Sesak.... Hanya satu hal itu yang Alfian rasakan begitu dia membuka mata. Langit-langit kamar serta dinding-dinding putih kamarnya yang begitu luas nyatanya tak memberikan perasaan lega yang dia inginkan. Ruangan yang dulu selalu menjadi tempat bersembunyinya kini menjadi penjara yang tak terlihat. Dia kembali menarik napasnya dalam, mencoba mengisi paru-parunya, namun ternyata gagal. Tubuhnya masih berbaring di ranjang besarnya, sembari menatap ke arah sampingnya yang kini kosong. Punggung tangannya bergerak menutupi mata dan menekan dahinya. Di dalam hatinya, dia merindukan Rani. Rasa bersalah itu masih memenuhi dirinya. Malam demi malam yang dia lalui setelah kepergian Rani begitu menyiksanya. Malam terakhir Rani berada di sisinya selalu menjadi mimpi buruk yang selalu berulang set