Tidak terasa aku telah bekerja sampai 3 bulan di tempat pak dodi. Aku juga bisa dipercaya pak dodi menjaga rumahnya .
"Kamu kan udah kerja 3 bulan. Kamu ada keinginan beli barang gitu? Biar bapak beli. Itu buat bonus kerajinan kamu di rumah ini. " tawar pak dodi padaku .
Aku pun terbingung. Karna tak pernah terpikir beli barang ini ku miliki.
" tidak ada pak. Saya sudah punya semua yang saya ingin kan. " ucap ku dengan senyuman.
"baik lah kalo ga ada . Kalau ada bilang aja ya. Nanti bapak belikan. " ucap pak dulu sembari berlalu dari hadapanku.
Aku sedikit heran dengan pak dodi. Selama ini aku bekerja dirumah dia selalu menunjukkan sikap seolah olah menyukaiku. Seperti orang yang sedang jatuh cinta. Padahal kan aku kekasih keponakannya . Tapi , aku berusaha semaksimal mungkin tidak memberi harapan pada pak dodi. Karna aku udah berjanji tetap setia pada pacarku , irfan.
Malam harinya , aku menerima sebuah telepon dari nomor tak kukenal.
"Selamat malam , apa benar ini dengan saudari dina? " tanya seseorang dari seberang telepon
" iya pak. Saya dina. Ini dengan siapa ya ? Tanya ku kemudian.
" saya adalah dokter yang saat ini menangani ibu kamu . Saat ini ibu kamu divonis penyakit kista . Jadi saya ingin beritahu dina agar penyakit ibu dina untuk segera di operasi. Karna jika tidak segera dioperasi , akan berdampak buruk pada ibu kamu nantinya . " jelas dokter tersebut .
Seketika aku seperti mendengar petir yang sangat besar. Aku menangis sejadi jadinya. Aku tidak tau harus berbuat apa. Sedangkan biaya operasi sudah jelas berapa biaya yang dibutuhkan .
Aku harus apa ? Ibu ku harus di operasi , sedangkan keuangan ku sangat menipis karena menafkahi keluarga serta membiayai adikku sekolah. " gumam ku dalam hati sambil meneteskan air mata.
Aku tidak berani meminjam uang pada pak dodi. Sedangkan istrinya 1 minggu ini sedang ada kerjaan di luar kota. Aku harus apa.
" kamu kenapa nangis ? " tanya seseorang memegang pundakku . Ternyata pak dodi ga sengaja mendengar isak tangis ku tadi. Sesegera mungkin aku mengusap air mataku.
" tidak apa - apa pak " jawabku.
" tidak apa - apa gimana ? Kamu sampai nangis begitu keras " tanya pak dodi keheranan sambil memasang wajah perhatian padaku .
Aku takut ingin cerita pada pak dodi. Dia belakangan ini sangat memerhatikan ku. Aku takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tapi kalau tidak diceritakan , aku juga takut nanti ibu kenapa - napa.
" ibu ku trrkena penyakit kista pak. Tadi dokter nelpon . Katanya harus segera dioperasi. Sedangkan operasi kan butuh biaya besar. " jawabku dengan wajah menunduk.
" masalah biaya operasi itu bisa saya bantu kamu kok. Asal kamu mau kabulkan permintaan saya. " tawar pak dodi sambil mengusap usap bahu ku.
" Permintaan apa itu pak ? Tanyaku penasaran. Agar ibu segera dioperasi.
" saya ingin kamu tidur sama aku malam ini. Gimana kamu kamu ? " jawabnya sembari memasang wajah m***m.
Aku terdiam kembali. Mengapa aku dihadapkan pada keadaan sulit seperti ini ? Padahal aku sudah berjanji pada irfan untuk tetap menjaga perasaannya. Tapi aku ga punya pilihan lain. Selain mengiyakan permintaan pak dodi 1 kali ini saja.
" iya sudah pak . Akan saya kabulin. Tapi ingat pak , 1 kali ini saja. " jawabku .
Tak butuh waktu lama , pak dodi menarikku ke arah kamarnya. Agar nafsu bejatnya tersalurkan.