1

1112 Words
"Saya terima nikahnya Pevita, dengan mas kawin seperangkat alat sholat serta 25 Gram emas dibayar tunai" Suara Azril dengan lantang mengucapkan ijab kabul, walau sebenarnya dia menentang pernikahan ini. kedua orang tuanya sangat memuja perempuan yang ada di belakangnya, entah dari mana anak pungut itu berasal, tetapi ia telah sukses mengambil hati kedua orang tuannya. Dalam hati Azril berkata "Ini yang mama mau, dari awal dia telah menolak hal gila ini" Flashback.. "Fix, ini rencananya lu. menikah sama gue, dan lu akan mendapatkan kekayaan papa dan mama, tidak cukupkah semua kemewahan yang selama ini lu dapatkan?" Azril berkata dengan kasar kepada adik angkatnya. Wajah manis gadis itu tidak membuat kemarahan azril berkurang. Dari kecil ia berusaha menjauh dari perempuan ini, tetapi pernikahanlah yang akan terjadi diantara mereka. pevita tidak tahu harus berkata apa, ia ingin menolak, tetapi ia tidak mampu. membuat mama dan papanya kecewa adalah salah satu hal yang harus dia hindari dalam hidupnya. Azril adalah abangnya, abang yang selalu dikaguminya.  Pevita masih menatap wajah itu, ia sangat menyanyangi dan menghormati laki-laki yang ada di hadapannya. Kali ini Azril sangat marah kepadanya, diwajah tampan itu hanya terlihat gurat kemarahan.  "Kenapa ia marah kepada ku? Aku hanya terpaksa". Jelas pevita di dalam hati. "Tidak punya mulut untuk ngomong?, ya sudah. gue tidak peduli dengan semua ini. jika memang mama ingin kita menikah, maka kita akan menikah. gue juga tidak pernah anggap lu ada" Apa yang bisa pevita harapkan darinya?  Azril memang tidak pernah berkata manis di depannya. Apapun yang ia lakukan selalu salah di mata abangnya.  back to now. Air mata sudah menetes di pipi pevita, semua orang pasti mengira itu adalah air mata kebahagian, tetapi siapa yang mampu menebak bahwa air mata itu adalah air mata kesedihan. Menikah di umur 18 tahun adalah hal yang menakutkan baginya, setelah ijab kabul maka pevita telah mengikatkan hati dan dirinya untuk sang suami. Pernikahan bukan hal yang main-main. Setelah ini, pevita tidak bisa mengharapkan laki-laki manapun untuk menjadi suaminya. Azril adalah jodohnya, nama mereka telah tertulis di langit. Ia tahu sekarang Azril mendekatinya, tangan kokoh laki-laki itu meminta untuk di jabat. Dengan lemas pevita merahih tangan yang kokoh itu, mencium dengan rasa sayang. Mungkinkah bisa ada cinta disana? Yang pasti pevita akan berusaha mencintai suaminya. flashback "Sayang, kamu tahu mama sangat menyanyangi kamu, mama ingin kamu menjadi keluarga kami seutuhnya. impian terbesar mama adalah kamu menikah dengan Azril. apakah kamu mau?" mendengar perkataan mamanya membuat pevita sangat terkejut. Walau azril bukan abang kandungnya, tetapi tetap saja aneh rasanya menikah dengan abang sendiri. "ma, aku ingin mama bahagia, tetapi bang azril sudah menikah dan aku tidak ingin merusak kebahagiaan bang Azril dengan istrinya" pevita berusaha menjelaskan kepada mamanya. "Sekarang mama tanya? Apakah istri Azril terlihat sebagai wanita baik-baik, ketika ia tidak ingin mengandung anak dari suaminya, tetapi malah meminta suaminya untuk menikah lagi dan melahirkan anak dari perempuan itu" jelas perempuan setengah baya yang ada di depan pevita dengan penuh rasa kesal. Pevita berusaha mencari, dan membuat alasan, tetapi tidak ada satu alasanpun yang terlintas di pikirannya.  kemudian mamanya berkata lagi. "Kalau bukan karena mama sangat menyanyangi Azril, mama tidak akan menyetujui pernikahan mereka". "Aku tidak yakin bisa membuat Abang bahagia ma, mama tahu bagaimana dia memperlakukan ku" jelas Pevita dengan jujur. "Dari awal mama tidak setuju dengan pilihan Azril, mama lebih menginginkan kamu menjadi menantu mama,mama telah mempersiapkan semua ini, mama bahagia akhirnya Azril setuju menikah dengan mu, mama begitu bersyukur hal itu akan segera terwujud" Kenyataan Pevita adalah anak angkat hanya diketahui oleh keluarga inti saja, pevita juga selalu diingatkan bahwa ia adalah anak kandung papa dan mamanya. sehingga ia selalu merasa ia adalah bagian dari keluarga. ternyata Pevita salah.. mamanya tetap mengganggap dia hanyalah orang asing. "jika hal itu membuat mama bahagia, aku akan melakukannya" pevita berusaha tersenyum dengan sangat tulus. 'Back now' tiba-tiba sebuah lengan memeluknya dengan hangat, menyadarkannya dari lamunan. "Sekarang kamu resmi menjadi menantu mama, kamu akan melahirkan cucu-cucu mama" kata suara itu denggan lembut dan senyum yang merekah di bibirnya. pevita tahu ia dan abangnya memang tidak pernah akrab, tidak pernah ada ikatan persaudaraan diantara mereka, Azril sudah membenci pevita dari pertama pevita datang ke rumah mereka, Azril yang merupakan anak satu-satunya, merasa kasih sayang yang ia miliki selama ini telah di rebut oleh anak kecil itu, seorang adik yang bahkan dia tidak tahu datang dari mana, tetapi tiba-tiba bisa mengambil semua hal darinya termasuk perhatian dari kedua orangtuanya. *** 1 tahun yang lalu "Bang Azril pulang ke indo ma?" tanya Pevita kepada mamanya. "Iya, abang kamukan sudah lama di US, dari SMA sampai S2 disana, bahkan sudah bekerja disana, sekarang saatnya dia membantu perusahaan kita" Pevita tidak sering bertemu dengan abangnya, lebih tepatnya pevita memilih untuk menghindar. jika Azril pulang ke indo ketika liburan, pevita akan pergi ke Jogja menemani neneknya disana. dan entah bagaimana Azril pun akan memilih waktu pulang ketika pevita sedang memasuki masa liburan. mereka memang saling menghindari satu sama lain. ** Hari itu datang juga, ketika Azril pulang ke Indonesia. sekarang pevita , papa dan mamanya sedang berada dibandara, mereka ingin menyambut abang mereka tercinta. Azril terlihat tampan seperti biasa, yang membuat keluarga mereka sedikit terkejut adalah sosok wanita yang ada disampingnya. ketika menghampiri keluarganya, Azril memperkenalkan wanita itu. "Ma, pa. kenalkan ini Pacar aku, namanya Valerin" Gadis cantik itu mengulurkan tangannya dan memberikan senyum termanis. ** sudah lebih dari satu bulan Azril dirumah, Pevita mencari seribu alasan untuk tidak ikut makan malam atau sarapan pagi bersama keluarga. tetapi kali ini ia benar-benar tidak bisa menolak, karena mamanya sendiri yang menjemputnya dari dalam kamar. ketika kedua wanta itu memasuki ruangan makan, terdengar sebuah suara "Keluar juga akhirnya sang putri" "Azril, jangan ganggu adik kamu" kata mamanya "Adik dari mana ma? aku tidak pernah menggap dia sebagai adik ku" "Azril, kamu.." lanjut mamanya "Maa,, sudah, ayo kita makan. aku lapar" Ajak Pevita dengan memelas dan memasang wajah memohon. melihat rengekan Pevita membuat azril tambah kesal, tetapi ia bukan anak kecil lagi, sekarang dia sudah dewasa. perbedaan umur mereka kurang lebih 9 tahun. sekarang ia berumur 26 tahun dan pevita sekitar 17 tahun. ketika acara makan malam hampir selesai tiba-tiba Azril berkata. "Aku ingin menikah" "Dengan Valerin?" tanya mamanya kemudian "Iya ma, dia wanita yang baik" tambah Azril lagi. "Dia model Azril, mama yakin hidupnya penuh dengan keglamoran, dunia malam dan masih banyak lagi" "Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku" kekeh Azril "maukah dia meninggalkan dunia modelnya? jika dia mencintai kamu, dia akan melakukannya" "Maa, cinta tidak bisa dinilai dari hal itu" Azril masih tidak mau kalah. ia siap perang argumen dengan keluarganya jika mereka menentang hubungannya dengan Valerin. mereka sudah pacaran dari zaman kuliah, bahkan sampai sekarang. Azril yakin Valerin-lah belahan hidupnya. Dari tadi di ruang makan hanya ada dua sosok yang masih diam. Pevita tidak berani berkomentar apa-apa, sedangkan papa mereka masih asik dengan makanannya. melihat hal itu membuat mama mereka kesal. "Pa, katakan sesuatu!" Mamanya mulai memohon "Ma, Azril sudah dewasa, biarkan dia memilih jalan hidupnya sendiri" ayah mereka adalah sosok yang paling bijaksana. ** Pernikahan abangnya dengan model Valerin digelar sangat mewah, banyak wartawan serta di liput stasiun TV.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD