Usaha Michael

2445 Words
Yuhuuu, this is the another chapter ! Semoga sukak ya, maafkan kalau ada salah-salah ketik, hehehe.. ============================================ Siska menatap abangnya sambil cemberut. "abang... adek masih mau roti nya, kenapa diambil?" bibirnya mencebik menatap abangnya yang semakin asyik menelan roti isi buatan Mama Laura tercinta. "adek udah makan banyak, udah berapa coba ? kamu ya, pagi udah sarapan nasi goreng bumbu rendang, minum segelas jus mangga, makan seporsi buah, nyemil roti isi sampai 3!" Charles geleng-geleng kepala. "ditaro di mana sih itu makanan dek? kamu perempuan loh, gak takut ndut? udah chubby itu muka" tunjuk Charles dengan telunjuknya, menoel-noel pipi adiknya dengan jari yang baru saja selesai memegang roti isi. "ish abangggg, jorok!" tepis Siska sewot. "pokoknya adek gak mau tau. Nanti siang traktir adek makan siang yang enak. Itu tuh kan ada restoran baru di Gelora Bung Karno. Katanya temen2, makanannya enak-enak" tukas Siska sambil melipat tangan di d**a. "dek, astagaaa, kamu lagi hamil? belum juga ada berapa jam dari sarapan, udah mikirin makan siang?" Charles menatap adiknya dengan ngeri. Dia saja yang laki-laki, kenyangnya masih di pertengahan, sepertinya belum sampai lambung semua makanannya. "ck! abang gak tau sih, adek tuh jarang ada waktu begini, jadi harus dipuas-puasin" Siska membuang pandangannya ke luar kaca mobil. Charles menatap sekilas adiknya.  "kenapa ? kerjaan adek bikin adek gak ada waktu istirahat?" tanyanya lembut. "kan abang udah sering bilang, udah sih, mau ngapain lagi kerja sama orang toxic gitu dek? Opa sampai turun tangan aja kamu gak dengerin, bandel memang" Charles tidak habis pikir sama adik satu-satunya ini. "dek, ish, ditanyain ini loh sama abangnya, malah melamun" Charles mengacak pelan rambut Siska yang tak kunjung merespon. "ck! abanggg! kusut nih rambut adek" Siska memukul tangan abangnya. "adek tuh bukannya gak mau abang. Adek terlanjur sayang sama perusahaan itu. Abang tau kan, adek ada di sana sejak awal bos bangun bisnis hotelnya yang kemudian merambah ke restoran juga" jelas Siska. "adek ngikutin prosesnya bang. Dari kita cuma beberapa orang, dari kita yang harus multitasking, semuanya dikerjain. Dari ngurusin beli tanah, pendanaan, sampai karyawan juga" lanjutnya lagi. "memang bos itu toxic, semua orang jadi sakit jiwa berhadapan sama dia. Tapi adek juga paham dia begitu karena beban yang ditanggung juga gak sedikit bang, ada apa-apa dengan bisnis dia juga orang pertama yang akan dimintai tanggung jawab sama partner bisnisnya" Siska berusaha memberikan pengertian kepada abangnya. "terus aja kamu belain dia dek, terus aja.. kamu ngorbanin waktu dan kesehatan kamu hanya buat perusahaan, but what you got dek? coba deh sekali-sekali being honest gitu sama diri sendiri" Charles sebal sekali adiknya ini masih saja membela bos tempat adiknya bekerja. Yaelah bang, namanya juga karyawan, ya pasti begitu. "mendingan tuh ya, adek bantuin Papa tuh dek, Papa udah makin tua loh. Abang kan ada bisnis sendiri, kakak juga demikian. Gak kasian kamu dek sama Papa ?" Charles mencoba membujuk adiknya dengan lembut. Siska menatap abangnya dengan sebal. Gak Opa, gak Papa, gak abang. Semuanya sama, sama-sama menyebalkan! Yang bikin dia harus menyembunyikan diri selama ini siapa coba ? kan mereka juga! ck!  "dek... kok diemmm, abang salah ya? adekkk..." Charles menggoyangkan tangan adiknya gemas. "abang pikirin sendiri aja, kan katanya demi keamanan adek, makanya adek jadi keterusan kerja sama orang" sahut Siska ketus. Charles menghela napas berat ketika mendengar protes adiknya. Iya, benar sih, mereka lah yang selama ini memanfaatkan keengganan adiknya untuk bersosialisasi dengan kalangan konglomerasi untuk sekalian saja disembunyikan identitasnya.  Charles mengernyitkan keningnya teringat ucapan Mama Laura semalam. Sekilas dia melirik adiknya yang masih mencebik. Untuk saat ini dia memilih untuk tidak memperpanjang hal tersebut. "abang, kenapa sih adek hari ini harus berpenampilan begini ke dokternya? kan gak mungkin juga kalau ketemu orang yang kita kenal, ini kan hari minggu abang" Siska bertanya bingung. Charles ingin tertawa sebenarnya melihat penampilan adiknya yang masih saja memakai lensa kontak warna abu-abu. Untung adiknya memang putih dan berhidung mancung, jadi lebih mudah terlihat bule. Cuman badannya saja nih yang pendek. Tapi sadar Charles terkikik sendiri. Siska menoleh mendengar abangnya terkikik-kikik. Bibirnya tambah mencebik. Pasti abang lagi menertawakan dirinya. Ish, seball ! "uhuk! ehm, abang ya gak tau, itu Mama sama kakak tuh. Lagian adek terima-terima aja, kenapa sekarang tanya abang?" Charles memilih mengalihkan kesalahan kepada Mama dan kakaknya. Hahahahahaha "udah sih dek, jangan cemberut terus. Itu bibirnya makin maju, makin jelek tau dek!" ujar Charles. "sampe nih, yuk kita turun adek sayang, abis ini abang traktir makan enak deh" bujuk Charles sambil mematikan kendaraan dan kemudian menggandeng adiknya memasuki area Rumah Sakit. --------------------------- Michael masih terdiam di dalam kendaraannya yang sudah terparkir manis di area Rumah Sakit.  Ini baru jam 11 tapi dia sudah sampai.  Tadi om Joe bilang, Charles akan mengantarkan perempuannya visum dulu, sebelum ke dokter Kanaya.  Michael kangen, dia ingin segera melihat kembali wanitanya. Eh, wanita Charles maksudnya.  Duh dia musti ngomong apa nanti kalau bertemu ya ? Michael menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia ini pengusaha loh, terkenal dingin, kok ketemu perempuan saja deg-deg an. Mata Michael menatap boneka kelinci gembul berwarna ungu yang ada dalam pelukannya, seolah-olah boneka ini memberikan kekuatan baginya.  Michael punya 4 boneka. 2 boneka kelinci gembul ungu dan 2 boneka serigala berwarna hitam bermata biru silver berbulu lebat. Sepasang untuk menemani tidurnya di apartment, sepasang lagi untuk dibawa-bawa ke mana-mana.  Michael jarang mau mobil pribadinya ditebengi orang lain sekalipun itu sahabat terdekatnya, baginya mobil pribadinya tempat privasinya. Dan pasti mulut-mulut kepo itu akan heboh melihat sepasang boneka yang ada di mobilnya ini.  Melirik jam di tangan kanannya, ini sudah hampir jam 12, lama juga dia melamun. Michael kemudian segera keluar dari mobil dan menuju ke arah lab visum.  Seketika rahangnya mengeras melihat pemandangan di depannya. Sepasang anak manusia duduk di kursi taman di depan lab. Charles melingkarkan tangan penuh perlindungan di pundak perempuan itu sambil sesekali mencium ubun-ubunnya.  Dari tempatnya berdiri, Michael bisa melihat bibir wanitanya sedang mencebik. Kalau Michael yang ada di sampingnya, sudah dia cium bibir itu. Michael berjalan mendekat sambil menggelengkan kepalanya, mengusir imaji-imaji tidak tahu diri yang merasuk ke dalam kewarasannya.  Siska yang pertama kali menyadari kehadiran Michael. Matanya membulat, ini laki-laki yang semalam. Pipinya bersemu merah ketika mengingat dia bahkan tidur berselimutkan jas laki-laki ini. Michael yang melihat itu rasanya gemas sekali. Ingin dia cubit rasanya pipi putih bersemu merah muda itu. Ah baby, kamu mikirin apa sampai bersemu begitu? Michael menyunggingkan senyum andalannya.  Charles yang  melihat adiknya bengong mengikuti arah pandangan adiknya dan seketika mengumpat dalam hati. Mengapa si muka kutub ini ada di sini sih ? tidak sadar kalau dirinya sendiri juga muka kutub. Belum juga dia berdamai dengan permintaan Mama semalam, eh sudah nongol saja ini mahluk.  Padahal Charles sedang mencoba membujuk tuan putri, karena Siska tidak mau menemui dokter Kanaya, katanya tidak perlu, dia tidak gila. Lah kan rasanya Charles kepingin menjambak rambutnya sendiri, siapa juga yang bilang kalau yang ke psikolog itu adalah orang gila?  "hi, pleasure to meet you again" sapa Michael ke pasangan di depannya itu. Pleasure pala lo peyang, gerutu Charles dalam hati. Siska menatap abangnya yang mendadak cemberut. Keningnya berkerut, abangnya apa punya masalah sama laki-laki ini ? Charles yang menyadari tatapan adiknya, segera mengubah raut wajah kesalnya, dia tidak mau adiknya ini curiga. Belum waktunya adiknya ini paham banyak hal. "hi Mike. Pleasure to meet you too. But, what are you doing here? auch" Charles mengaduh mendapatkan cubitan dari adiknya. Wajar donk dia tanya Michael ngapain di sini? aneh aja gitu.. Michael tersenyum, dia sudah siap dengan pertanyaan ini, kan sudah latihan tadi. "well, i've been a regular donor for this hospital through one of my grandpa's foundation. I come to visit one of the patient, her family told me yesterday that their daughter would like to meet me personally" Michael menyadari ada yang salah dalam kalimatnya ketika dia melihat raut sedih di wajah Siska. "oh, then hurry up, go see her. She must be very delighted to meet you" sahut Siska datar. Michael ingin menepuk jidatnya seketika mendengar nada datar perempuan ini. Tapi hatinya mendadak bersorak, ayang beib cemburu tah ?  "no need to hurry. She is still napping" Michael meringis melihat wajah wanitanya tambah mendung. Duh babang salah lagi kan..  "i mean, erm, she is still 5 years old, so let her has all the napping she needs" tutur Michael sembari mencoba menjelaskan bahwa perempuan yang hendak dia jenguk adalah anak kecil, supaya ayang beib gak tambah mendung gitu. Siska seketika menunduk malu mendengar penjelasan Michael. Aneh ya, dia kan tidak punya hubungan apa pun dengan Michael, kenapa jadi posesif begini ?  Charles melirik adiknya yang menyembunyikan wajah dari Michael. Dek, astaga, perempuan sama saja di mana-mana ya, mudah mengambil kesimpulan. "ehm, by the way, this is almost lunch time, how about i treat you lunch? one of my best friend has a western restaurant not far from here. I could use my free time for lunch before i visit the patient" ajak Michael harap-harap cemas, dia yakin Charles pasti akan menolak, tapi semoga wanitanya enggak.  "their choice of steaks and condiments are superb, it's highly recommended" sambung Michael lagi berusaha meyakinkan. Siska langsung bangun dengan girang mendengar kata steak, itu salah satu makanan kesukaannya. "do they also have choco lava cake as dessert?" tanyanya antusias. Sudah lama sekali dia tidak menemukan choco lava cake yang enak. Michael tertegun sebelum menjawab, itu adalah dessert kesukaan lavendernya juga. Kok bisa sama sih? Sementara Charles menatap adiknya horor. Ini anak, mungil-mungil makannya banyak loh. "i'm sure they have it" jawab Michael yakin.  "come on, let's go, i'll send message to my friend to make a reservation for us, it's sunday and it's lunch time, they usually packed at this hour" ajak Michael. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir. Tiba-tiba Charles menoleh kepada Michael.  "So Mike, you will also going back to this hospital after lunch, and so do we. How about if we go together? no need to use both of our vehicles" ini tuan putri kan dari tadi ngambek ya, gak mau ketemu dokter Kanaya. Biarlah kali ini Charles mengalah demi kebaikan adiknya. Dia akan memanfaatkan kehadiran Michael. Michael tersenyum lega. Asyik, memang itu yang dia mau. Lebih banyak waktu untuk bersama wanitanya. Ini aneh banget sih, mengapa dia jadi attach banget begini sama perempuan ini? milik orang pula perempuan ini. Siska menatap abangnya sambil mencebik. Bukannya tidak mau 1 mobil, tapi kan dia tidak mau balik lagi ke tempat ini, dia tidak gila, tidak mau ketemu dokter Kanaya, titik! Michael menatap Charles dengan alis terangkat, seolah bertanya, ada apa kok mencebik begitu? Charles hanya menyengir kuda sambil sedikit menarik adiknya mendekati mobil Michael.  Michael yang memang sudah bersiap terhadap semua kemungkinan, hari ini membawa Lamborghini Urus berwarna hitam kelam, atau biasa disebut graphite. Salah satu kendaraan favorit Michael. Charles tentu saja memilih duduk di depan, dan membukakan pintu belakang untuk adiknya. Michael segera mengirimkan pesan kepada Robert untuk menyiapkan private room terbaik. Ya, restoran yang akan mereka datangi adalah milik Robert yang berkolaborasi dengan teman-teman kuliahnya dulu. Anak-anak hukum yang sama-sama doyan makan. Dia mengabaikan balasan kepo Robert yang dengan usil bertanya Michael sedang bersama siapa, dia yakin nanti Robert juga pasti akan tahu dari CCTV. Perjalanan yang singkat itu lebih banyak diisi dengan diamnya para penumpang. Canggung memulai pembicaraan. Charles malas berinteraksi dengan Michael, Siska malu-malu, dan Michael gugup mau mengobrol apa. Sampai tiba-tiba terdengar suara Siska. "oh my, he is so cute" ucapnya girang sambil memeluk dan mencium-cium boneka serigala yang ada di bangku belakang.  Charles menoleh untuk melihat objek kegembiraan adiknya. Ih, hitam legam gitu dibilang cute, cute dari mana sih dek? dari Hongkong? lebih cute boneka kelincinya kali ah, gembul bangett.. "bee, it's bloody black, not cute, the bunny is better, auch bee!" Charles mengaduh karena kepalanya dipukul oleh adiknya. Durhaka loh dek, abangnya dibully terus ini. Michael menatap takjub wanita yang sedang memeluk erat si wolfie. Biasanya perempuan itu senangnya yang lucu-lucu, berwajah manis, warna-warna cerah. Ini kok malah senang dengan wolfie? Dia melirik kelinci gembul yang diabaikan wanita itu. Nanti ya bunny, aku aja yang peluk kamu, saat ini jangan iri ya. Tidak berapa lama mereka sampai di restoran yang dituju. Pelayan segera mengantarkan mereka ke private room di lantai 3, yang memang diperuntukkan bagi owner dan keluarganya saja. Michael kan sudah keluarga bagi Robert, jadi dia sudah sering menempati ruangan ini. Michael memesan chicken wings dan crab salad sebagai makanan pembuka untuk mereka semua. Untuk makanan utama Michael dan Charles memilih tenderloin steak with black pepper sauce, sementara Siska memilih tenderloin steak with mushroom sauce. Dessertnya tentu saja choco lava cake yang Siska inginkan, sementara Charles memilih coffee cake dan Michael memilih apple pie. Mereka mengobrol santai sambil menikmati makanan.  Satu kata, enak! batin Siska. Lain kali dia akan ajak abang ke sini lagi. Kapan lagi kan punya abang yang bisa bayarin makan dan belanja, hehehehehehe. Michael pun ikut memanggil wanitanya dengan sebutan bee. Wanita itu menolak menyebutkan namanya. Charles bilang, bee itu panggilan karena wanita ini bermulut tajam dan bertangan kejam, alias suka cubit-cubit dan pukul-pukul Charles.  Dalam hatinya Michael menganggap bee dari panggilan baby, wanita ini mungil sekali, dia terdorong untuk selalu melindunginya. Walau Michael tidak paham mengapa dia secepat ini jatuh dalam pesona wanita ini, tapi hatinya merasa dia mengenali wanita ini. Benaknya beralih ke Gatot yang tidak kunjung mengangkat teleponnya dari semalam. Ketika mereka selesai menikmati dessert dan sedang menikmati kopi masing-masing, tiba-tiba pintu ruangan private room terbuka. Sepasang anak manusia berjalan masuk. Yang lelaki mengetatkan rahang menahan emosi, sementara yang perempuan hanya menatap datar. Michael menatap heran pasangan manusia di hadapannya. Kenapa juga salah satu sahabatnya ini terlihat marah padanya ? sementara yang perempuan abaikan saja, gak penting. Siska menatap penasaran pasangan itu. Rasanya sih semalam dia sempat melihat mereka juga sekilas di rumah Om Jagad. Aha! Siska mengenali lelaki ini. Dia cukup sering bertemu Siska, katanya teman lelaki ini punya kantor di gedung yang sama dengan kantor tempat Siska bekerja, jadi mereka cukup sering berpapasan jalan, biasanya mereka saling melemparkan senyum, mengobrol singkat jika berada di lift yang sama, tanpa berkenalan lebih lanjut. Sementara yang perempuan, semakin lama Siska menatap perempuan itu kepalanya terasa berdenyut-denyut. Ada kilasan-kilasan tak diinginkan yang berseliweran di kepalanya yang membuatnya langsung meringis kesakitan. Belum sempat Michael bertanya mengapa pasangan itu ada di sini, perhatiannya teralihkan kepada Siska yang meringis sambil memegang kepalanya, dia tampak pucat. Michael segera memeluk Siska dan terkejut ketika perempuan itu terkulai pingsan di dalam pelukannya. ============================ to be continued ya, hope you like it. Semoga membacanya membuatmu tersenyum, tertawa dan ikut merasakan roller coasternya. Jangan lupa ya, tap follow dan leave comment.  Sampai jumpa ! Saranghaeyo! :) :)  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD