1| Truth or Dare

1619 Words
"TRUTH or Dare?" Dari tempat duduknya, seorang gadis berambut cokelat panjang itu terlihat memutar bola matanya malas saat permainan menyebalkan itu kembali di mulai. Sempat menghembuskan asap rokok miliknya ke udara sebelum meletakkan puntung rokok yang sudah tersisa setengah itu pada asbak dihadapannya. Memilih untuk membenarkan posisi duduknya sembari memandangi ketiga orang sahabatnya dengan wajah menantang. "Truth." gadis bermata abu terang itu berucap santai yang di akhiri dengan dengusan tak puas dari arah lawan bicaranya. Menganggap sahabat cantik mereka ini sudah mengambil jalan aman dalam memainkan permainan pada siang menjelang hari itu. Melihat reaksi tak mengenakkan, membuat gadis yang memiliki julukan sebagai 'The Death Angel' itu kembali memutar bola matanya malas. "Oke, Dare." Tepukan antusias nampak terdengar dari arah ke tiga sahabatnya, segera mencari 'mangsa' dadakan mereka dengan cara memutar kepala ke arah sekitar. Memandangi satu persatu makhluk pengunjung kantin kampus mereka dengan serius. "Itu," salah satu gadis berambut sebahu dengan warna hitam pekat itu menunjuk seorang cowok berparas manis yang saat ini tengah berdiri menunggu pesanannya siap di hadapan penjual kornet, "Buat ceweknya cemburu." "Kak Rino?" dengan mata sedikit melebar, gadis cantik berlulit putih itu bertanya tak yakin, "Alea sayang, lo lupa kalo Dare minggu lalu gue udah berhasil minta nomornya, kenapa sekarang dia lagi?" Gadis yang baru saja dipanggil dengan nama Alea itu tersenyum penuh arti, menatap sahabat tercantiknya dengan tenang, "Nasyaku sayang, kan dare kemaren itu lo diminta untuk pintain nomornya sekaligus bikin dia sama pacarnya putus. Tapi nyatanya, mereka masih pacaran sampe sekarang padahal jelas-jelas ceweknya udah tau kalo lo sama Kak Rino chattingan." "Ya, berarti emang itu ceweknya sayang banget, mangkanya gak mau putusin Kak Rino." Dari tempatnya, Alea memutar kepalanya, beralih pandang ke arah salah satu sobatnya yang lain, berakhir dengan menatap Kristina kesal, "Kalo gitu Nasya gagal dong jalanin dare-nya?" "Kak Rino bukan tipe yang bakal ngasih nomornya kesembarangan orang loh, apalagi dia ketua angkatan. Menurut gue Nasya udah cukup berhasil sih." Pembelaan kedua datang dari arah Mezy, gadis berkacamata yang memiliki otak paling pintar diantara ke-tiga sahabatnya yang lain. Untuk kesekian kalinya, Alea menghembuskan napasnya tak suka, "Tapi Zy—" "Oke-oke!" Nasya memotong sebelum Alea kembali menyuarakan pendapatnya, menghadirkan pandangan dari arah ke-tiga sahabatnya, "Mau gimana? Bikin pacarnya cemburu sekarang? Deal." Tak perlu waktu lama untuk kembali berdebat, Nasya sudah lebih dahulu beranjak dari tempatnya. Berjalan dengan penuh percaya diri ke arah sosok tampan yang terlihat masih setia menunggu pesananya selesai dibuat sembari memainkan ponsel bercase hitamnya. Tidak memperdulikan tatapan mata yang saat ini sudah berhasil direbut oleh dirinya, hanya fokus dengan apa yang tengah menjadi tantangan dari permainannya kali ini. Berakhir dengan berdiri tepat dihadapan Rino, mahasiswa tertampan jurusan Olahraga diangkatan Kakak tingkatnya yang terkenal dengan sifatnya yang galak, terutama dengan para mahasiwa baru. "Hai, Kak?" dengan manisnya Nasya menyapa, menghadirkan tatapan mata Rino dalam waktu hitungan detik. "Hai, Sya. Kenapa?" Sempat berpikir sejenak sebelum menjawabnya, lupa menyiapkan bahan obrolan karna terlalu terburu-buru dalam melangkah, "Hm, semalem gue ketiduran terus lupa ngabarin lo. Sorry." "Oh, iya gak apa-apa," cowok berlesung pipi itu merespon manis, "Gue juga futsal sampe malem kok." Dengan memberikan senyuman termanisnya, Nasya mengangguk singkat, "Nanti malem Kakak ada acara? Gue sama anak-anak mau jalan, ikut yuk?" Sebelum menjawab, Rino sempat menggaruk belakang kepalanya ragu, sebelum perhatiannya beralih pada sekitar. Mulai merasa risih dengan tatapan penuh tanya atas tujuan dari kehadiran mahasiswi tercantik dikampus mereka itu karna mengajak dirinya berbicara. "Nanti malem, ya? Kayaknya gak bisa deh, lo tau gue sama Pricilla belum putus, kan?" Ah, s**l. Jual mahal. Memilih untuk memasang wajah cemberutnya, yang bisa Nasya lakukan hanya mengangguk pasrah, "It's okay, lagian harusnya gue sadar ya kalo lo udah sesayang itu sama Kak Pricilla." "Gak gitu, Sya—" "Gak apa-apa kok," Nasya memotong, berniat untuk menjalankan ide lainnya untuk menarik perhatian 'mangsa' siang harinya ini, "Yaudah, gue duluan. Bye Kak Rino." "Bentar!" belum sempat melangkah, sapaan yang mendatangi pergelangan tangannya pun terlihat, membuat Nasya dengan cengiran keberhasilannya nampak menghentikan niatnya untuk beranjak. Kembali memutar tubuhnya untuk menghadap Rino, "Kenapa?" "Gue usahain dateng, kirimin aja lokasinya." Menahan senyum yang mengembang, Nasya terlihat menggigit bibir bawahnya kuat, "Tapi Kak Pricilla gimana?" "Ada apa bawa-bawa nama gue?" Berhasil, tokoh utama yang ditunggu-tunggu akhirnya datang menghampiri. Sosok berparas manis nan anggun yang terkenal dengan kepintarannya itu hadir ditengah-tengah kedua orang yang sedang sibuk berbincang ditengah ramainya kondisi kantin. Melihat kehadarin Pricilla, jelas membuat Rino segera melepaskan genggaman tangannya pada tangannNasya, digantikan dengan wajah kekhawatiran atas kejadian apa yang akan berlangsung selanjutnya. Tidak dengan Rino yang terlihat kehabisan kata-kata, Nasya justru sibuk mengalihkan pandangannya ke arah ketiga sahabatnya yang saat ini nampak menahan tawa dari kursi penonton. "Lo mau kemana sama cowok gue?" perhatian Nasya segera teralihkan saat suara manis Pricilla menyapanya, mendapati wajah tak bersahabat yang tengah menatapnya penuh kebencian. "Cil?" Rino menengahi, nampak berdiri dihadapan kekasihnya itu sembari memegang pundaknya, "Bisa gak kita bahasnya enggak di tengah kantin gini? Malu." "Malu?" Pricilla tertawa singkat, "Aku pikir urat malu kamu udah putus karna berani-beraninya selingkuh di depan umum." "Selingkuh di depan umum?" Rino membeo, "Aku cuman ngobrol sama Nasya." "Ngobrol?" gantian Pricilla yang membeo penuh amarah, "Janjian untuk ketemuan itu bukan sebatas 'ngobrol' kalo kamu mau tau." "Heh, cewek gatel!" selesai dengan Rino, Pricilla beralih pada Nasya yang sedari tadi memilih bungkam dibelakang punggung kekasihnya itu, "Lo udah bosen cari mangsa yang seangkatan? Harus senior lo juga di embat?" "Maksud Kakak?" "Lo mungkin bisa rusak semua hubungan dikampus ini demi permainan Truth or Dare lo, tapi enggak dengan gue dan cowok gue." Oh, ya? Kita liat aja nanti siapa yang bakal berakhir jadi pemenang. "Gue gak ngerti maksud Kakak apa." berbeda dengan apa yang ia ucapkan di dalam hati, Nasya justru memasang wajah tak berdosanya, semakin menikmati alur dari permainan yang dirinya ciptakan. "Cewek jalang!" "Cil! Kamu apa-apaan, sih?!" tidak perlu repot-repot membalas u*****n yang diberikan kepadanya, Rino sudah lebih dahulu menyuarakan pembelaannya atas Nasya, menghadirkan lirikan tak suka dari arah Pricilla. "Kamu belain dia?" Enggan melanjutkan drama yang sudah berhasil menjadikan mereka pusat perhatian semua mata para penghuni kantin, Rino memilih untuk mengakhirinya dengan cara menarik pergelangan tangan Pricilla untuk kemudian membawa pergi kekasihnya itu dari sana. Sempat kembali menolehkan kepalanya ke arah Nasya yang hanya gadis itu respon dengan anggukan kepala singkat, sebelum sepasang umat manusia itu menghilang dari hadapannya. Meninggalkan Nasya seorang diri ditengah-tengah keramaian, memilih untuk melangkahkan kakinya kembali pada para sahabatnya yang saat ini nampak menyambut kehadiran Nasya dengan tepukan tangan penuh rasa bangga. "Gokil sih, terbaik emang Nasyanya gue." Alea menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir sebelum menepuk-nepuk punggung Nasya. "Kak Rino sama Kak Pricilla udah pacaran dari SMA! Gila lo, Sya." sambar Kristina diikuti mulut menganganya. Sedangkan Mezy hanya dapat terdiam sembari menatap Nasya dalam-dalam, memuja sahabatnya itu di dalam hati karna tak pernah gagal menjalankan misi dare-nya. "Renasya Agnalia gitu loh." puji gadis itu sembari menyunggingkan senyuman untuk dirinya sendiri, segera beralih untuk menyeruput colanya dengan ganas. "Guys, kayaknya itu mahasiswa baru deh." Perhatian Nasya, Alea dan Mezy segera teralihkan saat Kristina memberikan sebuah kode untuk menatapi ketiga cowok berparas tampan yang sebelumnya tak pernah terlihat kehadirannya. Berawal pada sosok tampan pertama dengan rambut keritingnya, ditemani kedua sosok lainnya yang tak kalah tampannya. Yang satu sosok jangkung berkulit putih bersih bak Oppa Korea dan yang satu lagi sosok tampan berkacamata. Ketiga sosok yang berakhir duduk tak jauh dari posisi mereka. "Huah,"  Alea berujar takjub, "Gue baru ngeliat ada cowok pake kacamata tapi tetep keliatan cool dan ganteng banget." Dari tempatnya, Kristina ikut mengangguk menyetujui tanpa ada niatan untuk mengedipkan matanya, "Stylenya juga oke, yakan?" Gantian Mezy yang menyetujuinya, "Yang disampingnya juga oke, mereka jurusan apa ya kira-kira?" Merasa tidak tertarik dengan keributan disekitarnya, Nasya justru kembali sibuk dengan rokok miliknya. Menikmati hirupan dengan hirupan yang berhasil merusak organ dalamnya, kembali memancing perhatian dari arah Alea. "Lo gak tertarik sama anak baru itu?" Tanpa menoleh, jelas saja Nasya menggelengkan kepalanya. Ia sudah jelas tidak akan berhubungan dengan yang namanya mahasiswa baru, terlebih jika usianya terpaut jauh dibawahnya. Membayangkannya saja Nasya enggan. Respon yang kembali mendatangkan ide jahil dibenak Alea, "Yang pake kacamata, pintain nomornya." Secepat kilat Nasya menatap Alea dengan raut kesal, "Big no! Lo tau gue anti sama mahasiswa baru." "Ayolah, Sya. Kapan lagi lo sama yang baru-baru gitu?" Tidak ingin merespon, Nasya kembali menghisap dalam-dalam rokok miliknya. Membuat Alea harus bekerja ekstra untuk memutar otaknya agar sahabatnya ini kembali memasuki arena permainan. "Mobil!" secepat kilat Nasya mengalihkan pandangannya, menatap Alea dengan alis menaut, "Gue kasih mobil gue kalo lo bisa bikin itu cowok ngejar-ngejar lo." "I said, no." penolakan kedua kembali datang, menghadirkan bungkamnya Alea ditemani wajah cemberutnya. "Oke gini," Kristina ikut andil, "Kita pinta Mezy untuk cari informasi selengkap mungkin tentang itu cowok, baru lo putusin mau ikut dare-nya atau enggak." "Plus, gue bakal teraktir lo shopping make-up selama sebulan kalo lo berhasil dengan misi lo." tambah Alea dengan bersemangat. Tidak segera merespon ucapan kedua orang sahabatnya, hanya hening yang dapat Nasya keluarkan. Terlihat mengalihkan perhatiannya ke arah sosok tampan berkacamata yang saat ini nampak sibuk merokok sembari memperhatikan kedua sobatnya yang tengah berbincang. Sesekali sosok itu menampilkan senyum kecilnya, tertawa atas candaan yang diberikan oleh salah seorang temannya. Hingga mata berlapis kaca itu, tanpa sengaja menangkap basah dirinya yang tengah seserius itu memperhatikan gerak-geriknya. Tidak seperti semua mangsa miliknya yang kebanyakan menampilkan senyuman ketika gadis sesempurna Nasya memandangi, sosok itu secepat kilat justru membuang wajahnya. Tidak ingin bertatapan dengan manik abu terang Nasya terlalu lama, menghadirkan seringaian menantang dari arah gadis itu. "Jadi, lo setuju sama saran gue?" Kristina menunggu dengan cemas, "Deal, ya?" Tanpa ada niatan untuk melepaskan tatapannya, Nasya menampilkan senyuman manisnya ketika sahabatnya kembali bertanya memastikan. "Oke, deal."                                                                                              ••••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD