Eara bekerja lebih keras dari biasanya. Jika biasanya dia bekerja hanya sekedar jadwal yang sudah diberikan nyonya Dorothy padanya. Tapi untuk hari ini dia mengerjakan pekerjaan beberapa temannya. Bukan karena orang-orang yang memerintahkannya, tapi Eara membutuhkan banyak pekerjaan untuk mengembalikan akal sehatnya. Dia menangis hampir satu jam setelah berhubungan dengan pria itu. Dia terluka, tapi dia juga mendesah dengan dan memanggil nama pria itu di saat pelepasannya. Dia merasa dirinya sudah menjadi p*****r sepenuhnya.
Eara menghela napas dan kembali membersihkan kolam besar yang sudah harus di kuras. Dia juga sudah berjanji untuk membantu tukang kebun untuk membersihkan halaman luas. Dia tidak bisa diam walau hanya sedetik, karena setiap detiknya dia mengingat setiap sentuhan laki-laki itu pada tubuhnya. Ada luka yang tidak bisa dia sembunyikan dan ada gairah yang tidak bisa dia pendam.
Jam makan siang Eara hanya mengambil satu tangkup roti dan memakannya sambil bekerja di kebun. Tuan Hans, penjaga kebun dan juga orang yang bertanggung jawab atas setiap bunga, pohon dan halaman luas itu sangat ramah. Dia mengajarkan Eara menatap bunga dengan baik, memberikan pupuk, dan menjaganya agar tetap hidup dengan baik.
“Seperti sebuah cinta yang dating dan menghasilkan sebuah kebahagiaan,” Ucap pria tua itu. Eara hanya tersenyim simpul. Dia belum pernah memiliki kekasih sebelumnya. Dan dia tidak yakin akan ada pria yang mau menikahi wanita sepertinya.
“Kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak kamu sangka, jika kamu mau sedikit bersabar,” Tambahnya. Eara hanya tersenyum, berusaha untuk menyingkirkan kesedihannya dihadapan pria tua ini. Setelah belajar menanam bunga, dia juga merapikan sedikit halaman. Tapi karena merasa lelah dia terduduk di bawah pohon yang rindang. Musim panas hampir berakhir dan daun mulai berguguran. Eara merasakan hawa sejuk yang di rasakannya. Sedikit menghilangkan perasaannya yang sangat tidak karuan sejak pagi tadi.
****
Eara menatap satu koper yang berisikan pakaian tuan besar. Pria itu harus pergi selama seminggu untuk perjalanan bisnisnya. Eara tak berani berucap apa pun, dia hanya bisa diam dan merapikan apa pun yang di butuhkan pria itu selama pergi. Diam-diam Eara memperhatikan Adrel yang sedang menghabiskan waktunya dengan membaca. Semenjak hari itu, dia tak lagi menyentuhnya. Hanya membiarkan dirinya memakai baju sialan yang seakan tidak pernah ada habisnya. Eara menutup koper besar itu dan menaruhnya di sisi ruangan.
Setelah semuanya sudah rapi, Eara beranjak dari tempatnya tertunduk sesaat pada tuan besarnya itu untuk pamit,” maaf tuan, saya harus pergi untuk makan malam.” Eara memperhatikan pria itu, tak ada jawaban sama sekali darinya. Dia mengartikan itu adalah ya, sekali lagi Eara mengangguk dan berjalan melewatinya. Namun, tiba-tiba saja tubuhnya tertarik, membuatnya terjatuh di atas tubuh pria arogan dan menyebalkan itu.
“Bukankah sudah aku katakan, selama aku berada di kamar ini, kamu tidak boleh keluar.” Eara menelan ludahnya, jantungnya terasa berpacu dengan cepat dan ia sangat merasa gugup. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan rasional beberapa hari ini. Bahkan otaknya seperti tidak memiliki jalan yang benar lagi. Eara harus mengingatkan dirinya untuk bertemu Tuhan di akhir pekan ini. Dia harus memohon maaf atas kebodohannya ini.
Ketukan pintu membuat Eara menyingkir dari tubuh Adrel dan berdiri. Kali ini dia tidak mengambil makanan itu dan membiarkan pelayan yang membawanya masuk. Dia masih memakai pakaian yang bisa di bilang wajar, tapi dia sungguh tidak suka dengan para pengawal yang selalu berjaga di depan. Seakan menatap tubuhnya tanpa sehelai benang. Eara mengambil kereta saji dan menata makanan di meja bundar. Setelah menatanya Eara mempersilahkan tuan untuk makan dan berdiri di sisi kiri Adrel, menunggu tuannya itu selesai makan.
Adrel mengambil beberapa menu dan memakannya. Dia pun menoleh menatap Eara yang masih berdiri dengan setia di belakangnya. Lalu berkata,” Duduk.” Karena terkejut Eara hanya berdiri diam menatap tuan besar. Meyakinkan apa yang diucapkan pria itu. Dia takut salah dengar dan setelah duduk pria itu akan memakinya.
“Apa kamu tuli?” suara bariton itu kini terdengar lebih jelas. Eara mengambil bangku di sisi Adrel dan duduk diam. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dan lagi-lagi tuan Adrel berkata dengan nada sinisnya,” Apa kamu lebih suka menonton orang makan?” Eara mengambil satu piring yang berada di bawah kereta dorong dan mengambil budapest yang bertabur keju, sayuran dan sedikit saos juga mayonnaise. Dia memakannya perlahan, berbeda dengan tuan yang memotongnya dengan pisau dan garpu. Eara hanya menggigitnya dan menaruhnya di piring.
Adrel menatap wanita dihadapannya. Bibir itu penuh dengan mayonnaise dan lidahnya yang sesekali menjilat bibirnya. Dia harus meneguk salivanya dan menahan keinginannya untuk kembali menikmati tubuh sialan dihadapannya. Dia harus segera pergi, bukan karena dia takut tertinggal pesawat. Jet pribadinya bisa menunggu sesukanya, hanya saja masalah yang terjadi membuatnya harus segera pergi. Adrel memfokuskan dirinya pada makanan, tapi wanita sialan itu seperti menggodanya. Sekali lagi dia menggigit makanannya dan menikmati mayonnaise yang berada di sudut bibirnya. Adrel menunggu wanita itu menghabiskan makanannya. Dia sudah benar-benar tidak bernapsu untuk memakan makanannya, dia ingin ‘memakan’ wanita sialan yang seakan dengan sengaja menggodanya.
****
Usai makan Eara merapihkan seluruh makanan ke kereta saji dan menatanya. Baru saja dia ingin membawa kereta saji itu keluar. Dengan sangat tiba-tiba pria itu menarik tubuhnya dan melumat bibirnya dengan sangat sangat kasar. Eara tidak bisa mengelak, ada rasa pasrah dan juga kenikmatan. Dia tahu ini bodoh, tapi pria ini sudah membuatnya benar-benar menjadi p*****r. Mungkin saat pria ini membuangnya ke jalan suatu saat nanti, dia bisa menjual dirinya untuk mendapatkan uang. Eara terdorong ke kasur, tubuhnya sudah terbuka sepenuhnya. Tubuh mereka sudah saling terbuka dan b*******h. Eara membiarkan Adrel mencium bibirnya, sementara jemarinya berjalan pada d**a bidang pria itu. Merasakan setiap tekstur bentuk yang terpahat dengan indah.
“Cium dadaku,” Bisik Adrel. Dia menatap pria itu, seakan meyakinkan apa yang diperintahkannya. Dan dengan perlahan Eara pun memajukan tubuhnya, dia mengecup d**a bidang itu. berjalan pada leher jenjang Adrel yang mengurungnya. Membuat pria itu semakin gila. Dia membuka lebar kedua kaki Eara, dan sekali lagi menyatukan tubuh mereka. Gairah di tubuh mereka sudah saling terbakar dan Adrel merasakan tubuhnya sudah tidak bisa menahannya. Dia menghentakkan tubuhnya pada Eara dengan sangat kasar dan mencim bibir wanita itu, seakan bibir wanita itu adalah wishky yang memabukkan.
“Wanita sialan, darimana bibir sialan itu kamu dapatkan?” ucap Adrel saat tubuhnya menghentakkan miliknya dengan keras. Eara mendesah keras, bibirnya membalas setiap ciuman kasar yang Adrel berikan. Dia tahu ini adalah dosa, tapi dia tidak bisa menahan gairah yang baru kali ini ia rasakan. Kedua tangannya melingkar sepenuhnya di leher Adrel, tubuhnya pun tak tinggal diam. Dia mulai belajar untuk menggerakan tubuhnya, menikmati setiap desakan itu. Dan itu membuat Adrel yang semakin gila. Tanpa melepaskan tubuhnya pada wanita itu, dia berbalik tanpa melepaskan penyatuan mereka. Pria itu membuat Eara berada di atasnya dan mengerang dengan keras merasakan gigitan kasar Adrel di dadanya dan milik pria itu yang semakin memenuhinya. Dalam gairah, Adrel pun berucap,“Bergeraklah seperti jalang.”” Sebut namaku.” Tambahnya.
“Ahhhdrelll… “Eara mengerang keras saat Adrel menarik rambutnya, membuatnya mendongak keras. Bibir Adrel memberikan tanda padanya. Tanda yang cukup banyak, sehingga Eara semakin terbuai dan semakin terjatuh pada kegilaan yang tidak lagi bisa ia kendalikan.
****