enak dan ada tidaknya. Satu sisi, kau bisa memprediksi bagaimana ‘tentang’ orang itu, tapi di sisi lain, kau mulai kehilangan kepercayaan kepada siapapun yang kau temui. Begitu juga yang dirasakan Sam selama lima tahun terakhir ini. ----
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD