PERTARUNGAN DI BALIK MATA

532 Words
BAB 36 – PERTARUNGAN DI BALIK MATA Di atas dek kapal yang mewah, suasana semakin intens dengan ketegangan yang terasa di antara mereka. Keduanya tidak hanya saling berhadapan, tetapi ada sebuah permainan yang lebih dalam, yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang seperti mereka. Lovania berjalan maju, seolah menikmati setiap detik ketegangan ini, tetapi Marco tidak pernah melepaskan pandangannya. Setiap langkah yang dia ambil, Marco seolah menghitungnya, mengamati setiap gerakannya. Lovania: (Dengan nada ringan, tetapi memikat.) "Aku ingin tahu, Marco… Apa yang membuatmu berpikir kau bisa mengendalikan semuanya? Bahkan diriku." Marco mengangkat alisnya, tidak terburu-buru menjawab. Dia lebih suka menikmati momen ini—setiap kata yang keluar dari mulut Lovania adalah sebuah tantangan, sebuah permintaan untuk dilawan. Marco: (Dengan senyum penuh arti.) "Kendali bukan berarti pengendalian, Miss Valley. Itu lebih kepada mengetahui kapan harus menarik dan kapan harus menekan. Dan aku tahu kapan harus melakukannya." Lovania berhenti sejenak, terdiam dengan senyum licik di wajahnya. Dia tahu bahwa dia sedang memainkan permainan berbahaya, namun sesuatu dalam dirinya menikmati adrenalin ini. Lovania: (Dengan senyuman menggoda.) "Kau menganggap dirimu ahli dalam hal ini, tapi hati-hati, Marco. Ada hal-hal yang lebih kuat dari sekadar kekuasaan." Marco mendekat, jarak mereka hanya beberapa inci. Tangannya bergerak ke arah rambut Lovania, menyentuh lembut helai-helai rambutnya dengan penuh kehati-hatian, seperti menguji batasan yang ada. Marco: (Dengan nada dalam, penuh dominasi.) "Aku lebih suka mempelajari orang daripada hal-hal yang tampak jelas, Miss Valley. Kau benar, ada banyak hal yang lebih kuat dari kekuasaan, tapi kekuasaan adalah cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan." Lovania menatapnya dengan tajam, seolah dia tidak takut untuk masuk lebih dalam ke dalam permainan ini, bahkan jika itu berarti dirinya bisa terluka. Lovania: (Dengan tatapan penuh tantangan.) "Tapi bisa jadi kekuasaanmu tidak cukup, Marco. Ada saatnya semua kekuatan itu tak berguna. Dan mungkin, justru kamu yang akan kalah." Marco tersenyum kecil, tidak terpengaruh oleh kata-kata Lovania. Namun di dalam hatinya, dia tahu—pertarungan ini lebih dari sekadar kata-kata. Mereka berdua sedang bermain dengan emosi, dengan perasaan yang lebih dalam daripada yang mereka tunjukkan. Marco: (Dengan senyuman menggoda.) "Kita akan lihat siapa yang akan kalah terlebih dahulu, Miss Valley. Aku tidak pernah bermain untuk kalah." Namun, Lovania tetap tidak tergoyahkan, seperti batu karang yang tak akan tergerus ombak. Dia lebih memilih untuk mengontrol emosinya, meski di dalam dirinya, ada keinginan untuk menguji batasan yang dimiliki Marco. Lovania: (Dengan suara tenang, namun penuh arti.) "Jangan terlalu yakin, Marco. Kadang-kadang, kemenangan datang dengan harga yang lebih tinggi dari yang kita bayangkan." Senyum Marco semakin lebar, namun tidak ada kebanggaan di baliknya—hanya ketertarikan yang semakin dalam. Marco: (Dengan pandangan yang menguasai.) "Harga itu tidak pernah terlalu tinggi, Miss Valley. Terutama jika aku tahu apa yang aku inginkan." Dengan langkah mantap, Marco berbalik dan menuju ke sisi kapal, sementara Lovania tetap berdiri di tempatnya, menatap punggungnya dengan tatapan penuh teka-teki. Permainan ini belum selesai. Dan kali ini, kedua pemain ini mulai menyadari bahwa mereka tidak hanya berhadapan dengan satu sama lain, tetapi juga dengan sisi mereka yang lebih gelap—sisi yang tidak bisa mereka hindari, apapun yang terjadi. Namun, satu hal yang pasti—tidak ada yang bisa mengendalikan hati mereka, bahkan di tengah permainan yang penuh kekuasaan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD