“Apa kata dokter, Mi?” tanya Grace penuh harap kepada Selena yang baru saja keluar dari ruangan dokter setelah memeriksakan kesehatan Selena yang menurun belakangan ini.
Selena tersenyum tipis kemudian mengajak Grace keluar dari rumah sakit. Sinar matahari menyorot dengan teriknya kala itu. Selena mengajak Grace ke taman rumh sakit yang sepi pengunjung, mengajaknya duduk hanya untuk sekedar mnikmati angin yang menerpa wajah di tengah teriknya siang.
“Mami baik-baik aja, Sayang. Nggak perlu khawatir.”
“Bohong.” tukas Grace. Matanya mentaap lekat Selena kemudian merebut hasil pemeriksaan yang tengah digenggam ibunya itu. Dengan cepat memindai surat itu hingga Grace membaca satu kalimat yang membuatnya merasa langit runtuh. Selena, wanita kuat itu positif mengidap leukimia.
“Ini nggak bener ‘kan, Mam? Mami, ini nggak bener ‘kan?”
“I’m sorry, Honey.” sebulir air mata membasahi pipi Selena.
Bibir Grace bergetar menahan tangis yang siap pecah. Berbagai pikiran buruk langsung memenuhi kepalanya. Tangannya langsung menggenggam erat jemari Selena. “Mami bakal sembuh, ‘kan?”
Selena mengangguk penuh keyakinan. Tatapannya lekat ditujukan hanya untuk Grace seorang. Satu-satunya putri yang ia miliki. “Mami pasti sembuh. Mami akan sembuh buat Grace, ya?”
“Grace nggak perlu khawatir. Pikiran buruk yang sekarang memenuhi kepala Grace nggak akan terjadi. Grace percaya sama mami ‘kan?”
Grace, gadis itu mengangguk pasti meski setitik ragu terasa di sudut hatinya. “Iya, Mam.”
***