BAB 1 * Kenangan yang menyilaukan *

406 Words
“Sini sayang...” Panggil hasna dengan penuh kehangatan. Tak lama terdengar langkah kaki mungil yang saling berlomba menjadi yang pertama menemui hasna. Langkah-langkah kaki itu milik zahra dan dhuza. “Bunda...ye...ye...” Suara riang bercampur tawa zahra sedangkan sikecil dzuha hanya mengatakan “nda...daaa...” Dari belakang bak penjaga seorang pria berwajah penuh kasih sayang menghapiri hasna dan mendarat kan kecupan pagi yang hangat dan berkata “ayah pergi cari rezeki yang halal untuk keluarga kecil kita dulu ya sayang...” dan hasna membalas dengan senyuman tercantik di antara cahaya pagi yang mulai menyibukkan. “Iya sayang, semoga ayah selalu diberi keselamatan dan berkah rezeki yang melimpah..” doa pagi yang selalu terucap untuk cintanya. Sungguh pagi yang indah dikala waktu rehat dari lelah dalam 6 hari, hasna menjadi manusia yang harus bertanggung jawab atas kehidupan manusia lain. Bahagia itu masih teringat hingga saat ini, saat semuanya mulai getir. Bahkan ceria yang disuguhkan pun hanya hiasan belaka. Setiap kali berada di sudut, senyum itu memudar bahkan hilang dalam gelap. Aku hasna, wanita paruh baya yang menginjak umur 30th baru merasakan pahitnya hidup. Aku hasna seorang guru yang hanya manusia biasa penuh dengan cela. Aku hasna seorang istri yang mencintai suami nya dalam terang maupun gelap. Aku hasna seorang ibu dengan 2 anak yang begitu kucintai melebihi diriku dan harga diriku. Aku hasna seorang anak dari keluarga biasa, yang memiliki orang tua hebat. Aku hasna, manusia penuh cela yang berbeda diantaranya ribuan manusia yang tak pernah tlihat bahkan sering terabaikan. Pagi itu adalah pagi terakhir yang menyisakan kenangan indah. “Deng...deng...deng" suara jam yang menandakan waktu pukul 12.00. Suara jam yang begitu nyaing terdengar membuat hati hasna ikut bergetar dan terasa sesak dan kelu. Dalam hitungan detik handphone hasna berderingengikuti suara jam. “Assalamualaikum... “Wa’alaikumsalam, benar ini dengan istri dari bapak rifa'i..” “Iya, betul... Saya hasna..” “Saya dari pihak rumah sakit mau mengabarkan bahwa bapak rifa'i sekarang sedang dirawat akibat kecelakaan lalulintas, di mohon untuk ibu bisa segera hadir di sini..” “............” Bak petir d siang bolong, tanpa pikir panjang hasna mengemas barang dan tancap gas ke rumah sakit di mana kekasihnya sedang berjuang untuk hidup. Hasna berlari sambil menahan pilu, menyeka tangis dengan kedua tangan, dan menahan sesak di d**a. Sesampainya di ruang ICU bibirnya mulai gemetar yang tadinya bisa tertahan kini meluap sejadi-jadinya. Hingga kini terasa getir yang bertopengkan senyum selalu menghiasi hidup hasna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD