4 cewek sederhana lagi makan di kantin. Seakan nggak perduli sama teriakan-teriakan anak-anak yang belum kebagian makanan, mereka konsentrasi sama piring masing-masing. Suara garpu sama sendok yang sedang beradu sama piring hamper tak terdengar karena penuh sesaknya kantin dengan anak-anak manusia yang kelaparan.
4 cewek itu masih asik. Kriuk kriuk suara kerupuk mereka terdengar sangat renyah dan nikmat. Hingga satu dari mereka, yang paling manis bernama Wulandari sudah selesai duluan, dia segera bayar dan kemudian balik lagi sambil bawa stik coklat lalu duduk di bangkunya tadi.
"Gimana sama Jodi kemarin?"
"Uhuk,.. uhuk,.." Ayla keselek, buru-buru dia minum es tehnya. "Nggak gimana-gimana. Orang dia cuman minta bibit bunga matahari doang kok!"
"Pasti lo seneng banget ya?" sambut Mila. Dia juga udah selesai sekarang. Tapi belum mau bayar karena masih pengen denger cerita Ayla.
Ayla mengangguk. "Kayanya gue jatuh cinta deh. Tapi gue sadar, kalo kita nggak pantes. Biarlah gue jadi scret admirer aja!"
"Lo nggak takut Jodi cuman manfaatin lo aja?" kali ini gentian Alip yang angkat bicara.
"Gimana ya? Gue udah biasa dimanfaatin sih. Jadinya ya biasa aja!"
Wulandari langsung komentar. "Jangan gitu dong! Usaha! Katanya belum pernah pacaran, sekali-kali diusahain dong! Mumpung ada kesempatan!"
"Iya bener." Sambung Mila.
"tapi kita terlalu kontras, Wul, Mil!!"
Dari kejauhan, sesat crew datang. Langsung disambut sama sapaan cewek-cewek ke Jodi. Dari kantin paling ujung utara sampe mereka tiba di kantin ujung selatan, nggak ada sepinya panggilan ke Jodi. Yang besangkutan, seperti biasa, ngeluarin senyuman maut yang bikin kelepek-kelepek.
"La, kita mau bilang makasih." Sapa Fariz ke Ayla. Iput hanya ngangguk. Tapi Ayla nggak perhatiin mereka. Dia lagi ngeliatin Jodi yang nggak sengaja nyenggol es tehnya si Alip. Lalu dia minta maaf sambil ngebersihin bajunya Alip yang kena tumpahan es the pake tisu.
"La,.." Iput manggilin Ayla yang bengong.
Si Mila nggak tahan dan dia langsung cupit lengan Ayla. "Aw,... eh, eh,, iya. Iya. Sama-sama!"
"Yaudah, yuk pesen!" si Iput ngeloyor ke dalem buat ngikut antre. Diekorin sama Fariz.
"Sorry ya!" Ucap Jodi dengan lidah cadelnya.
"Nggak apa-apa." Jawab Alip. Terus Jodi senyum dan ikut ke dalam sama kedua sahabatnya.
Ayla masang muka pengen. Kenapa tadi bukan es the dia aja yang disenggol Jodi? Kenapa hasru punya temen dia yang seksi, yang namanya Alip itu! Bias-bisa ntar si Jodi malah naksir Alip lagi!
"La, jangan merah gitu dong!" Wulandari excited lihat muka Ayla yang langsung berunah warna sejak kejadian tadi.
***
Rasa bete di hatinya benar-benar nggak bias dibendung. Daritadi dia cemberut terus. Nggak tau kenapa kejadian di kantin tadi terekam dalam ingatannya terus. Dan VCDnya korslet, jadi dia terus muter ulang itu rekaman tanpa diperintah. Otomatis gitu. Sesekali, dia melirik tajam ke arah bangku sampingnya. Seseorang duduk di sana. Seseorang yang menjadi teman Ayla sejak masuk d i kelas ini bersama Wulandari dan Mila. Sekarang dia lagi ngadep belakang, ngobrol sama Wulandari dan Mila.
Ayla terus memandangi orang itu. Dia cantik. Seksi. Penampilannya juga rapi dan modis. Nggak kaya Ayla. Dia nggak cantik-cantik amat, jauh dari seksi. Penampilannya juga jauh dari style yang lagi in. rasa khawatir tiba-tiba muncul. Secara, si Jodi itu sekarang juga sudah mulai akrab dengan ketiga temannya itu. Bukan hanya dia. Mil dan Wul sih biasa aja sikapnya ke Jodi. Tapi si Alip ini. Dia kayanya terlalu lebay deh.
"Heh, La! Diem aja lo dari tadi?" seperti biasa, tetap Wulandari yang negur dia duluan. Maklum, dia kan emang temen yang paling care.
"Nggak apa-apa. Gue lagi bete aja!"
"Gara-gara insiden di kantin tadi ya?" Tanya Alip sambil senyum. Tujuannya buat goda si Ayla, tapi malah yang digoda nggak peka. Eh, nggak peka atau emang lagi nggak mau diganggu ya? O iya deng, dia kan lemot ya? "Yaudah-yaudah, gue minta maaf! Gue kan temen lo. Gue nggak bakal ganggu usaha lo sama Jodi."
Ayla menghela napas. "Gue itu tau kalo gue nggak pantes. Gue hanya satu dari sebegitu banyak fans konyol makhluk Tuhan yang paling indah itu. Dan gue juga nggak lagi usaha apa-apa. Kalian boleh deket-deket sama Jodi meskipun di depan gue. Kalian juga boleh usaha sama dia. Orang dia bukan siapa-siapa gue. Lo juga Lip, lo juga nggak apa-apa kok. Lagian ngapain juga gue jealous, tadi kan cuman kecelakaan. Gue-nya aja yang lebay." Jawab Ayla masih dengan tampang bete. Tapi dia udah mulai bisa nenangin hati. Dan baru sadar kalo tadi kan emang hanya kecelakaan setelah bibirnya sendiri yang ngomong tentang hal itu. Lagian Alip nggak mungkin tega.
"Kita hargai perasaan lo kok, Cin!" Kali ini jawab Mila si centil itu. Dia itu cewek banget. "Kita janji nggak bakal hancurin perasaan lo. Kita berusaha nggak akan tertarik sama dia!"
"Oooooooowwww,.... Kalian baik banget! Thanks ya!"
Ayla meluk temannya satu-satu. Dia juga minta maaf secara pribadi sama si Alip karena udah nuduh dia macem-macem tadi. Soalnya Ayla emang suka sensi sama cewek-cewek cantik model Alip begini. Dia hanya iri. Itu saja. Karena dia nggak bisa memiliki apa yang mereka punya. Yaitu keindahan. Apapun yang dilakukan mereka, semuanya berkesan indah di mata orang. Nggak kaya Ayla yang randomnya minta maaf.
Ayla berharap, bahwa ini adalah awal pertemanan yang baik. Teman sejati. Sahabat. Solanya jujur, Ayla beum pernah punya sahabat. Selama ini, dia hanya dimanfaatkan sama orang-orang yang mau temenan sama dia.
***
Jodi udah kelihatan dari rumah Ayla. Tapi kali ini si Miss Lomeot nggak merhatiin detail kedatangan Jodi seperti biasanya. Dia cuman nunggu doang di depan kursi panjang. Si Jodi markir motornya di depan pintu Roling, dan tanpa ragu lagi segera masuk dan menemui Ayla yang. Si Ayla tetep cuek, karena dia lagi konsentrasi sama benda berbentuk kubus yang disusun dari kubus-kubus kecil warna-warni.
"La!"
"Lhoh? Udah dateng?"
"Ke mana aja lo?"
"Ya maaf! Gue lagi konsen sama ini nih." Ayla menunjukkan rubiknya ke depan muka Jodi.
"Iya, gue bisa lihat!"
"Makanya jangan sewot!"
"Siapa yang sewot? Itu benda tuh, kalo cuman lo bolak-balik doang kaya goreng tahu isi gitu, kapan kelarnya?"
"Gue lagi berusaha, Jodi!!"
"Jiah, cara nyusunnya nggak sembarangan, Dodol! Ada rumusnya!"
"Ada rumusnya ya?"
Tanpa ngomong apa-apa lagi, dia segera merebut rubik itu dari tangan Ayla. Kasihan banget ntu Rubik, pasti udah pusing nggak karuan gara-gara diputer-puter sama manusia selemot Ayla. Si Jodi geram sama tanggapan Ayla yang terkesan sok bego itu. Padahal emang it comes naturally. Alias, emang bego beneran. Jodi nggak pengen darah tinggi cuman gara-gara ngomongin hal-hal yang nggak penting sama dia.
Dengan cekatan, sigap dan cepat, Jodi memutar-mutar benda kubus berukuran 10 cm3 tadi. Si Ayla cuman melongo melototinya. Dia nggak ngerti si Jodi itu bisa beneran atau nggak nyusun rubiknya, tapi gaya muternya itu lho. Tetep khas Jodi yang cool banget dilengkapi sama pancaran charisma yang on terus.
Nggak ada satu menit, semua kubus kecil yang menyusun kubus itu, udah tertata rapi dengan masing-masing sisinya terdiri dari warna yang sama. Nggak berantakan kaya tadi. Ayla semakin melongo melihatnya. Hal yang barusaja dilihatnya tadi, adalah salah satu hal paling menakjubkan yang pernah dia lihat secara langsung selama dia hidup di dunia ini setelah Jodi. Si Jodi yang ngeliat mukanya Ayla, hanya senyum. Dengan bangga, dia nunjukin rubik itu ke depan muka Ayla yang masih melongo. Biar lebih jelas.
"Ini masih di bawah rekor gue!" ucap Jodi sombong.
Ayla merebut rubik itu. Melihatnya secara detail dari sisi satu ke sisi lainnya. Dan ternyata benar, benda ini udah rapi banget tersusun. Dia nggak salah lihat. "Emang rekor lo berapa, Jod?"
Jodi mengangkat telunjuknya. "30 detik!"
Si Miss Lemot langsung terpanah. (Lagi). Semakin kagum saja dia dengan Prince Charmingnya ini. "Ajarin gue dong!"
"Boleh, tapi ada syaratnya!"
"Apaan?"
"Besok di sekolah, bawain gue tahu isi sepuluh biji!"
"Buset! Lo mau apain itu tahu isi? Dijual? Dikasih ke Iput?"
"Jiah, duit gue mah masih cukup buat beli 10 truk tahu isi sekaligus, Ayla! Bahkan sekalian truknya juga bias gue beli. Dan Ngapain juga dikasih Iput. Ya gue makan lah!"
Ayla sedikit terkejut. Tanpa disadarinya, dia menelan ludah. Gila ini orang, ganteng-ganteng kok porsi makannya kuli sih?
"Gimana? Setujuh?"
"Oke!"
Jodi menjulurkan tangannya, dan disambut hangat oleh tangan Ayla. Tanda perjanjian, telah dibuat dan harus ditepati. Hahaha. Lebayy.
"Ya udah yuk masuk!" Jodi dan Ayla berlalu ke tempat biasa.
"Mana PR-nya?"
"Nih,... tapi gue ragu sama jawabannya soalnya gue lemah di matematik."
"Jaim amat. Bilang aja lo lemah dalam segala bidang. Susah amat!"
PLUK. Ayla ngelempar rubiknya ke jidat Jodi. Tapi nggak berhasil karena si raja setan segera nutupin mukanya pake buku tugas matematika si Ayla. "Nggak kena! Tuh lihat, dalam rangka nyelakain orang aja lo udah payah banget!"
"yaudah, terserah lo. Mana buku gue, lo kerjain aja sendiri!"
"Yah, ngambek! Sorry deh! Nih lihat, masa dari sepuluh soal yang bener cuman satu?" Jodi nunjukkin hasil kerja Ayla yang dipinjamnya tadi ke empunya Buku.
"Masa sih? Gimana lo bisa tau? Lo kan... hehehe, bego juga di kelas, sama kaya gue!"
"Yakin gue bego?" ucap Jodi dengan gejala pede yang kumat.
"Well,. Kalo lo nggak bego, buktiin dong!"
"Gampang! Bikinin gue minum!"
"Iya, tahu isi Man!" jawab Ayla ketus sambil berlalu ke depan buat bikin minum. Si Jodi cuman mesem. Dia segera ngeluarin alat-alat tulisnya, dan nyobek bagian tengah dari buku tugas Ayla tadi.
Jodi segera menggoyangkan penanya di atas kertas tadi dengan lancar sekali. Tak pernah sekali pun dahinya mengernyit seperti orang yang lagi ngerjain matematika pada umumnya. Si Jodi segera menjawab semua soal dengan lancar, tanpa halangan suatu apapun. Begitu Ayla balik sambil bawa minuman, dia shock berat melihat kertas yang ditunjukkan Jodi padanya. Semua soal udah dijawab sama dia. Nggak tahu bener atau salah, tapi... kok cepet banget?!
***