PERMAINAN DI ANTARA KITA

412 Words
BAB 23 – PERMAINAN DI ANTARA KITA Angin laut yang lembut berembus melalui jendela besar, membawa aroma asin yang bercampur dengan wewangian eksklusif yang memenuhi ruangan. Yacht itu melaju perlahan di atas perairan yang tenang, seolah mencerminkan ketegangan yang tak terucapkan di antara dua insan yang duduk berhadapan. Marco masih berdiri, satu tangannya menyelipkan gelas anggur di antara jemarinya yang panjang dan kokoh. Tatapannya tetap terkunci pada Lovania, seperti seorang predator yang menilai mangsanya dengan penuh perhitungan. Lovania, di sisi lain, tetap tenang. Sikapnya begitu terkendali, seperti angin malam yang sejuk namun tak terduga. Dia tahu cara memainkan permainan ini—mengulur, menggoda, lalu menarik diri tepat saat lawannya mulai berpikir dia memiliki kendali. Marco akhirnya bergerak, menaruh gelas anggurnya dengan suara halus di atas meja marmer di samping mereka. Dia tidak pernah terburu-buru, tetapi malam ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada tantangan dalam sorot matanya—sesuatu yang Lovania belum putuskan apakah itu berbahaya atau justru semakin menarik. Marco: (Dengan nada rendah, penuh kendali.) "Berapa lama Anda berniat membuat saya menunggu, sayang?" Lovania tersenyum kecil, bibirnya melengkung dengan anggun. Dia tahu persis apa yang dilakukan Marco—memancingnya, mendorongnya untuk bereaksi. Lovania: (Dengan nada tenang dan dingin.) "Tunggu untuk apa, Marco? Anda selalu berbicara seperti segalanya sudah dalam genggaman Anda." Marco mendekat, jemarinya yang kuat menyentuh dagu Lovania, mengangkatnya sedikit sehingga mata mereka sejajar. Sorot matanya gelap, dalam, penuh misteri. Marco: (Berbisik, suaranya seperti racun yang manis.) "Jangan pura-pura tidak tahu, Miss Valley. Saya tahu Anda merasakannya." Lovania tidak menghindar, tetapi dia juga tidak mundur. Sebaliknya, dia mengangkat tangannya dengan anggun, jari-jarinya menyentuh dasi sutra Marco sebelum perlahan menariknya, menciptakan jarak yang hampir tak ada di antara mereka. Lovania: (Suaranya rendah, penuh tantangan.) "Saya selalu menikmati permainan, Marco. Tapi apakah Anda yakin Anda tidak akan menjadi pemain yang jatuh lebih dulu?" Marco tertawa pelan, suara beratnya bergema dalam keheningan malam. Dia membiarkan Lovania tetap memegang dasinya, tetapi matanya menatapnya dengan intensitas yang nyaris menelan. Marco: (Dengan nada dalam dan mematikan.) "Sayang, saya tidak pernah jatuh… Saya hanya memilih kapan harus menang." Lovania tahu ini bukan sekadar godaan—ini adalah tantangan. Dan bagi seseorang seperti Marco Maxdev, dia tidak akan membiarkan permainan ini berakhir tanpa memastikan dialah yang berdiri sebagai pemenang. Tetapi apa yang dia belum sadari adalah Lovania bukanlah wanita yang mudah ditaklukkan. Malam itu, di atas kapal yang melaju pelan di perairan gelap, dua dunia bertemu—saling menguji, saling menantang, dan tanpa mereka sadari, saling jatuh semakin dalam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD