Hamil

3112 Words
“Bagaimana? Apa yang kalian temukan?” tanya Hial saat melihat Zayn dan Calvin kembali dari perjalanan mereka memeriksa tempat persembunyian. Saat ini, terlihat jika Zayn dan Calvin menampilkan ekspresi yang terlihat sulit untuk dibaca. Karena itulah, Hial tidak memiliki pilihan lain, selain bertanya pada keduanya. Apa yang terjadi dan apa yang mereka temukan. Calvin pun menghela napas dan bertanya balik, “Ada berapa orang yang terpisah dengan kelompok kita?” Pertanyaan tersebut segera dijawab oleh Hial yang segera memeriksa catatannya. Tentu saja sepeninggal Zayn dan Calvin, ia tidak tinggal diam. Namun segera melakukan apa yang ia bisa agar memastikan semuanya tertata rapi sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat persembunian baru mereka yang lebih aman. “Total ada tiga puluh orang,” jawab Hial lalu kembali menatap Calvin dan Zayn yang terlihat mengernyitkan keningnya. “Memangnya ada apa?” tanya Hial lagi, ingin tahu apa yang terjadi. Lalu Zayn menjawab, “Total, kami menemukan lima belas orang yang mati di tempat persembunyian kita, termasuk Vani. Sementara lima belas sisanya sama sekali tidak ditemukan jejaknya di sana.” Mendengar hal itu, Hial pun terkejut. Sebab ia tidak mendengar nama Clara disebutkan di sana. Hial terlihat sangat gugup dan mengonfirmasi, “Lalu bagaimana dengan Clara? Apa kalian juga tidak menemukannya?” Calvin dan Zayn menggeleng dengan kompak. Namun, Calvin menjawab, “Entah aku harus bersyukur atau tidak, Clara memang tidak ditemukan di antara mayat-mayat yang berserakan di sana. Namun, ini artinya kemungkinan besar Clara memang dibawa oleh pasukan yang sudah menyerang tempat persembunyian kita.” Calvin terlihat sangat gelisah dengan hal tersebut. Namun, sepertinya Hial sudah bersiap atas kemungkinan hal tersebut. “Aku sudah mengumpulkan informasi dari anggota kelompok kita mengenai tempat-tempat yang dijadikan markas oleh bangsa Draconian,” ucap Hial dengan penuh percaya diri dan mulai membuka buku catatannya yang ternyata sudah penuh dengan semua tulisan tangannya. Hial sadar, jika dirinya harus melakukan sesuatu. Karena itulah, ia melakukan apa pun yang bisa ia lakukan saat menunggu keduanya kembali sebagai bentuk bantuan sekaligus bentuk permintaan maafnya karena kesalahan yang sudah ia perbuat. Jadi, ia pun mengumpulkan informasi yang diketahui oleh anggota kelompoknya yang tentu saja berasal dari bermacam-macam tempat. Mereka tentu saja memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Dengan pemikiran bahwa ada kemungkinan Clara dibawa oleh bangsa draconian, ia mengumpulkan informasi mengenai tempat-tempat yang dijadikan oleh bangsa draconian sebagai markas. Tentu saja Calvin dan Zayn segera memeriksa apa yang ditunjukkan oleh Hial, dan tahu jika Hial selama ini bekerja keras. Keduanya pun saja, jika mereka tidak boleh marah dan membenci Hial karena apa yang sudah terjadi sebelumnya. Clara tertinggal, bukan karena disengaja oleh Hial. Hal itu terjadi karena situasi yang memang tidak sesuai dengan dugaan oleh mereka semua. Hial hanya mengambil keputusan yang paling logis dan menguntungkan, sebagai seorang pemimpin dalam menghadapi situasi yang sangat merugikan dan berbahaya tersebut. Buktinya, dengan keputusan yang diambil oleh Hial tersebut, ada lebih banyak orang yang berhasil selamat dari penyerangan mendadak tersebut. “Jika seperti ini, bisa dipastikan kita sudah memiliki tujuan pasti untuk menyelamatkan Clara nantinya. Hanya saja, sekarang kita harus menyusun rencana terlebih dahulu untuk menyusup dan melakukan penyelamatan bagi Clara. Jika kita gegabah, selain Clara yang akan semakin berada dalam bahaya, kita juga akan tertangkap dan menjadi sandera tambahan bagi mereka,” ucap Zayn yang membuat Hial dan Calvin mengangguk untuk sepakat dengan apa yang sudah dikatakan oleh Zayn. “Kalau begitu, untuk saat ini mari kita beristirahat karena esok kita akan memulai perjalanan yang panjang dan berbahaya menuju tempat persembunyian cadangan kita,” ucap Hial. Meskipun disebut dengan persembunyian cadangan, tempat tersebut hanya sedikit lebih kecil dan sedikit sulit untuk diakses daripada tempat persembunyian utama mereka. Tentu saja Zayn dan Calvin setuju dengan perkataan tersebut, sebab keduanya juga sudah merasa sangat lelah. Terlebih Calvin yang tidak hanya lelah fisik, ia juga lelah secara mental. Mengingat kondisi saat ini sangat buruk. Untuk kesekian kalinya, Calvin kembali terpisah dengan saudarinya yang ia sayangi. Calvin merasa jika dirinya benar-benar tidak kompeten menjadi seorang kakak. Sebelumnya, ia terpisah dengan Clara saat mereka diserang gerombolan mhonyedt yang kehilangan akal mereka. Lalu kini, mereka kembali terpisah karena saat Calvin meninggalkannya untuk mencari tanaman obat, ada penyerangan ke tempat persembunyian mereka. Meskipun ini adalah situasi yang sangat tidak terduga, Calvin tetap tidak boleh melakukan hal yang sangat bodoh dengan kembali meninggalkan Clara. Kini Calvin, Zayn, dan Hial sudah mengambil tempat beristirahat mereka di area evakuasi yang menjadi tempat beristirahat mereka yang sementara digunakan untuk tempat beristirahat tersebut. Tentu saja, para anggota yang lain terlihat beristirahat dengan nyaman, karena mereka juga sangat kelelahan dengan apa yang mereka lalui hari ini. Meskipun jauh berbeda dengan situasi mereka di tempat perlindungan sebelumnya, tetapi mereka juga bisa beristirahat dengan cukup nyaman di sana. Semua orang terlihat beristirahat dengan sangat lelap, berbeda dengan Calvin yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. “Clara,” ucap Calvin memanggil nama adiknya yang terasa membuat dirinya tersedak oleh emosi yang menggelegak dalam waktu singkat. “Adikku yang malang, kau pasti sangat ketakutan karena kembali berada dalam cengkraman bangsa Draconian yang mengerikan itu,” bisik Calvin lalu memejamkan matanya. Ia ingat, jika kondisi Clara tadi pagi juga tidak terlalu baik. Clara masih tersiksa oleh rasa mual yang sangat berat. Dengan kondisinya yang mual saja sudah membuatnya kesulitan, saat ini jelas situasi akan semakin sulit bagi Clara yang kini terjebak di tengah-tengah bangsa draconian yang kejam. Zayn yang kebetulan berada cukup dekat dengan tempat Clara beristirahat, tentu saja bisa mendengar gumaman sekaligus helaan napas Calvin yang berulang kali. Zayn sendiri sebenarnya tidak bisa beristirahat dengan tenang, mengingat jika pikirannya masih saja terisi dengan sosok Clara. Situasi yang sama juga terjadi dengan Hial, ia tidak bisa tidur karena merasa gelisah sekaligus merasa sangat bersalah mengenai apa yang terjadi. Jika Hial memilih untuk menyimpan kegelisahannya seorang diri, maka Zayn tidak memikirkan hal yang sama. Ia pun memilih untuk berbincang sejenak untuk saling menenangkan diri dengan sahabatnya itu. “Au juga merasa cemas. Tapi aku yakin, Clara pasti bisa bertahan seperti terakhir kali,” ucap Zayn pelan dan mengubah posisi berbaringnya menjadi terlentang dan menggunakan kedua tangannya sebagai bantalan kepalanya. Lalu setelah itu, ia pun sedikit membuka matanya dan melihat langit-langit tanah yang terlihat tidak terlalu tinggi. Ini jelas membuatnya pengap, karena sebelumnya ia sudah tinggal di tempat persembunyian yang lapang dan nyaman. Tentu saja tempat saat ini membuatnya merasa sangat pengap. “Tentu saja aku juga mengharapkan hal yang sama. Aku harap, Clara bisa melewati masa sulit ini lagi dengan baik seperti apa yang sudah ia lakukan sebelumnya,” ucap Calvin. Sekarang, di situasi ini yang tersisa bagi Calvin adalah mendoakan bahwa Clara bisa melaluinya dengan sikap kuat dan penuh dengan percaya diri. Calvin memejamkan matanya dan mendoakan keselamatan adiknya itu dengan penuh kesungguhan dan ketulusan hati yang mendalam. Kohomon, tetaplah bertahan dan selamatlah dari situasi terburuk apa pun. Karena aku akan datang untuk menyelamatkanmu. ** Sementara itu, kini di sisi lain Clara sendiri memang tengah berusaha untuk bertahan dalam menghadapi situasi sulitnya. Sebenarnya, saat itu Clara masih berada di dalam yang sama dengan pertama kalinya dirinya membuka mata. Ruangan tersebut memang sangat bersih dan nyaman, tetapi itu tidak terasa aman bagi Clara. Meskipun kini dirinya tengah berada di ruangan tersebut seorang diri, tetapi dirinya merasa tengah di awasi dari berbagai sisi. Pada akhirnya, saat ini dirinya tengah meringkuk di sudut kamar dengan menahan tangisnya yang bisa meledak kapan saja. Sungguh, saat ini dirinya berada dalam kondisi yang sangat buruk. Clara merasa sangat pusing dan lapar saat ini. Namun, Clara tidak mengatakan apa pun mengenai apa yang ia rasakan tersebut. Mengingat, jika dirinya sadar bahwa ia tengah diawasi. Bisa saja, apa yang ia katakan menjadi sesuatu yang membuat orang-orang berakhir memanfaatkannya. Terlebih, pria bernama Ostra sebelumnya sudah berkata bahwa ia tidak akan membantu atau memberikan makanan untuk Clara, jika Clara tidak memohon terlebih dahulu. Clara tidak akan mengatakan sepatah kata pun, terlebih mengenai rasa lapar yang ia rasakan. Sebab bisa saja hal itu dianggap sebagai Clara menyatakan diri menyerah untuk bertahan. Saat Clara tenggelam dengan pikirannya sendiri, dirinya pun mendengar suara pintu yang terbuka dan membuat dirinya bergegas untuk kembali bersikap waspada. Ia berpikir jika dirinya akan kembali didatangi oleh Ostra yang memiliki mata tajam yang mengerikan itu. Rasanya, jika Clara berhadapan dengan pria itu lagi, energi yang tersisa pada tubuhnya akan terkurang habis. Namun, ternyata seseorang yang datang bukanlah Ostra, melainkan seorang pria bernetra biru yang sebelumnya pernah ia temui saat pertama kali ditangkap oleh bangsa draconian bersama dengan Vani. Mengingat Vani, Clara pun dibuat kembali sedih. Sungguh, ia tidak menyukai fakta bahwa dirinya kembali ditangkap oleh bangsa draconian untuk kedua kalinya dan harus terpisah dengan anggota keluarga dan teman-temannya. Pria yang datang tersebut membawa nampan dan sebuah komputer tablet di tangannya. Ia pun duduk di kursi dan tersenyum pada Clara yang masih meringkuk di sudut ruangan. “Jangan bersembunyi di sana, sekarang duduklah di kursi dan makanlah makanan yang kubawa. Kudengar, kau belum makan sejak kau tiba di sini,” ucap Gaal dengan raut ramahnya. Tentu saja ekspresi yang menghiasi wajah Clara tidak baik-baik saja. Ia terlihat sangat jengkel dan berkata, “Tidak mau. Memangnya kau pikir aku mau makan makanan yang kau bawakan itu? Kau pikir, aku bodoh dengan memakan makanan yang dibawakan oleh musuhku sendiri? Bisa saja kau memasukkan sesuatu yang aneh ke dalamnya. Atau bahkan racun yang akan menyiksa atau membunuhku dalam waktu singkat.” Mendengar perkataan Clara yang agak tajam itu, Gaal pun sadar mengapa Ostra bisa semarah ini. Saking marahnya Ostra, sebelumnya Gaal bahkan kesulitan untuk membujuk Ostra untuk mengizinkan dirinya menemui Clara. Pada akhirnya, Gaal pun mendapatkan izin setelah dirinya menggunakan alasan mengenai dirinya yang harus memeriksa kondisi benih yang ada dalam tubuh Clara saat ini. Gaal juga membawa makanan, walaupun sebelumnya Ostra dengan sangat keras melarangnya untuk membawakan makanan untuk Clara. Sebab Ostra ingin Clara patuh terlebih dahulu dan memohon kepadanya untuk mendapatkan makanan. Gaal yang mendengar perkataan Clara pun terkekeh. Benar-benar seperti terhibur dengan perkataan yang ia dengar dari Clara saat ini. Ia pun berkata, “Jangan terlalu berpikiran negatir di saat seperti ini. Coba pikir dengan akal sehatmu, Clara. Kau tidak mungkin dibiarkan di tempat yang nyaman dan bersih seperti ini, saat kami pada akhirnya akan membunuhmu. Kami di sini tengah berusaha untuk menjagamu. Kami bahkan memberikan pakaian, tempat, dan makanan yang baik dan tidak bisa kau dapatkan di tempatmu sebelumnya. Kau hanya perlu bertingkah baik, dan kau akan baik-baik saja.” Clara yang mendengar hal itu pun memasang ekspresi tidak percaya. “Apa aku salah dengar? Kau memintaku untuk bertingkah baik? Memangnya kau siapa? Kau sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padaku. Sepertinya bangsa kalian memang terlahir dengan memiliki sifat yang tidak tahu malu. Berhenti bertingkah sebagai seorang penguasa, padahal sejak awal kalian hanyalah pencuri yang berusaha untuk mendapatkan hal yang seharusnya tidak boleh kalian inginkan,” ucap Clara. Meskipun itu adalah perkataan yang menjengkelkan, rupanya Gaal tidak terpancing karena perkataan yang diucapkan oleh Clara tersebut. Ia masih memasang senyuman manisnya. Lalu berkata, “Ternyata kau terlalu banyak omong seperti apa yang dikatakan oleh Ostra sebelumnya. Sudah kubilang, tenanglah. Sekarang situasinya benar-benar tidak membayakanmu, jika kau bersikap dengan baik. Untuk saat ini, lebih baik kau makan makanan yang sudah kami persiapkan. Ini juga untukmu sendiri. Kau harus makan demi keadaan tubuhmu.” “Apa pedulimu dengan kondisi tubuhku? Ini tubuhku, dan kau sama sekali tidak memiliki urusan dengan tubuhku ini,” ucap Clara jengkel karena Gaal saat dirinya berkata seolah-olah peduli dengan nyawanya. Padahal, Clara yakin jika mereka semua hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk sesuatu. Dan rasanya kepedulian yang tenga mereka tunjukkan ini terlalu berlebihan untuk sesuatu yang ingin mereka manfaatkan. Gaal yang mendengar hal tersebut pun tertawa pelan. Lalu ia pun berkata, “Sungguh, aku memang peduli denganmu, Clara.” Clara mengernyitkan keningnya karena Gaal menyebutnya dengan memanggil namanya. Padahal, Clara merasa jika dirinya belum pernah mengenalkan diri pada Gaal. Tentu saja dirinya juga tidak ingin mengenalkan dirinya pada Gaal, karena menurutnya itu sama sekali tidak berguna. “Bagaimana bisa kau mengetahui namaku? Aku tidak pernah merasa pernah mengenalkan diriku padamu? Aku juga tidak pernah menyebut namaku di hadapanmu,” ucap Clara merasa sangat curiga terhadap Gaal yang terlihat sangat licik baginya. Lalu Gaal yang mendengarnya pun menjawab, “Kau memang tidak pernah mengenalkan dirimu padaku, tetapi aku tahu namamu dari temanmu yang bernama Vani itu. Sepertinya aku harus berterima kasih pada temanmu yang bernama Vani itu karena dirinya yang sudah memberitahu diriki mengenai informasi yang sangat penting mengenai berbagai hal. Termasuk mengenai namamu itu.” Firasat buruk seketika dirasakan oleh Clara. Jujur saja, Clara tidak ingin merasa curiga terhadap Vani. Sebelumnya ia memang merasa jika terkadang Vani terlihat aneh, sehabis dirinya tertangkap oleh bangsa draconian. Namun, Clara yakin jika Vani tidak memiliki hubungan apa pun atau ikatan apa pun dengan bangsa draconian. Tidak mungkin ia membocorkan informasi seperti apa yang dikatakan oleh Gaal ini. Sepertinya apa yang dipikirikan oleh Clara dengan mudah dibaca oleh Gaal, karena itulah ia berkata, “Ah, sepertinya kau akan salah paham. Sekarang aku akan sedikit menjelaskan padamu.” Clara pun menatap wajah Gaal untuk mendengarkan penjelasan apa yang dimaksudh oleh pria itu. Gaal yang melihat sikap Clara tersebut pun menyadari jika Clara memiliki sisi yang manis dan menggemaskan. Karena itulah, ia pun menjelaskan, “Vani atau sahabatmu itu sama sekali tidak membocorkan berbagai informasi itu karena dirinya menginginkannya. Namun, aku yang mengintip pada memori otaknya, dan mengakses penglihatan dan pendengarannya melalui cip yang kutanamkan pada batang otaknya. Melalui hasil eksperimen itu, aku mendapatkan banyak keuntungan. Bahkan bisa kembali menangkapmu beserta teman-teman manusiamu yang bisa kujadikan bahan penelitian.” Ucapan tersebut tentu saja membuat wajah Clara pucat pasi. “Pe, Penelitian?” tanya Clara. Gaal mengangguk. “Saat kalian pertama kali tertangkap, aku yang seorang ilmuwan ini tentu saja tidak akan membiarkan hal menarik di depan mataku begitu saja. Karena itulah, aku pun menjadikan kalian sebagai bahan penelitian sekaligus eksperimen bagiku. Dan terbilang, kalian berdua sama-sama menjadi hasil ekperimen penelitian yang hasilnya cukup sempurna. Sayangnya, ada beberapa hal yang tidak terduga. Ada beberapa kerugian yang kudapatkan, tetapi aku tetap mendapatkan keuntungan yang besar atas situasi ini.” Tentu saja ekspresi Clara sama sekali tidak baik-baik saja saat dirinya mendengar bahwa saat ini dirinya tengah dijadikan sebagai penelitian Gaal. “Kau, apa yang kau lakukan padaku?!” tanya Clara panik. Ia pun berpikir mengenai apa yang terjadi sebelumnya. Kondisi tubuhnya yang turun drastis dan terus saja merasa mual dan pusing parah. Gaal pun kembali tersenyum dan berkata, “Aku tidak melakukan sesuatu yang buruk padamu. Bahkan, menurutku itu adalah sesuatu yang lebih ringan daripada yang kulakukan pada Vani. Aku hanya menanamkan benih milik Ostra pada tubuhmu. Dan kini, benih itu tengah tumbuh di dalam tubuhmu.” Kening Clara jelas saja mengernyit dalam. Sama sekali tidak mengerti dengan istilah yang tengah digunakan oleh Gaal. Memang manusia jarang menggunakan istilah yang sama dengan apa yang digunakan oleh bangsa draconian. “Jangan mengatakan hal yang berbelit! Jelaskan, apa yang sudah kau lakukan padaku? Apa mungkin, hal itu berkaitan dengan kondisi tubuhku yang semakin memburuk dari waktu ke waktu?” tanya Clara. Tentu saja Clara merasa sangat kesal. Jika benar hal itu berkaitan dengan ulah Gaal yang melakukan sesuatu pada tubuhnya. Sungguh, Clara tentunya tidak pernah membayangkan jika dirinya dijadikan bahan penelitian sekaligus eksperimen yang bahkan dilakukan oleh bangsa yang menjadi musuhnya. Clara menipiskan bibirnya, ia benar-benar marah saat ini. Rasanya ia ingin menyerang dan memukul Gaal yang terlihat memasang senyum tanpa merasa bersalah sedikit pun. Bahkan, saking marahnya, Clara sekarang sudah tidak merasa mual sedikit pun. “Ah, maaf. Sepertinya kapasitas otakmu terlalu kecil untuk memproses apa yang sudah kujelaskan. Terlebih, tanpa sadar aku juga menggunakan istilah yang tidak mungkin mudah untuk dipahami oleh manusia. Jadi, sekarang dengarkan dengan baik-baik penjelasankan,” ucap Gaal lalu menjeda perkataannya sembari memperhatikan ekspresi yang menghiasi wajah Clara. Tentu saja Clara juga tidak mengalihkan pandangannya sedikit pada Gaal. Ia terlihat sangat waspada, sekaligus marah. Gaal merasa jika dirinya sedikit saja lengah atau mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan mendapatkan pukulan dari Clara. Walaupun tentu saja pukulan itu tidak akan terasa menyakitkan, tetapi rasanya akan sangat memalukan jika Clara berhasil memukul dirinya yang pada dasanya lebih kuat dan gesit daripada Clara yang tak lain adalah manusia yang bahkan sangat lemah. Gaal pun berdeham dan berkata, “Aku menanamkan sesuatu yang kami sebut sebagai benih yang dibutuhkan untuk melanjutkan keturunan. Mungkin, di bangsa kalian itu bisa dibandingkan sebagai s****a. Itulah yang kutanamkan pada tubuhmu dan kini sepertinya benih itu sudah berhasil tumbuh di dalam tubuhmu.” Clara yang mendengar penjelasan tersebut masih memerlukan waktu untuk memproses informasi yang ia dengar. Rasanya Clara tidak bisa mengerti apa yang dikatakan oleh Gaal saat itu juga. Hingga dirinya pun sadar apa yang dimaksud oleh Gaal dan wajahnya pun terlihat semakin pucat. “A, Aku pasti salah memahami apa yang kau katakan, bukan?” tanya Clara terlihat meminta konfirmasi jika dirinya salah memahani apa yang sudah dikatakan oleh Gaal, pada pria itu. Namun, Gaal yang melihat kepanikan Clara tersebut malah terlihat sangat terhibur dan menggeleng. “Tidak. Kau tidak salah memahami apa yang sudah kau dengar. Aku rasa, kau tidak sebodoh itu hingga melakukan kesalahan seperti apa yang barusan kau katakan,” ucap Gaal. Hanya saja, Clara masih tidak mau menerima hal yang menurutnya sangat tidak masuk akal itu. Melihat jika Clara masih tidak bisa menerima fakta itu, Gaal sama sekali tidak memberika Clara waktu untuk memahaminya lebih jauh. Ia malah menyodorkan nampan makanan yang di atas meja dan berkata, “Sekarang, karena kau sudah tau kondisimu yang sebenarnya, lebih baik kau makan karena kondisi kesehatanmu tidak boleh memburuk. Aku malah menyarankan kau untuk meningkatkan berat badanmu, karena itu akan lebih baik bagimu.” Clara menipiskan bibirnya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Gaal tersebut. “Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu! Dan tolong berhenti bertingkah seakan-akan kau peduli denganku!” teriak Clara dengan penuh kemarahan. Meskipun menghadapi Clara yang terlihat sangat meluap-luap, Gaal sama sekali tidak terpancing. Ia masih menatap Clara dengan ekspresi tenangnya, dan bahkan masih menyunggingkan senyuman manis yang menurut Clara sangat menyebalkan dan seolah-olah tengah mengejek dirinya tersebut. “Sudah kubilang, aku memang peduli padamu yang tak lain adalah bahan dari penelitianku. Terlebih, kini calon penerus dari Jenderal Besar kami tengah tumbuh dalam kandunganmu. Sekarang tenanglah, Clara. Sebab marah tidak baik baik kondisi kandunganmu.” Clara menggeleng dengan sekuat tenaga. Sungguh, Clara sama sekali tidak pernah bisa menerima pernyataan yang dikeluarkan oleh Gaal tersebut. Namun, Clara sendiri saat menghubungkan rasa mual dan pusing yang menyiksanya beberapa hari ke belakang dengan penjelasan Gaal. Keduanya benar-benar terasa masuk akal jika dihubungkan, tetapi Clara tetap tidak bisa menerima hal tersebut. “Tidak! Kau bohong. Kalian hanya pembohong! Bagaimana mungkin aku hamil?!” teriak Clara histeris sama sekali tidak bisa menerima bahwa dirinya kini dinyatakan tengah hamil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD