Biarkan Aku Membantumu

1006 Words
"Fie, bagaimana perasaanmu?" Hari kelima Gale merawatnya dengan baik, kesehatan Fie mulai membaik. Pemuda itu bahkan mulai bisa bermain di taman bunga depan kamarnya, dengan seijin Gale tentu saja. Hubungan mereka kini sudah tidak secanggung dulu, walaupun Fie kadang masih memanggil Gale dengan sebutan Yang Mulia. Mendengar sapaan Gale, Fie yang sedang bermain di taman langsung menoleh dengan terkejut, menyebabkan kakinya tersandung dan jatuh dengan bebas ke tanah tanpa bisa pemuda itu kendalikan. "Fie!" Gale segera berlari menghampirinya ketika pemuda itu terjatuh, tangannya langsung membantu Fie bangun dari jatuhnya dengan perasaan panik. Gale baru tahu dalam pemeriksaan tempo lalu, bahwa selain Asma, Fie juga memiliki penyakit Hemofilia, penyakit kegagalan pembekuan darah yang membuat lukanya sulit sembuh jika terluka. Pantas saja dulu pemuda tersebut selalu memakai penutup di seluruh tubuhnya dan tidak diijinkan keluar, Fie ternyata selama ini memang rentan dengan dunia luar. Sekarang, Gale semakin geram melihat lutut Fie yang terluka. Luka sekecil apapun bisa membahayakan nyawa Fie, apalagi luka di kakinya kering saja belum. Biasanya Gale akan mengendong Fie ketaman jika ia mau, makanya Gale begitu terkejut saat melihat Fie berjalan sendiri menuju taman tanpa alas kaki sedikit pun. "Ya ampun Fie! Sudah kubilang jangan bergerak satu inchi pun dari kasur jika tidak ada orang! Lihatlah kakimu ini, bahkan perbannya kembali ditutupi oleh darah..." panik Gale sambil keluar untuk memanggil dokter dan kembali dengan salah satunya. Lagi-lagi mereka membuka perban Fie, membersihkan dan memberi obat lagi pada luka itu. Bahkan dengan obat terbaik istanapun, kaki Fie baru setengah mengering disaat orang lain seharusnya sudah sembuh dengan bantuan obat tersebut. Dokter yang telah selesai mengobati luka Fie, segera menghadap Gale untuk memberi penjelasan. " Yang Mulia, saya harap untuk kedepannya tidak ada lagi luka baru yanh bersarang di tubuhnya. Daya tahan tubuhnya sangat lemah, dan bakteri dapat dengan mudah masuk ke tubuhnya lewat luka-luka itu. Bukan maksud saya untuk menakut-nakuti, tapi lukanya dapat dengan mudah membusuk jika terus tidak dijaga dengan baik" jelas Dokter tersebut hati-hati. Gale mengangguk mengerti. Dia mempersilahkan para Dokter tersebut keluar sebelum matanya kembali ditujukan pada Fie. "Jangan. Kemana. Mana. Lagi. Mengerti?" tekan Gale kesal. Fie segera mengangguk mengerti, setidaknya pria yang kini memerintahnya itu adalah Pangeran dalam negaranya. Dalam keadaan kesal, siapa tahu dia bisa digantung karena membelot besok? Gale bernafas lega setelah melihat anggukan itu. Tangannya kembali mengusap poni Fie yang lembut layaknya kapas. Fie tidak bisa lagi menolak, malahan mulai merasa nyaman dengan sentuhan lembut tersebut. "Aku mengkhawatirkanmu Fie. Luka sekecil apapun bisa membahayakan hidupmu kata Dokter" jujur Gale. Fie mengangguk mengerti. Pangeran ini sudah terlalu baik kepadanya, tidak baik jika ia terus menyusahkannya. Namun, keinginan kecilnya terus berteriak minta dikeluarkan, membuat Gale merenggut karena penasaran. "Katakan apa yang kamu inginkan Fie." Fie terkesikap, memandang Gale sedikit ragu sebelum berkata, "Saya..... Selama ini Yang Mulia-" "Gale, Fie. Namaku Gale" potong Gale kesal. "Iya maksud saya Tuan....Gale..." Fie memberhentikan ucapannya begitu melihat Gale acuh pada ucapannya. Fie menarik nafas berat, "Maksudku Gale, aku merasa bahwa tidak baik jika aku terus tinggal disini tanpa melakukan apapun. Setidaknya, ijinlan aku membalas semua kebaikan ini," ujar Fie mantap. Gale melotot tidak suka, "Dengan tubuh dan keadaanmu yang sekarang? Jangan harap Fie, kau hanya boleh keluar atas seijinku." Gale mulai merasa bersalah, apalagi saat melihat wajah kecewa Fie karena perkataannya. Dia memang sedikit kasar. Itu sama saja dengan mengatakan bahwa Fie tidak berguna sama sekali kan? Walaupun maksudnya bukan seperti itu, tapi kata-katanya memang terlalu kasar. Menghela nafas sekali lagi, Gale mulai memperbaiki ucapannya. "Kakimu belum sembuh dengan benar. Aku terlalu mengkhawatirkan kesehatanmu Fie," ucapnya lembut. Fie menunduk dalam, masih belum mau membalas ucapan Gale. "Baiklah, apa yang kau punya untukku?" Gale menyerah. Sampai sekarang pun sifat Fie yang satu ini memang belum berubah, masih keras kepala seperti biasanya. Fie tersenyum malu. "Setidaknya aku mungkin bisa menjadi pelayan.... Aku sudah biasa bekerja saat masih menjadi b***k," kenangnya kecil. "Kamu sekarang bukan b***k Fie, dan tidak akan pernah lagi. Aku akan mengangkatmu menjadi pelayan pribadiku jika kau mau, dam statusmu tidak serendah itu di istana," omel Gale tidak suka. Dia benci, jika Fie sudah mengangkat topik yang paling menyebalkan itu. Ingatan itu membuat Gale merasa, dia sangat tidak berguna bahkan dengan statusnya sebagai Putra Mahkota. Fie mengangguk semangat, setidaknya ia mungkin bisa bekerja seumur hidup tanpa dibayar. "Namun ada tiga syarat yang harus kau penuhi untuk itu," ujar Gale lagi. Fie mendengar segala ucapan Gale dengan semangat, inikah yang mereka sebut dengan ujian masuk? Gale sebemarnya ingin tertawa melihat wajah serius Fie, namun ia taham dengan memasang wajah serius saat mengatakam persyaratannya. "Pertama, kamu hanya boleh menjadi pelayanku seorang. Hanya menuruti perintahku dan selalu patuh pada perintahku." Fie mengangguk mantap, pelayan memang harus selalu setia pada Tuannya. Gale memandang Fie sekilas, sebelum kembali melanjutkan. "Kedua, jika kau merasa kurang sehat atau terlalu kelelahan bersamaku, kamu harus segera mengatakannya. Aku tidak ingin kau sakit Fie." Fie mengangguk lagi. Sudah dibilang, dia juga tidak mau Gale repot lagi karenanya. "Terakhir, kau harus sembuh terlebih dahulu Fie. Aku tidak mau kau kembali sakit ketika baru mulai bekerja," lanjut Gale. Fie kembali mengangguk, sangat senang saat tahu Gale ternyata mau menerima permintaannya. Gale juga merasa senang melihat wajah senang Fie. Senyuman inilah yang selalu ia suka, menguji jantung dan kesabarannya setiap hari. Gale mencium kening Fie dengan sayang, membuat pemuda yang tengah tersenyum itu membeku melihat perbuatan Gale. "Perintahku yang pertama, jangan menghindar jika aku ingin menciumu. Kau milikku Fie," ujar Gale sambil tersenyum. Sedikit malu, Fie mengangguk kecil. Pangerannya memang pemilik tubuhnya, ia bebas melakukan apapun jika ia mau. Pengajaran ini selalu Fie dapatkan ketika menjadi b***k. Gale puas sekarang, dengan hati-hati membaringkan Fie ke tempat tidur dan menyelimutinya. "Tidurlah sekarang. Semoga kamu cepat sembuh Fie," doa Gale setelah kembali mengecup bibir Fie sekilas dan keluar kamar saat merasa Fie telah tertidur lelap akibat efek obat yang diberikan oleh dokter. Sekeluarnya Gale, mata Fie terbuka dengan warna merah diseluruh wajahnya. Tangannya perlahan menyentuh pelan area bibir cherry itu, sedikit malu mengingat itu merupakan ciuman pertamanya. Yang lebih penting, kenapa jantungnya tidak bisa tenang sedikit pun? To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD