2. Kepo kuadrat
1035 Words
"Sini bang, gandengan aja sama aku. Biar gak ada jamurnya tuh tangan," kekeh Reza, teman sebangku Revan sambil cengengesan dengan gaya kemayu sambil pundak daftar itu.
"Njay, gila! Lo kira gue gay gitu? Najis. Gausah sentuh-sentuh. Dasar homo!" sahut Revan.
"Ih kok malah marah sih, Bang? Ntar nggak aku kasih jatah loo," canda Reza lagi.
Lama-lama gue pengen muntah, Za, duduk bareng lo. Geli gue liatnya, ”sahut Revan sembari bergidik ngeri.
Bu Nuri hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku anak-anak di kelas itu. "Sudah .. sudah .. ntar aja lanjutin bercandanya. Sekarang kalian, materi tentang jamur agar nanti memudahkan kalian saat praktikum." tegur bu Nuri perlindungan candaan mereka.
"Iya, Buuu ..." sahut mereka semua serempak.
- -
"Ris, lo tadi dianter?" tanya Revan pada saat jam istirahat.
"Nggak, gue tadi naik motor. Dan perlu lo tau tadi motor gue mogok," sahut Risa.
"Lah terus gimana lo bisa nyampe ke sekolah tepat waktu? Kenapa lo nggak nelpon gue, sih."
"Tadinya gue pengen nelpon lo tapi ..."
#flashback aktif
"Lah kok nggak bisa hidup sih, s**l banget dah gue. Mana gue nggak ngerti mesin lagi. Ya Allah beri jalan buat Risa agar bisa nyampe ke sekolah tepat waktu," gumam Risa dengan muka cemasnya.
Pria dengan celana abu-abu dan jaket polos warna hitam dilengkapi dengan helm fullface singgah tepat di hadapan Risa yang sedang cemas karena motornya yang tiba-tiba tidak dapat dijalankan pada saat itu.
"Mogok?" tanya pria itu.
"Nggak tau, tiba-tiba aja nggak bisa dihidupin. Bantuin gue plis .. gue gak mau mau gara-gara telat," sahut Risa sedikit memelas agar pria itu bisa membantunya.
Tanpa pikir panjang lebar, pria itu langsung mengambil peralatan dari dalam tasnya.
Gila nih anak, sekolah pake bawa alat-alat gituan segala. Mau sekolah apa mau nge-bengkel sih. batin Risa.
Udah beres nih, motor kayaknya lo belum di servis makanya bisa kayak gini, ucap pria itu.
"O..oh gitu, makasih ya. Btw lo anak dari sekolah mana?" tanya Risa.
"SMAN 2 Cendikia."
"Lah, gue juga sekolah di sana. Lo kelas berapa? Kok gue nggak bisa liat, sih?" tanya Risa lagi.
"12," sahut pria itu lagi dengan nada singkat lalu menaiki motor yang dibawanya dan menancapkan gas meninggalkan Risa sendiri.
"Eeh nama lo siapa ... ??" teriak Risa namun tidak didengar oleh pria itu.
Risa pun segera menaiki motornya lalu menjalankan ke sekolah karena pada saat itu bel sekolah berbunyi tinggal 23 menit lagi.
#flashback off
"Gue gak sempet nanya namanya, Van, bantuin gue dong buat cari tau," pinta Risa setelah menyelesaikan cerita yang dialaminya pagi tadi. "Gue juga mau ngucapin terimakasih ke dia."
"Buat apa sih lo, Ris? Pengen banget kayaknya kenal sama tu cowok," tanya Revan.
"Ya gue mau bilang makasih aja gitu sama dia. Bantuin gue yah .. pliss," sahut Risa.
"Males." jawab Revan.
"Ih jahat banget sih lo, yaudah gue cari tau sendiri aja!" sahut Risa dengan raut kesal pada sahabatnya itu.
"Yaudah sono. Gue mau ke kantin." Kali ini Revan yang menjawab dengan nada ketus sambil meninggalkan Risa di ruang kelas sendirian.
Gue harus nyari tau tentang tu cowok, tapi ke siapa coba? Gue kan gak banyak kenalan sama kakak kelas. batin Risa.
"Laper juga gue kalo lama-lama di sini, mending gue nyusul Salsa ke kantin," gumam Risa kemudian meninggalkan ruangan kelas.
Di saat Risa melewati koridor kelas sepuluh yang dekat dengan ruang guru, Risa melihat Aldi yang sedang membawa tumpukan buku LKS.
"Eeh .. Kak Aldi!" sapa Risa.
"Apaan?" sahut Aldi.
"Gapapa, kelihatannya lo kesusahan ya kak ngebawa tu buku bejibun, sini gue bantu," ucap Risa sambil mengambil sebagian dari buku yang dibawa Aldi.
"Eh gausah, berat biar gue aja," sahut Aldi berusaha mengambil buku yang dipegang Risa, tapi cewek itu menghindarkan buku yang di pegangnya dari tangan Aldi.
"Haha .. demam Dilan juga ya lo kak." kekeh Risa.
"Apaan sih lo, sini balikin bukunya ntar lo kecapean," sahut Aldi lagi dengan nada kesal.
"Kalo ngangkat buku segini doang mah, gue masih bisa. Udah ah, niat gue tuh baik pengen bantuin lo. Lagian kelas lo udah deket kok."
"Yaudah. Kalo lo kecapean gue gak tanggung jawab."
“Santai aja kali, Kak,” sahut Risa.
Akhirnya mereka berdua sampai di depan kelas XII IPA 3. Seketika perhatian Risa teralihkan ke arah salah satu cowok di kelas itu. Tidak salah lagi, dia adalah cowok yang pagi tadi membantu Risa ternyata satu kelas dengan Aldi.
"Kak, gue boleh nanya nggak?" ucap Risa.
"Nanya apaan?" sahut Aldi.
"Cowok yang itu namanya siapa?" tanya Risa sambil menunjuk objek yang dimaksud.
Kenapa emang? Aldi malah membalikkan pertanyaan.
“Gapapa, pengen tau aja, sih,” sahut Risa.
"Namanya Nathan. Cees gue tuh, lo mau kenalan?" tanya Aldi lagi.
"Ooh Nathan ... nggak kok. Yaudah gue balik dulu ya kak. Nih bukunya," sahut Risa sambil menyerahkan buku LKS yang sedari tadi dia bawa.
"Nathan," sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Risa hanya mengeja nama itu. Setelah sampai di ruangan kelasnya Risa disapa oleh Salsa.
"Lo habis dari mana, Ris? Gue perhatiin dari tadi lo nggak ada ke kantin kan?" tanya Salsa.
“O iya gue lupa, yaampun temenin gue ke kantin bentar yuk. Laper banget nih gue,” pinta Risa.
"Telat lo, jam istirahat kan udah habis!" ketus Salsa kepada itu.
"Yang bener, Sal? Kok gue gak denger suara bel dari tadi?" sahut Risa.
“Mana gue tau. Kuping lo macet kali,” sahut Salsa.
"Jahat banget sih lo ngatain gue gitu." sahut Risa lagi.
"Iya deh maaf, hehe. Lagian lo dari tadi ke mana sih, Ris? Dikasih waktu 25 menit buat istirahat lo gunain buat apa coba?" tanya Salsa.
Sstt… sini deh gue bisikin, ”sahut Risa.
"Kenapa sih pake bisik-bisikan segala. Tinggal bilang aja langsung apa susahnya Risaaa?"
"Iya deh gue ceritain. Tadi gue abis dari kelas xii ipa-3 bantuin kak Aldi ngebawa paketan buku. Dan gue udah tau siapa nama cowok pake helm fullface yang gue tanyain sama lo pagi tadi," sahut Risa.
"Oh ya. Siapa namanya, Ris?" tanya Salsa.
"NATHAN. Namanya Nathan!"
- Writer
