Intan mengeram dengan kelopak matanya yang terpejam, kedua telapak tangannya pun mengepal kuat menahan rasa kesalnya. Bos yang berdiri di hadapannya itu tak henti-henti membuat kesabarannya terus diuji. ‘Sabar…., Intan! Kamu harus kuat,’ bisiknya dalam hati. Sebenarnya perut Dirga teramat lapar, demi melawan rasa kesalnya ia memilih ego dari pada perutnya yang keroncongan. “Hei…., ngapain bengong? Cepat, habiskan!” tegurnya . “Saya masih kenyang, Tuan. Tadi, ‘kan Tuan Dirga yang meminta saya untuk mengganti bubur ayam yang terjatuh. Kenapa malah saya yang harus menghabiskannya? Kalau Tuan sudah tidak berselera, ‘kan tinggal dibuang saja,” sahut Intan mencoba tetap tenang menghadapi bos paling menyebalkan di matanya. Baru kali ini seorang bawahan berani menentang perintahnya, selain Arya

