My Wife BAB 24

1410 Words
Sherill. Dalam fikirku masalah yang kulalui saat ini akan terasa indah tapi masih ada problem yang belum terselesaikan sampai saat ini .......Johan Kakaku. Pernikahannya masih belum menemui titik terang akan restu dari keluarga Ayahku yaitu nenek ku karena sampai detik ini pun ia masih sangat membenci istri Johan yaitu Nike. Aku pulang ke rumah ayahku karena ku dengar nenek sedang sakit, aku memasuki rumah ini dan menemukan ibuku sedang duduk di kursi makan ruang tengah aku menghampirinya dan duduk di sampingnya ia masih terlihat menatap ke arah meja dengan tatapan yang sangat sulit ku artikan . Ada apa fikirku bahkan ibuku masih tidak menyadari kehadiranku. " Ibu." Panggilku pada ibu ia menatapku dengan tatapan terkejut. " Ya Tuhan kapan kau sampai."Ucapnya " Baru 20 menit yang lalu."Ucapku masih terus menatapnya. " Kenapa tidak bersuara kalau datang."Ucapnya lalu memelukku. Aku mengusap punggungnya dengan perlahan. " Aku tidak ingin mengganggu ibu karena aku lihat ibu seperti sedang banyak fikiran."Ucapku. Ia masih terus mengusap punggungku dengan hangat lalu melepaskannya. " Kau mau bertemu dengan nenekmu??." Tanya nya padaku. " Ya aku dengar ia sedang sakit makanya aku datang."Ucapku. " Hemmmm Kau datang sendiri? dimana Sandrevano dan Ivan." " Mereka menyusul nanti."Ucapku pada ibu. " Ibu tidak apa-apa?."Tanyaku. " Jangan khawatirkan apapun kau lihat ibumu ini bahkan masih sangat sehat dan bugar."Ucapnya dengan tersenyum yang terkesan sangat di paksakan. Aku tau kau menyimpan begitu banyak beban Ibu. Aku masih menatapnya dengan pedih aku tau ia begitu sangat membenci nenekku karena nenek lah penyebab Johan tak pernah pulang kerumah kalau ia sedang berada di sini untuk waktu yang lama, akupun sedih tapi aku juga tak pernah bisa berbuat apapun itu untuk membela kakaku karena aku tak memiliki seseorang mendukungku untuk menentang nenekku karena ayah dan ibu begitu menghormatinya sebagai orang tua. Aku memegang tangan ibuku dan mengusapnya secara perlahan, tangan ini yang merawat ku dulu. " Ayo kekamar nenek."Ucapnya. Aku pun menganggukan kepalaku dan berjalan mengikutinya untuk menemui nenek. Ia membuka pintu lalu masuk akupun mengikutinya di belakang dan saat masuk aku bisa melihatnya yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya. Aku menghampirinya yang sedang berbincang dengan Kakak dari ayahku. " Sherill kau datang, kemarilah."Ucap nenek saat melihatku. Aku menghampirinya dan duduk di tempat pamanku yang sedang duduk tadi ia memegang tanganku sambil tersenyum menatapku aku balas tersenyum dengan hangat ini lah alasanku tak pernah bisa membela kakaku karena ia begitu baik ketika denganku ia bahkan juga tak pernah memarahiku sekalipun entahlah terkadang aku berfikir Johan seperti bukan dari keluarga ini karena dari dulu ia selalu menentang apapun yang kakaku inginkan terkadang aku berfikir itu begitu sangat tidak adil untuknya dan alasan kenapa Johan menentangnya dan membuat keputusan pergi dari rumah ini. Karena setiap aku bertanya akan rasa penasaranku pada keluargaku kenapa tak ada yang melarang atau mencegah Johan pergi dari rumah ini dan herannya sampai detik ini mereka semua tak pernah memberiku jawaban sedikitpun termasuk ayah dan ibuku yang terkesan menghindari pertanyaan tersebut saat aku lontarkan pada mereka. " Kau sudah makan?."Tanyanya padaku. aku menatapnya dan menganggukan kepalaku padanya. " Oma tak perlu menghawatirkanku karena aku masih sehat, oma hanya perlu melihat kondisi oma agar cepat pulih kembali dan sehat seperti sedia kala."Ucapku padanya. Ia menatapku tetap tersenyum. Aku melihat ibuku yang sedang menatap kami dari sofa tempatnya duduk bersama pamanku. " Sherill."Panggil oma padaku. " Ya apakah oma ingin sesuatu?."Tanyaku padanya. " Ya, bisakah kita berbicara berdua saja, suruh ibu dan pamanmu keluar dulu ya."Ucapnya. Aku menatapnya dengan pandangan tak mengerti lalu berjalan menghampiri ibuku untuk memintanya meninggalkan kami berdua. Ibu mengelus punggungku sebentar lalu beranjak keluar diikuti dengan paman yang berjalan mengekori ibu di belakang aku menutup pintu dan berbalik duduk kembali di samping nenekku, ia masih menatapku sampai aku duduk di tempatku. " Mungkin kau bertanya tanya kenapa aku memintamu untuk berbicara berdua dan aku tau kau sedikit kesal padaku karena masalah antara aku dengan Johan tapi harus kau tau aku menyayanginya walaupun ia bukun cucu kandungku."Ucapnya aku menatapnya dengan cepat apa barusan salah mendengarnya Johan... " Ia bukan anak kandung dari ayahmu dan ibumu karena hanya kau satu-satunya anak mereka."Ucapnya aku memandangnya dengan syok bagaimana mungkin mereka membohongiku selama ini fikirku sampai tak terasa air mataku sudah terbendung dan tak lama mengalir di pipiku. Aku masih menatapnya dalam diamku. " Johan adalah anak dari supir pribadi ayahmu dulu yang sudah lama meninggal sebelum kau lahir, Johan tak punya siapapun maka ayah dan ibumu memutuskan untuk mengangkatnya menjadi putra mereka awalnya aku sangat menentangnya karena bagaimanapun ibumu harus bisa mengandung penerus keluarga ini yaitu dirimu Sherill makanya aku sangat membenci Johan dulu tapi ketika ibumu hamil dirimu entah kenapa perasaan benci lama lama menghilang dan aku menjadi sangat menyayanginya dan menganggapnya sebagai cucuku sendiri. Alasanku menentang keinginannya adalah bukan karena aku membencinya justru karena aku begitu menyayanginya dan aku ingin ia bahagia dan menjadi yang terbaik agar tak di pandang sebelah mata oleh orang di luar sana, aku tak ingin ia di rendahkan oleh orang lain begitupun dirimu juga aku tak ingin kalian di pandang rendah maka dari itu aku begitu keras kepada kalian semua agar ketika mereka diluar sana memandang kalian akan segan dan jangan kau berfikir ayah dan ibu mu tak marah saat aku mengusir Johan."Ucapnya aku membuang pandanganku ke arah lain dan terus menangis dalam diamku. Ia menggenggam tangaku dengan erat dan membuatku menatapnya ia tersenyum hangat. " Berjanjilah setelah kau tau semuanya jangan pernah membenci ayah dan ibumu karena mereka tidak bersalah, bahkan ayahmu begitu sangat marah ketika aku mengusir Johan dari rumah ini ia bahkan tak ingin berbicara denganku sampai 3 bulan karena kesalahanku tapi begitu ia tau apa di balik alasanku sampai tega mengusirnya, ia mengerti dan tetap diam meskipun bertentangan dengan hatinya akupun sama sedih seperti kalian karena kehilangan 1 cucuku yang begitu penurut dan menyayangi keluarganya Johan dia adalah anak yang baik dan begitu menyayangi keluarganya."Ucapnya. Aku menangis lalu memeluk nenekku dengan sangat erat ia terus mengelus punggungku secara teratur. Saat aku mulai tenang aku melepaskan pelukan kami aku langsung menatap nya dengan senyumku tanda aku baik baik saja agar ia tak merasa begitu khawatir padaku. " Baiklah oma istirahatlah aku akan kembali kesini nanti sore dan terimakasih sudah mau menjelaskan semua rasa penasaranku."Ucapku ia menatapku lalu menganggukan kepalanya tanda mengerti dan aku pun melangkah keluar dari kamar nenekku dan menutup pintu secara perlahan. Saat sudah di luar aku melihat ibuku sedang duduk berbincang dengan Sandrevano dan Ivan dan tak lama mereka semua menatapku aku terdiam sejenak memandang pada ibuku lalu membuang pandanganku kearah lain bukan karena membencinya setelah tau semua ini tapi aku hanya kesal saja kenapa tak apernah ada yang memberitahukan padaku. " Sayang kau menangis."Ucap ibuku saat ia berjalan menghampiriku aku dengan reflek memundurkan langkahku untuk menghindarinya. Ia terdiam saat aku menghindarinya dan menatapku dengan tatapan yang sangat sulit kuartikan kulihat Sandrevano pun menatapku dengan tatapan khawatir akan apa yang terjadi padaku. " Ibu maaf aku lelah aku ingin pulang besok aku akan datang lagi aku berjanji."Ucapku padanya dan tak lama ia menganggukan kepalanya dan aku berjalan melaluinya untuk menuju kekamarku. Aku berhenti sejenak untuk melihat Ivan dan Sandrevano yang masih pada posisi menatapku. Aku berjalan mendekat dan mengisyaratkan pada mereka untuk bergegas pergi sekarang juga Ivan berdiri lalu berpamitan pada ibuku begitu pun Sandrevano aku berjalan duluan tanpa berpamitan pada ibuku lalu membuka pintu mobil dengan cepat karena kepalaku sangat sakit saat ini memikirkan semua yang terjadi saat ini. Sandrevano dan Ivan sudah duduk di dalam mobil dan kemudian mobil melaju meninggalkan rumah keluargaku aku menatap ibu ku yang masih berdiri lewat kaca spion, air mata kembali mengalir di pipiku saat mengingat Johan dan kenyataan yang saat ini baru kuketahui aku menangis dalam diam. " Mom kau tidak apa apa?."Tanya Ivan padaku karena kulihat ia memandangku dengan khawatir. " Tidak."Ucapku dengan pelan. Sandrevano menatapku dengan khawatir dari kaca spion karena aku duduk di belakang dengan putraku. Aku menatapnya dalam diamku lalu kembali menangus terisak dan menutup wajahku dengan kedua tanganku. " Sayang ada apa katakan padaku hmm kenapa kau menangis?."Tanyanya mulai terdengar panik. Ivan duduk mendekat kearahku lalu membawaku kepelukannya dan memelukku dengan erat. " Tak apa apa Mom menangislah aku dan ayah berada disini, ayah fokuslah menyetir aku akan menenangkan ibu."Ucapnya. Ia terus mengelus punggungku secara perlahan dan membuat ku semakin menangis terisak dengan keras. Sandrevano menghentikan mobil ini secara tiba tiba dan membuatku melepaskan pelukanku pada putraku lalu aku menatapnya yang sedang keluar dan berjalan ke arah pintu tempat dudukku lalu membuka nya dan menatapku dengan sangat tajam. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD