Chapter 2

1306 Words
Ayu berdecak kesal melihat kamar putrinya yang sudah seperti kapal pecah itu. Baju-baju kotor tampak berserakan, serta bungkus makanan ringan berserta isinya yang masih tersisa juga berserakan dimana-mana. Sementara sang pemilik kamar masih tampak tidur terlelap dibalik selimut bermotif doraemon kesukaannya. Kembali ayu menghela nafas panjang saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. "Ily." Ditariknya selimut yang menutupi seluruh tubuh Ily, namun langsung dengan cepat ditarik kembali oleh Ily untuk menutupi tubuhnya. "Ly, anak gadis kok jam segini baru bangun. Kamu ini semangatnya cuma kalau lagi ada jadwal pemotretan aja." "Ily... bangun dong." "Apaan sih Ma, aku masih ngantuk." "Besok Alian bakal kesini. Kamu harus temui dia. Mama sama Papa gak mau kalau sampai pertunangan ini gagal lagi. Jadi lebih baik kamu ketemu dulu." "Gak mau." "Ini perintah Papa." "Pokoknya aku gak mau Ma! Lagian Alian ini siapa sih? om-om?" "Makanya kamu ketemu dulu, kamu gak akan nyesal kok." "Halah, Liyana sampai kabur gitu. Pasti karena Alian tampangnya kayak kang ojek atau kayak Alien," Ily terus menggerutu dibalik selimutnya. "Awas aja kalau besok ngences lihat Alian. Liyana kan karena belum lihat aja," cibir Ayu langsung berlalu keluar dari kamar putrinya. Ily menyembulkan sedikit kepalanya dari balik selimut. Ia memutar bola matanya. Ngences? yang benar saja, mungkin ia akan muntah setelah bertemu pria itu. *** "Assalamualaikum" "Waalaikumsalam, eh Alian udah datang. Ayo masuk. Pa, Alian udah datang nih," Setelah dipersilahkan masuk oleh Ayu, Alianpun langsung duduk di sofa ruang tamu. Indra yang sudah menunggunya sejak tadi langsung menyambut kedatangan Alian. Sebenarnya Indra masih merasa bersalah kepada Alian mengingat kejadian pada hari pertunangan itu. Ia benar-benar merasa malu. Putrinya sungguh keterlaluan. Bahkan sampai saat ini, ia belum juga pulang. Menurut informasi yang didapat orang suruhannya, Liyana pergi ke Belgia namun sampai sekarang ia tak bisa ditemui. Indrapun sudah sangat pasrah. Ily lah harapan satu-satunya yang ia miliki. Jujur sebenarnya ian tidak tega memaksa putrinya. Namun ia yakin bahwa pilihannya ini sudah sangat tepat. Alian adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping putrinya. Alian dan Indra terlibat perbincangan kecil. Sejak awal mengobrol, Indra sudah sangat merasa bahwa Alian sangat mirip dengan ayahnya, jadi ia merasa seperti sedang bercerita dengan sahabat lamanya yang sudah tiada itu. Disela pembicaraannya Ayu bergegas memanggil putrinya yang tak kunjung menghampiri mereka, padahal Ayu sudah berpesan bahwa Ily harus menemui Alian saat ia datang. Ternyata Ily benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Ia sama sekali tak mau turun ke ruang tamu dan lebih memilih sibuk bergulat dibalik selimut bermotif doraemonnya sembari memainkan ponselnya. Namun dengan sedikit paksaan dari ayu akhirnya Ily pun dengan terpaksa mengikuti mamanya menemui Alian. "Alian, ini Ily," ucap Ayu memperkenalkan putrinya. Alian tersenyum menatap Ily sementara Ily menatap  Alian sinis. "Alian." Alian memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya. Ily menatap tangan Alian tanpa minat, hingga sesaat kemudian Ayu menyikutnya membuat Ily mau tak mau membalas uluran tangannya. "Ily," balas Ily seadanya kemudian berlalu dari hadapan orang tuanya dan Alian. "Ily... Ily..." panggil Ayu yang tak di dihiraukan oleh Ily. "Maaf ya Al, mungkin dia belum terbiasa," ucap Indra merasa tak enak dengan Alian. "  "Gak papa Om" balas Alian sembari tersenyum kecil. Setelah beberapa saat berbincang dengan keluarga Ily, Alian pun memutuskan untuk pulang. "Eh lo!" ucap seseorang yang membuat Alian yang hendak membuka pintu mobilnya terhenti. Alian menatap seorang gadis yang tadi memberi kesan perkenalan yang cukup buruk kini berada dibelakangnya. Gadis itu kini sedang menatapnya tajam. "Oh hai," balas Alian sembari tersenyum. Untuk sesaat Ily terpaku menatap senyum itu, senyum yang benar-benar sangat memukau dan terlihat tulus namun dengan cepat ia menepis pikirannya yang baru saja memuji pria didepannya. Ily tersenyum sinis kearah Alian. "Siapa nama lo? Oh whatever about your name. Gue cuma mau ngingetin sama lo. Lo lupain masalah perjodohan itu karna perjodohan itu gak akan pernah terjadi. Jadi lo gak usah berharap banyak karena kalaupun itu terjadi, gue bakal kabur kayak kakak gue," ucap Ily penuh penekanan kemudian langsung masuk kedalam rumahnya tanpa menunggu jawaban dari Alian. Alian menatap kepergian Ily. Dihelanya nafasnya panjang. Entah akan seperti apa lagi takdir mempermainkan hidupnya. Baru saja ia mengikhlaskan untuk tidak melaksanakan pesan terakhir ayahnya karena pertunangan gagal, namun ia diberi harapan kembali saat Indra memberi tahu bahwa putrinya yang lain bersedia melanjutkan perjodohan itu. Namun lihatlah sekarang bagaimana responsnya. Apakah pertunangannya akan batal untuk yang kedua kalinya? *** Ily menggerutu tak jelas sembari merapikan tatanan rambutnya. Moodnya benar- benar hancur hari ini. Ban mobilnya yang bocor membuat ia harus pergi menuju lokasi pemotretan bersama Alian atas usul mamanya karena mobil yang ada di rumahnya semuanya sudah terpakai. Sebenarnya Ily bisa saja menolak, namun sifat memaksa mamanya kembali kambuh membuat Ily jengah. Dan disinilah Ily sekarang, menunggu kedatangan Alian. "Kamu mau pemotretan dimana?" Tanya Alian saat Ily sudah memasuki mobilnya. Ily memutar bola matanya malas. "Taman bunga didaerah Jaksel," balas Ily malas. Alian yang tau tempat yang dimaksud Ily langsung melajukan mobilnya. Ily menatap Alian heran, sebenarnya Alian ini siapa? Kenapa ia bisa memiliki mobil sekeren ini? Audi hitam mengkilap keluaran terbaru. Selama diperjalanan seperti biasa hanya ada keheningan diantara mereka. Ily sibuk memoles wajahnya karna takut tak sempat sampai disana nanti. Ily sudah menjadi model sejak 1 tahun belakangan ini. Sebenarnya orang tua Ily awalnya tak mengizinkan Ily menjadi model. Tapi karna sikap Ily yang keras kepala membuat mereka mau tak mau harus mengizinkannya. “Gak usah tebal-tebal. Kasian cantiknya kamu ketutupan,” ucap Alian yang sontak membuat Ily menoleh tajam padanya. Alian tersenyum sembari fokus kearah jalanan. “Gue mau diapain juga bakal cantik,” balas Ily ketus kembali memoles wajahnya. “Iya, kamu cantik,” ucap Alian lembut. Ily kembali menoleh pada Alian yang lagi-lagi sedang tersenyum. Haruskan disetiap kalimatnya diakhiri dengan senyuman? Ya Ily tahu senyumnya memang manis, namun bukan berarti ia harus tersenyum. Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai juga ditempat pemotretan Ily.  “Makasih, lo bisa pulang sekarang,” ucap Ily. “Loh kenapa pulang? Aku bisa nungguin kamu,” balas Alian santai. “Gue bukan anak kecil yang harus lo tungguin, gue bisa pulang sediri,” tanpa menunggu balasan dari Alian, Ily langsung bergegas pergi. Alian menggelengkan kecil kepalanya menatap kepergian Ily. Ini untuk pertama kalinya Alian bertemu gadis yang begitu ketusnya. Rasanya tak ada alasan Alian tetap berada disini, apalagi mengingat peringatan keras Ily tadi, Alian langsung menyalakan mobilnya dan segera pergi. *** Ily membiarkan wajahnya di poles dengan berbagai make up untuk persiapan pemotretannya kali ini. Sesekali ia terlihat protes saat merasa ada make up yang tak sesuai dengan keinginannya. Sang perias hanya mengikuti apa kata Ily karna sudah sangat tahu watak gadis itu. Namun konsentrasi Ily dalam meriasa wajah cantiknya harus terganggu saat melihat sepasang orang yang tak jauh darinya. Hatinya menggeram kesal saat menyadari bahwa adegan dihadapannya itu adalah unsur kesengajaann. Leo Nugraha, seorang pria yang dulu pernah menempati tahta tertinggi dihati Ily kini tampak dengan sengaja merusak pemandangannya dengan memamerkan kemesraannya dengan Siska Monika, model yang sedang naik daun. Seketika itu juga Ily merutuki kebodohannya yang pernah jatuh dalam pesona seorang fotografer profesional itu. Ily kira ia adalah pria yang baik, sampai Ily rela menentang orang tuanya yang melarang hubungan mereka. Namun nyatanya ia tak sebaik yang Ily fikir. Ia hanyalah seorang pria yang memanfaatkan keadaan dengan memacari Ily saat karir modelnya sedang diatas. Namun saat datang model baru yang karirnya lebih baik, ia meninggalkan Ily begitu saja. Tak mudah memang menerima semuanya bagi Ily, namun ia tak ingin terlihat lemah didepan pria itu. Namun yang kini membuat Ily tak nyaman adalah asumsi Leo yang menyatakan bahwa Ily masih mengharapkannya karna belum memiliki penggantinya. Jujur bukan itu alasan Ily masih sendiri saat ini, hanya saja ia tak ingin mendapatkan pria seperti Leo lagi. Ily menghembuskan nafas jengah saat melihat Leo dengan sengaja mengelus pipi Siska ketika ia menyadari Ily sedang memperhatikannya. Ini tak bisa dibiarkan, Ily harus mencari cara agar pria itu berhenti berfikir bahwa ia masih mengharapkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD