Friend with benefit, 21+ !

2110 Words
Yuk klik love dan follow dulu ya kesayangan, supaya gak pernah ketinggalan update nih dari author, terima kasih sebelumnyaaaaa, love yaaaa ! Btw, bab ini panas nih readers, yang belum cukup umur menyingkir dulu ya hehehe Warning !! 21+ ========================= Seorang lelaki mengacak rambutnya frustasi. Dia butuh pelepasan malam ini. Dia melirik jam tangannya dan segera menghubungi seseorang, mudah-mudahan si bandel belum tidur. Telepon diangkat pada deringan ketiga. "Gue tunggu di tempat biasa, jangan pakai lama" cerocosnya langsung tanpa memberi kesempatan kepada lawan bicaranya. Paling-paling perempuan itu sedang mengomel sekarang karena teleponnya langsung ditutup. ***** "Gue udah di depan nih, bukain pintunya nyet" seorang perempuan berbicara dengan teleponnya. Dia juga heran mengapa dia malah mengikuti kemauan lelaki ini. Padahal hari ini adalah hari yang menyebalkan untuknya. Bagaimana tidak, pesanan baju pengantin dari anak salah satu pejabat dibatalkan karena calon suaminya katanya ketahuan berselingkuh sehingga pernikahan dibatalkan. Ya memang uang muka yang telah dibayarkan tidak diminta dikembalikan, lagi pula bukan masalah uangnya buat perempuan ini, tapi dia sudah membayangkan kalau baju itu dikenakan maka nama butiknya akan semakin meroket. Dia pulang dengan kesal dan hanya ingin memanjakan diri sebenarnya. Pintu terbuka menampilkan seorang lelaki yang sudah mandi dan hanya berbalut handuk putih di bagian bawah tubuhnya. Lelaki itu tersenyum melihat gaya berpakaian perempuan ini, jubah tebal dengan sepatu hak tinggi. Dia bisa mengira-ngira bahwa perempuan ini tidak mengenakan apa pun di balik jubah tebal itu. "lo semakin seenaknya ya, gak pakai nanya gue lagi capek apa enggak main nyuruh ke sini aja, gue lagi hmmmmph.." omelannya terhenti karena lelaki itu menyentak tubuhnya, membawa mereka berdua segera masuk ke dalam kamar sambil menyerang bibirnya dengan ciuman penuh semangat membumbung.  Lelaki itu segera membuka dan membuang jubah perempuan itu asal dan memandang takjub pemandangan di depannya. Walaupun mereka sudah melakukan ini ratusan kali, namun perempuan ini seolah punya magnet yang membuatnya selalu onfire dengan cepat. Di balik jubahnya perempuan itu hanya mengenakan lingerie berwarna merah darah. Begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.  Jemari lelaki itu terulur, jemarinya mengikuti bentuk lekuk tubuh perempuan itu. Perlahan dia berjalan maju dan membuat perempuan itu mundur sampai merasakan punggungnya menyentuh pintu. Dia agak bergidik dengan sorot mata lelaki itu malam ini, tapi juga bersemangat untuk memulai permainan mereka. "look at you sweets, kamu membuatku ingin segera melesakkan pasak ku dalam-dalam.." Lelaki itu kembali melabuhkan bibirnya ke leher perempuan itu, mencecap dan sudah pasti membuat tanda merah di sana. Jemarinya mengelus tubuh perempuan itu, bergantian ringan dengan sesekali menangkup kuat dua bongkahan montok yang sangat disukainya. "ehmmm, you are so sexy baby, tadi kamu mau bilang apa hm? lagi capek iya? gue akan kasih lo penghiburan malam ini yeah? gue bakal bikin lo happy" jemarinya menyusur ke area perut, bergantian dengan mulutnya yang mencecap semua area yang dilaluinya.  Perlahan lelaki itu berlutut, membuka lebar kedua kaki perempuan itu. Jemarinya menyibakkan kain segitiga di bawah yang hanya bisa menutup sedikit area di sana. Pemandangan di sana membuatnya hampir lepas kendali. Perempuannya sudah basah, terlihat berkilat dengan cairannya. "you are wet already baby, so ready for me hah?"  dengan tidak sabar lelaki itu segera menunduk dan mencecap dengan rakus, membuat perempuan itu melenguh keras dan melentingkan tubuhnya semakin dekat dengan indera pencecap lelaki yang sedang memuaskannya di bawah sana. ****** "enghhh... hah.. sayanggg, go deeper babe! so damn good! i''m so close baby, so close with my 3rd" racau mulut perempuan itu. Rambut panjangnya sudah basah dengan keringat. Lelaki yang sedang di atasnya ini begitu kuat, dia sudah hampir 3 kali menggapai nirwana tapi sang lelaki belum terlihat akan sampai sama sekali. Tubuhnya terhentak kuat setiap kali lelaki itu menghujam dirinya, kedua tangan lelaki itu menggenggam erat kedua tangannya di atas kepala, dua bola montoknya bergoyang seiring gerakan mereka. Sesekali lelaki itu menunduk dan memasukkan ujung bola montoknya ke dalam mulut lelaki itu, menghisap kuat dan membuat bagian inti perempuan itu semakin berkedut cepat menandakan dia akan segera mencapai puncaknya lagi. "yeah sweets? you like it hah? you like it when my pyton got so deep inside you yeah ? you like it hard hah? squeeze me baby, squeeze me!! yeah, like that !!  gosh, you are so damn tight baby, i love it, i'll give your prize soonest, " balas sang lelaki sambil semakin kuat menekan dan semakin cepat, berusaha menyenangkan wanita di bawah nya ini sekaligus menggapai nirwananya sendiri. "do it outside ya babe, aku lagi subur, ohh goshhhh, babe! i'll come, i'll come! my goodness! ough yes!!" wanita itu berkedut mencengkeram dengan kuat bersamaan dengan datang puncaknya yang ketiga malam ini. Tadi dia sudah dipuaskan dengan jemari dan mulut lelaki ini, sekarang dipuaskan dengan pasak buminya.  "baby, damn, you squeeze me so hard! yeah ! i love it baby!  goodness, i'm coming! i'm coming!! eunghhhhh" dia menekan rudalnya dalam-dalam dan meledakkan amunisinya di dalam sarang lebah wanitanya. Satu tangannya diletakkan di bawah dua bongkahan montok di bagian bawah tubuh perempuan itu, dan menyurukkan kepalanya di leher perempuan yang telah memberinya nirwana ini, menarik nafas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan aroma khas perempuan ini.  Mereka berdua berbaring kelelahan, menenangkan diri dengan bagian tubuh keduanya masih menyatu.  Tiba-tiba, perempuan itu tersadar dari euforianya dan dengan segera mendorong tubuh lelaki itu. "bang mamat lo!" makinya sambil mendorong lelaki itu sampai hampir jatuh dari kasur. "babe, apaan sih? kenapa marah-marah? udah dikasih 3 kali tadi masih kurang ya? hmm? ayo sini peluk, tapi nanti lagi ya, tunggu gue istirahat" lelaki kalau sudah enak jadi lemot kan, bawaannya mengantuk setelah ena-ena, maunya tidur. "singa gurun lo! lo bener-bener ya, tadi gue bilang apa sama lo? buang luar!! ihh, kenapa malah lo buang dalem? mana pasak lo masuk dalem banget pula?" omelnya sambil memukuli lelaki itu dengan bantal. Untung ini hotel bintang 5, jadi kualitas bantalnya bagus, kalau tidak sudah beterbangan kapuk ke mana-mana. Si lelaki menepuk jidatnya. "astaga! gue gak konsen, maaf ya, tadi tuh lo meres gue enak banget, sumpah, jadi gue gak kepikiran buat buang luar. Udah, jangan marah ya, nanti montoknya ilang, ya babe?" rayunya. "auk ah, gue sebel sama lo. Udah sana, lo jangan deket-deket. Lo pulang aja sekalian. Eh ini kan tempat lo, hehehe. Gue balik aja ke apartment ya, gue kudu minum obat pencegah nih sesegera mungkin" wanita itu segera bangkit dan mencari-cari di mana jubahnya, sambil memunguti lingerie yang sudah tidak berbentuk itu. Biasanya laki-laki ini terkontrol dengan baik emosinya, namun malam ini tiba-tiba telepon, tiba-tiba ganas begitu dia masuk ke dalam kamar hotel, untung presidential suite room dan hanya ada 1 di lantai ini jadi semua suara bukti keganasan mereka tadi tidak ada yang mendengar. Sambil meringis dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Singa gurun malam ini dalam banget mainnya, sampai ngilu. Lelaki itu menghempaskan badannya kembali ke kasur. Dia hanya menatap datar tanpa berniat membantu perempuan itu ke kamar mandi. Salahkan perempuan itu mengapa bersedia menjadi tempat pembuangan nya sejak bertahun lalu, sejak mereka kelas dua SMA. Jarak dan waktu tidak membuat mereka asing setelah berpisah sekian lama karena kuliah di negara berbeda. Hari ini dia sedang gelisah sehingga tanpa sadar dia melakukannya dengan sedikit lebih kasar dibanding biasanya. Dia bukannya tidak sadar bahwa mereka hidup bergelimang dosa. Namun bukankah setiap manusia punya kadar dosanya masing-masing? dalam pembenarannya dia merasa mereka berdua hanya saling memanfaatkan, mengisi kesepian di hati masing-masing, mereka tidak saling mencintai karena keduanya sama-sama paham siapa yang sebenarnya mereka cintai dan mereka kejar selama ini. 19 tahun berlalu, masih juga keduanya belum mendapatkan pujaan hati masing-masing. Namun mereka bukan tipe ONS seperti salah satu teman baiknya, dia setia hanya kepada perempuan ini untuk menyalurkan kebutuhannya, demikian juga dengan perempuan itu. Lelaki itu tersentak ketika bahunya dipukul oleh perempuan yang telah selesai membersihkan diri dan mengenakan kembali pakaiannya itu. "Lo kenapa sih sebenernya? gak biasanya lo begini, gue sampai ngilu nih nyet!" perempuan itu duduk di samping kasur sambil meminum cairan kecoklatan dari bar. Lelaki itu memasang senyum manis palsunya. "gak pa-pa, gue lagi pengen aja maen beda hari ini. Sekali lagi maaf ya, gue udah nyakitin lo" jemarinya menggenggam salah satu telapak tangan perempuan itu dan memberikan elusan menenangkan dengan jempolnya. "Lo gak apa kan pulang sendirian? gue capek banget dan ngantuk banget, sumpah. Kenapa gak nginep sini aja hmm?" dia tidak berbohong, memang dia mengantuk sekali. Memberi puncak nirwana 3 kali membuat dia super kelelahan, belum lagi dengan berita yang dia dengar malam ini. Dia kacau dan yang dia inginkan hanyalah memejamkan matanya. "Gak ah, gue butuh pil gue dengan segera supaya anak cebong gak jauh-jauh mainnya. Ya udah, gue balik dulu ya. Santuy, ini kan wilayah kekuasaan gue. Btw, lo tuh kalau ada apa-apa dibagi, jangan dipendem. Lo mau bagi warisan juga boleh hahahaha. Biarpun gue bukan yang lo harapkan, tapi sejak dulu kan kita ini saling mendukung kan, jadi lo bebas mau cerita apa aja sama gue. Mungkin gue gak bisa bantu, tapi gue bisa jadi pendengar yang baik buat lo" perempuan itu bangkit seraya mengambil tasnya di atas bangku. Ketika dia sudah hampir sampai ke pintu, lelaki itu mengatakan sesuatu yang membuatnya terharu. "sweet, kalau nanti anak cebong ada yang bandel dan keburu jauh maennya, jangan lo gugurin ya. Kita gak saling cinta, tapi gue sayang sama lo. Gue gak akan biarkan lo melalui semuanya sendirian. Lo harus kasih tau gue kalau sampai ada anak cebong yang netes ya".  Perempuan itu hanya tersenyum mengangguk dan berlalu.  **** Perempuan itu berdiri di depan lobby hotel sambil menunggu mobilnya diambilkan oleh petugas hotel. Dia menatap langit di depannya yang sedang tidak berbintang, hatinya bertanya, kalau saja dia bisa memutar waktu sehingga lelaki singanya inilah yang pertama dia lihat saat menginjakkan kaki di sekolahnya dulu, mungkinkah lelaki inilah yang akan membuatnya jatuh cinta ? mungkinkah perjalanan hidup mereka akan berbeda? Lelaki ini lelaki baik yang hanya kalah dalam mencintai seorang wanita. Ya belum kalah sepenuhnya sebenarnya karena baik lelaki ini maupun rivalnya belum ada yang mendapatkan wanita yang mereka sama-sama cintai itu. Lelaki ini cerdas, ganteng, kekar, perlakuannya selalu manis. Tidak akan susah untuk jatuh cinta kepadanya. Salahkan hatinya yang memilih lelaki yang berbeda, malah memilih lelaki es yang tidak ada manis-manisnya.  Hahhh, mengingat lelaki es itu membuat dia sakit kepala. 19 tahun itu lama loh. Sudah cukup banyak pengorbanan yang dia lakukan untuk lelaki dingin itu. Dia juga sudah tua untuk ukuran wanita Indonesia, 32 tahun, usia yang membuatnya dikejar-kejar orang tuanya untuk segera berumah tangga.  Kepalanya tambah sakit kalau mengingat banyaknya lelaki yang disodorkan Mamanya kepadanya. Mau yang apa? Tajir melintir pastinya, semua lelaki yang dikenalkan juga memiliki wajah di atas rata-rata. Mau putih, coklat eksotis sampai hitam kelam, semua ada. Mau bisnis apa? rumah makan, otomotif, sawit, fashion, you named it.  Hanya saja, matanya dari dulu sudah terpatri pada 1 wajah dan nama. Berbagai cara sudah dia coba lakukan, dari yang terhormat sampai yang licik, namun lelaki itu tetap tidak bergeming. Jangankan bergeming, melirik saja tidak. Menggunakan kedekatan Opanya dengan Kung-Kung lelaki itu? sudah. Menggunakan hubungan bisnis Papanya dengan Papa lelaki itu? sudah juga. Yang ada lelaki itu makin dingin terhadapnya. Dia mulai capek dan lelah juga sebenarnya. Apa sudah saatnya dia melepaskan lelaki es itu ya?  Perempuan itu kemudian menatap pantulannya di kaca besar di lobby hotel. Apa sih yang kurang dari dirinya ?  Cantik? pasti.. Kaya raya ? juga gak perlu diragukan lagi.. Bobot bibit bebet? juga sudah jelas.. Karir cemerlang? iya juga donk pastinya. Apa sih kalahnya dia dengan perempuan kesayangan lelaki es itu? Sudah jadi hantu selama 19 tahun ini karena tidak pernah kedengaran rimbanya, masih saja jadi duri dalam hidup percintaannya. Menyebalkan !  Hmmm.. apa karena reputasinya sehingga dia tidak dilirik oleh lelaki es itu? ya jangan salahkan dia kalau dia dijuluki piala bergilir para pengusaha muda. Mana dia tahu dari mana reputasi itu pertama kali muncul. Yang dia tahu fotonya sering muncul bersama lelaki yang berbeda-beda dengan pose yang mengundang imajinasi liar semua orang yang melihatnya.  Tapi sumpah, dia tidak pernah sampai melakukan yang berlebihan. Lelaki-lelaki yang dikenalkan Mamanya itu kan terlalu tampan semuanya. Apa salah kalau dia icip-icip sedikit? paling mentok hanya heavy make out saja, tidak sampai adegan lolipop, menyusu, jemari apalagi pasak bumi masuk sarang. Entah kenapa, tubuhnya menolak semua adegan tersebut, tiap kali dia ingin lebih selalu muncul wajah singa gurun di benaknya.   "Bu, silahkan.." suara petugas hotel menyadarkan dirinya dari lamunan. "Eh iya, aduh maaf ya Mas, hehehe.. ini Mas, buat beli kopi .." perempuan itu memberikan tips kepada petugas hotel dan melajukan Outlander putih kesayangannya yang segera membelah jalan sunyi di tengah dini hari menuju apartmentnya. =================== Sekian dulu ya lovers, besok akan diusahakan update kembali.  Ada pesta seru yang manis, seru dan sedikit berdrama hehehehe... Mari kita dukung originalitas tanpa plagiat. Semangattt dan jaga kesehatan ya semuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD