Bab 1

1756 Words
Wanita itu bisa-bisanya tertawa tanpa beban seolah perbuatan jahatnya sudah dilupakan semua orang, tapi tidak dengan diriku!!! Sampai matipun aku akan selalu ingat bagaimana terpuruknya kakak-ku akibat ulahnya yang tidak berprikemanusiaan itu. AKu ingin dia merasakan apa yang kakak-ku rasakan, aku ingin dia bersujud meminta ampun atas ketamakan dan juga iri serta dengki yang menyebabkan kakak-ku kehilangan masa depannya didunia balet. Aku, ROVAN ARIZONA akan membalas setiap airmata yang dikeluarkan CLARA RAISA ARIZONA dengan ribuan airmata diwajah cantik tapi berhati iblis, BRIANA BARA BASWEDAN. Aku akan membalas lebih sakit dari yang kakak-ku rasakan. Tidak peduli jarak umur yang jauh diantara kami, aku 18 tahun dan dia 29 tahun. Cinta bukannya tidak memandang usia?. **** Aku sengaja membawa sebuah bucket bunga mawar untuk mulai mengambil hati wanita iblis itu, ya setauku ini cara awal untuk menaklukkan hati perawan tua seperti Briana. Pertunjukkan yang seharusnya menjadi panggung milik kakak-ku kini berubah menjadi panggung kemunafikan yang diciptakan wanita iblis itu. Senyum palsu dan juga wajah innocent tapi menyebalkan berhasil memikat hati pelatih-pelatih bodoh yang tidak tau siapa yang lebih pantas menjadi ballerina sejati. "Mbak Briana ya?" sapaku mencoba ramah meski hatiku teramat marah dan ingin menghancurkannya saat ini juga, tapi aku berusaha menahan karena sekarang belum waktunya. Aku akan buat dia mencintaiku, mencintai brondong yang usia kamu berjarak 11 tahun dan setelah dia tergila-gila... booooommmmm aku akan campakkan layaknya debu. "Ya, who are you?" tanyanya dengan angkuh. "Rovan" aku menjulurkan bucket mawar yang aku bawa. "Oh tukang bunga... dari siapa? My fans or secret admirer?" tanyanya sambil menerima bucket yang aku bawa tadi, kak Clara benar... Briana Bara Baswedan terkenal angkuh dan sombong sebagai manusia, dan seenaknya dia menganggapku tukang antar bunga. Aku mengeluarkan senyum andalanku, dia melihatku sejenak lalu memalingkan muka. "Dari saya... pengagum anda, Briana" aku menjulurkan tanganku sekali lagi, wajahnya kaget dan melemparkan bucket bunga tadi kembali kepadaku. Wohoooo ternyata wanita iblis ini bisa juga jual mahal, oke lo jual gue beli. "Jangan ngimpi ya!!! gue nggak suka anak ingusan seperti elo.... Aduh dedek manis, seharusnya elo itu belajar dikampus atau dirumah jangan keliaran mencari wanita-wanita dewasa, nanti digodain tante-tante mau? Untung elo bertemu gue yang baik jadi selamatlah dari cengkraman james-james diluar sana" "Apaan james?" tanyaku bingung dengan maksud pembicaraannya. "Janda mesum... ah susah emang gaul sama anak pinyik seperti elo, byeee" dia mengibaskan rambut panjangnya dan melewatiku begitu saja. "Tapi gue cinta sama elo... gue akan kejar elo sampai elo mau jadi pacar gue!!!" teriakku, semua mata memandang kearah kami termasuk wanita iblis itu dengan kening berkerut. Wajahnya memerah seperti menahan malu akibat ungkapan palsu hatiku. Dia mendekatiku dan menutup mulutku, wajah iblisnya berganti dengan kepanikan dan aku merasa inilah wajah asli wanita ini. Keangkuhan dan kesombongan hanya kamuflase untuk menutupi apa isi hatinya. "GILA!!!, IKUT GUE!!!" bisiknya ditelingaku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Hahahah nggak ada yang bisa menolak pesona Rovan apalagi perawan tua seperti Briana yang setauku tidak pernah memiliki laki-laki dihidupnya kecuali keluarga besar Baswedan. "Iya iya sabar... gue bakal ikutin elo kemanaaaaaa aja"balasku saat dia menarikku menuju ruang dibelakang panggung, Ruang kosong dan gelap. "Masuk!!" dia menyuruhku masuk dan dengan cepat aku mengikutinya. "Apa tujuan lo mendekati gue?" tanyanya dengan wajah menyelidik. "Nggak ada... gue hanya mengikuti hati nurani gue yang merasa elo jodoh yang Tuhan beri untuk gue" huekkkk rasanya aku mau muntah mengucapkan gombalan memuakkan seperti tadi. "Oke... anggap saja elo memang suka gue, tapi masalahnya elo itu masih kecillll... gue yakin umur elo belum genap 20 tahun kan?" tebaknya, aku mengangguk dan mengeluarkan KTP yang baru sebulan ini aku dapatkan. Aku menunjukkan sekilas dan tak lupa menutup nama keluarga dibelakang namaku, bisa-bisa dia tau kalo aku adalah adiknya Clara dan usahaku menghancurkan dia gagal total. "18 tahun!!! Ya Tuhan, helowwww tuan brondong, umur gue 29 dan elo 18 coba deh dikurangi jadi berapa jarak diantara kita?" tanyanya dengan tangan berada dipinggangnya. Aku berpura-pura menghitung dengan jari tanganku. "11 tahun" balasku. "Nah 11 tahun... gila apa pacaran dengan brondong yang seharusnya menjadi adik, gue sih ogah pacaran dengan brondong" balasnya. "Cinta tidak memandang usia... lihat dulu bagaimana Yuni Shara dan Raffi Ahmad yah meski mereka akhirnya putus tapi ya sempat juga pacaran lama, contoh teranyar Ariel Noah dan Sophia Latjuba wuidihhhh lengket kayak perangko sedangkan usia mereka beda 11 tahun juga, jadi nggak ada masalah toh" balasku, ckckckck ini gara-gara Bunda penggemar acara gossip makanya aku tau berita yang barusan aku sebut. "Eh masalahnya mereka dewasa, umur mereka juga udah pantas untuk pacaran... sedangkan situ aja gue nggak yakin sudah sunat atau belum eh malah berani nembak gue" waduhhhhh mulutnya nyinyir juga, enak aja belum sunat. Sunat kedua kali memang belum dan ogah banget 'itu' ku dipotong dua kali. Oke Rovan fokus menaklukkan wanita iblis ini!!!. "Elo mau bukti gue udah sunat?" aku mendekatinya, dan dia mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri tadi dengan wajah ketakutan. "Eh jangan gila... gue bisa teriak dan bilang elo mau lecehin gue" aku tertawa dan menggeleng. "Nggak dong sayang... cewek cantik itu disayang, bukan untuk dilecehkan... gue hanya mau bilang, elo cantik hari ini" ajaran Fakhri cara menggombali cewek sepertinya membuahkan hasil, wanita iblis itu tersipu malu walau hanya sebentar dan kembali memasang wajah angkuhnya. "Sorry, lo bukan type gue... gue sukanya yang udah matang bukan brondong kayak lo" dia melewatiku dan pergi begitu saja, setelah dia pergi aku tersenyum sinis. "Sekarang lo boleh menolak gue, lo boleh menganggap gue bukan type lo... tapi nanti... nanti ada masanya elo mencintai gue sampai rela mati asal gue kawinin elo!!" aku meninggalkan ruangan kecil itu dan memperhatikan bagaimana dia berbaur dengan rekan-rekannya walau sesekali dia melihat kearahku lalu membuang muka setelahnya. **** Biasanya setiap jam segini aku mengantar kak Clara latihan balet tapi sejak 3 tahun yang lalu kebiasaan itu berhenti, sepulang dari kerja biasanya kak Clara habiskan dengan membersihkan puluhan piala dan piagam yang didapatnya dari hobbynya menari balet. "Kak, sudah makan?" tanyaku pelan. "Udah dong" balasnya dengan riang, mulutnya bisa tersenyum tapi aku tau pasti hatinya sakit melihat bagaimana kerja kerasnya mengumpulkan semua piala dan piagam ini terhenti akibat ulah wanita iblis itu. "Kak, kalo boleh Rovan tau... apa yang terjadi pada hari naas itu? Kenapa kakak bisa cedera dan kenapa kakak menutupi dari para pelatih jika... jika Briana-lah penyebab kakak cedera" tanyaku, Kak Clara menghentikan kegiatannya dan tak lama kembali membersihkan piala itu tanpa mengacuhkan pertanyaanku. "Kak.." "Bukan urusan kamu... jangan tanta masalah masa lalu, kakak sudah tidak peduli lagi dengan balet" aku melihatnya membanting piala kesukaannya ke lantai dan pergi meninggalkan kamar dengan piala hancur berderai. Aku geram!!! Aku kesal!!! Dan semua ini akibat ulah wanita iblis itu, aku memungut salah satu potongan piala dan menggenggamnya dengan erat. "Darah dibayar darah... airmata dibayar airmata... cedera kak Clara harus lo bayar dengan tubuh dan hati lo!!!" kataku dengan geram sambil menyimpan potongan piala itu disaku bajuku. **** Aku menghempaskan pantatku ke sofa sambil menerima gelas berisi air dingin dari Ara, aku langsung meneguknya sampai habis tanpa menyisakan setetes pun agar panas yang membara dihati padam setelah mendapat guyuran air dingin. "Hausa tau maruk sih babe?" tanya Ara sambil menggelengkan kepalanya. "Keduanya" balasku singkat dan menyuruh Ara mendekatiku. Menyusun rencana balas dendam membuatku sedikit melupakan Ara dan hubungan kami. Aku mengenal Ara sudah tahunan dan aku tau dia tidak akan pernah komplen dengan kesibukanku hingga mengacuhkannya. "Kuliah kamu bagaimana?" tanyaku, Ara mengangkat kedua bahunya dan menyentuh pipiku dengan tangan dinginnya. "Ya gitu deh, kamu tau sendiri aku sama sekali tidak berminat menjadi dokter, tapi demi mengikuti keinginan orangtua mau tidak mau aku harus menerima dengan pasrah" balasnya lagi, berbeda dengan Ara... cita-citaku kelak ingin menjadi dokter spesialis mata. Dokter yang akan menyembuhkan Kak Clara dan membuatnya bisa melihat keindahan dunia. "Kamu? Bagaimana dengan rencana 'gila' yang sedang kamu susun" hanya Ara yang mengetahui apa yang akan aku lakukan kepada Briana, andai keluarga besarku tau bisa-bisa aku dicoret dari daftar kartu keluarga apalagi keluarga Baswedan merupakan salah satukolega bisnis ayah. "Ya gitu deh... doa'in aja berhasil" balasku cuek sambil mengunyah brownies coklat buatan Ara. "Kamu nggak mau pikir-pikir lagi? Ini bukan saja masalah perasaan tapi juga hati Van, walau dia jahat tapi tetap saja dia manusia yang punya hati dan mempermainkan hati seorang wanita bukan suatu tindakan yang baik" aduh mulai lagi ceramahnya. "Kamu nggak tau bagaimana perasaan aku hancur saat melihat kak Clara menangis pilu saat dokter memvonisnya tidak bisa menari balet lagi, kerusakan dimata kaki membuatnya harus mengubur cita-citanya sebagai ballerina dan aku... aku yang semenjak lahir melihat bagaimana penderitaan tidak pernah hilang dihidupnya menjadi marah dan geram!!! Kenapa wanita iblis itu tega mendorong kak Clara hingga jatuh sedangkan dia tau kak Clara itu nggak bisa melihat!!!" balasku dengan nada penuh amarah, Ara memelukku dan mencium pucuk kepalaku dengan pelan. "Sabar Babe" Aku membuang nafas dan menyesal melampiaskan kemarahanku kepada wanita yang selama ini selalu menemani setiap langkah yang aku jalani, meski kali ini langkah yang aku pilih akan berujung neraka. **** Pagi-pagi sengaja aku menunggu Briana didepan lobby apartemen, aku tau Briana semenjak 3 tahun yang lalu memilih hidup sendiri diapartemen keluarganya dan menurutku itu keputusan yang tepat jadi aku tidak perlu berurusan dengan keluarga Baswedan jika ingin menemuinya. Aku melihatnya keluar dengan membawa tas, aku yakin itu perlengkapan yang dibutuhkannya untuk latihan ballet. "Hai bebyyyy" aku menjulurkan bunga mawar, kali ini aku memilih mawar berwarna pink. Semenjak menyusun rencana balas dendam, mawar menjadi kunci dari progress usahaku menghancurkan Briana, mawar pink ini menandakan jika cinta mulai bersemi, mawar merah cinta sudah muncul dihati Briana dan terakhir mawar hitam, jika aku memberinya mawar berwarna hitam itu berarti rencana yang aku lakukan berjalan dengan mulus dan hari itu juga menjadi hari hancurnya Briana. "Maaf ya, lo siapa? Minggir jangan halangi jalan gue... bikin sepet mata aja" dia mendorong tubuhku menyingkir dari jalannya, tapi bukan Rovan jika aku menyerah begitu saja. Aku kembali menghalangi jalannya dan mengeluarkan senyum yang menurut Ara bisa meluluhkan wanita manapun. "Ayolah, terima mawar ini... mawar ini khusus gue beli untuk gadis tercantikkkk yang pernah gue kenal" semoga dia luluh dan mau menerima mawar yang terpaksa aku beli. Dia tersenyum dan mengambil bucket mawar dari tanganku, mencium lalu mencampakkan ke jalan lalu menginjak mawar itu sampai hancur tidak berbentuk. "Mawar? Gue nggak suka yang namanya mawar, mawar memang indah tapi durinya bisa melukai tangan mulus gue... so... get out in my way" dia mendorong tubuhku. Aku mencengkram seluruh jemari saking kesal dan marah melihat kepongahannya. "Lihat saja... sekarang lo boleh menginjak mawar gue, tapi tidak lama lagi... mawar ini bakal jadi obat tidur disaat elo merindukan gue!!!" aku menatapnya panjang dengan hati masih membara. Aku mengambil ponselku danmenghubungi salah satu teman yang akan menolongku untuk berdekatan dengan Briana. "Plan B" aku mematikan ponsel dan tersenyum menunggu bagaimana seorang Briana sebentar lagi akan memanggil namaku. Satu Dua Tiga "Copettttt... b******k!!! Lo kira gue cewek lemah!!!" aku membuka mata saat melihat teman yang aku minta tolong merampas tas Briana hampir babak belur dihajar wanita iblis itu tanpa ampun. "s**t!!! Dia jago karate ternyata!!!" aku menepuk jidatku. **** Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD