Berlin

1550 Words
Berlin adalah kota tua dengan sejuta pesona. Kota Berlin juga sering disebut sebagai tempat belanja paling bergengsi seduni. Berlin juga dikenal sebagai kota pelajar karena Berlin menjadi salah satu kota multikultural di Jerman yang memiliki universitas berkelas dunia, Banyak orang dari negara-negara lain yang datang kesini untuk melanjutkan pendidikannya xan itulah mengapa Anna sangat ingin melanjutkan pendidikannya di kota Berlin selain karena universitas yang berkelas dunia, ia juga berniat untuk menemani sang ayah. Banyak hal yang Anna cintai tentang Berlin mulai dari sejarah, politik, kebudayaan, dan juga pendidikannya. Berkuliah di kota Berlin sudah menjadi keinginannya sejak ia masih duduk dibangku SMP. Dan ia telah mendapatkan kesempatan itu maka Anna tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah ia dapatkan dengan susah payah. *** Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, akhirnya Anna tiba di Bandar Udara Internasional Berlin-Schönefeld. Pertama kali Anna menapakkan kakinya di tanah kelahiran sang ayah. Anna merasa sangat bersyukur karena bisa tiba di kota impiannya. Saat menuruni pesawat, pandangan Anna mengarah pada satu sosok pria yang tengah berdiri berseberangan dengannya sambil melambaikan tangan. Wajah yang selama bertahun-tahun tidak pernah Anna tatap kini berada tepat di depannya. "Ayah," lirih Anna. Tanpa ia sadari satu bukir menetes membasahi pipinya yang mulus itu. Anna berlari sekuat tenaga untuk menghampiri ayahnya, ia bahkan tidak peduli dengan koper dan tas yang ia bawa, ia hanya ingin memeluk tubuh ayahnya, hanya itu. Anna tiba di hadapan James, ia langsung memeluk ayahnya dengan sangat erat. Tidak ada yang berubah dari terakhir kali Anna melihat ayahnya, tubuhnya masih tegap dan sekuat dahulu. "I miss you so much, babygirl," lirih James. "Aku benar-benar merindukanmu ayah, sungguh. Aku benar-benar bersyukur karena bisa melihat ayah. Ayah tau, setiap malam aku berdoa agar secepatnya bisa bertemu dengan ayah semenjak ayah meninggalkan rumah waktu itu. Aku selalu berdoa agar ayah dan ibu bisa kembali bersams, tapi setelah aku tumbuh dewasa aku semakin mengerti kalau hal itu tidak mungkin terjadi. Tapi sungguh, aku—" Anna lagi dan lagi memeluk ayahnya. Tidak ada yang bisa ia katakan lagi selain rasa syukur. "Ayah mengerti tentang perasaanmu, kau sekarang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pemberani. Ayah benar-benar bangga padamu, Anna." James mengusap air matanya, ia lalu tersenyum kearah putrinya. "Ah ayo sekarang kita pulang. Ayah telah menyiapkan segalanya untuk menyambut kedatanganmu." "Baiklah," seru Anna. *** Anna dan James sudah berada di dalam mobil. Sebelum mereka pulang, James mengajak Anna membeli crepes untuk mereka makan saat perjalanan pulang. Selama di perjalanan Anna tidak henti-hentinya dibuat kagum oleh bangunan-bangunan kuno bergaya Eropa yang berdiri kokoh di sepanjang perjalanan. "Oh iya, apakah dirumah ayah tinggal bersama seseorang?" tanya Anna. James melirik Anna sekilas, "Hanya ada seekor anjing yang menemani ayah dirumah. Sekarang.. Ayah tidak lagi kesepian karena kini kau sudah ada." Anna tersenyum, Ayahnya benar-benar kesepian. Ia bahkan bingung mengapa ayahnya tidak menikah lagi. "Ayah, apa aku boleh bertanya?" "Tentu." "Mengapa ayah tidak menikah lagi? Maksudku, jika ayah menikah ayah pasti tidak akan kesepian dan pasti ayah akan memiliki putri kecil atau bahkan putra," ujar Anna. James diam, ia tidak menjawab. Pandangannya kini mengarah pada wajah mungil Anna, "Ayah tidak menginginkan putri atau putra lagi, cukup dirimu saja. Lagipula ayah sama sekali tidak merasa kesepian. Setia—" "Ya, ya, ya. Setiap hari ayah hanya sibuk bekerja dan terus bekerja sampai lupa merawat diri sendiri. Jika boleh jujur, menurut Anna, ayah pria yang cukup tampan dan pasti akan banyak gadis yang mengantri untuk mendapatkan ayah jika ayah ingin membuka hati lagi." "Ayah tidak perlu itu, Anna. Ayah cinta dengan pekerjaan ayah dan ayah juga sangat mencintaimu. Bagaimana jika nanti ayah menikah lalu melupakanmu? Apa kau akan terima? Tentu tidak bukan. Maka dari itu, ayah hanya ingin fokus merawat dan menjagamu, putri kecil ayah." James mengusap kepala Anna dengan penuh kasih sayang. "Ah ayolah, ayah terlalu berlebihan padaku. Aku bukan anak kecil lagi sehingga ayah sampai ingin menjaga dan merawat ku. Aku akan lebih bahagia jika ayah menikah dan memberi ku adik yang sangat cantik dan tampan," goda Anna. "Kau ini," "Sungguh, percaya... Wah. Rumah ini milik ayah? Oh yaTuhan, rumah ini sangat megah dan...dan ayah hanya tinggal bersama seekor anjing?" Anna menatap ayahnya dengan tidak percaya. "Ya, rumah ini sekarang milikmu. Ayo masuk," ajak James. Tanpa fikir panjang, Anna segera masuk ke dalam rumah. Ia benar-benar dibuat kagum dengan arsitektur rumah yang bergaya barat. Rumahnya benar-benar terlihat mewah dengan desain monokrom yang terlihat simple. Sementara ia melihat-lihat, James sibuk membawa koler dan tas yang Anna bawa. Anna benar-benar sangat excited. "Ayah, dimana kamarku? Apakah sudah ada?" tanya Anna dengan tergesa-gesa. "Tenanglah, kamarmu ada diatas sana." James menunjukkan kamar Anna menggunakan jarinya, "masuklah dan beristirahat. Ayah tau kau pasti sangat lelah," timpal James. "Baiklah, kalau begitu biar aku yang bawa tas dan koper ini. Ayah juga boleh beristirahat sekarang. Biar aku yang menurus semuanya." Anna mengambil akih kopor dan tas yang sebelumnya James pegang. "Ayah tidak keberatan jika membantumu," tawar James. "Ah tidak-tidak. Anna bisa melakukannya sendiri. Sebaiknya ayah istirahat saja, aku juga tau kalau ayah pasti sangat lelah. Tidak perlu khawatir." "Baiklah, tapi jika kau perlu apa-apa segera beritahu ayah. Ayah ada disini menonton TV, mengerti?" "Baik tuan James," ledek Anna sembari mengangkat tangannya untuk memberi penghormatan. Anna membawa tas dan kopernya menuju kamar yang telah ayahnya tunjukan tadi. Saat membuka ointu kamar, Anna tersenyum senang. Kamarnya sangat besar dengan desain warna abu-abu diisi banyak buku-buku. Ayahnya sangat tau jika Anna suka membaca buku. "Ah ini sangat manis," lirih Anna. Ia mulai menyusun pakaian, buku, dan beberapa tas jalan-jalan yang ia bawa dari Indonesia. Cukup lama ia merapikan kamar akhirnya semua telah selesai. Anna memutuskan untuk mandi agar lebih segar. Setelah selesai, Anna mulai merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya sembari mendengar musik untuk meningkatkan moodnya. Saat ia tengah bersantai, tiba-tiba terdengar suara lemparan kaca yang sangat jelas. Anna buru-buru segera menuju jendela kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Semua diluar dugaan Anna. Sekelompok pria tengah melempari rumah yang terletak disamping rumah Anna. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah. Anna tidK mengerti dengan apa yang terjadi, ia memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Ayahnya. Dengan langkah tergesa-gesa, Anna menuruni anak tangga untuk mencari dimana keberadaan sang ayah. Ia mencari ke sudut rumah tapi tidak menemukan keberadaan ayahnya. Ia benar-benar bingung, sebelumnya James masih berada di rumah ketika Anna memutuskan untuk masuk ke kamar beristirahat. Tapi sekarang, James mendadak hilang. Tok tok tok Pintu rumah Anna terdengar seperti diketuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia benar-benar takut membuka pintu. Ia khawatir jika orang yang mengetuk ointu adalah salah satu dari orang-orang yang melempari rumah tetangganya itu. "Siapa?" teriak Anna. "Cepat buka! Aku ingin bertemu dengan tuan James!" sahut seseorang dari arah luar. "Ayahku—" "Cepat buka!!" pria itu terus berteriak agar Anna mau membukakannya pintu. Dengan berat hati, Anna memutuskan untuk membuka pintu, jujur saja Anna sangat khawatir jika orang itu adalah seorang penjahat. Ceklek "Dimana tuan James?" tanya pria itu tanpa basa-basi. Penampilannya terlihat sangat berantakan dengan beberapa luka yang menghiasi wajahnya. "A-aku..aku tidak—" belum sempat Anna melanjutkan ucapannya, pria itu langsung menerobos masuk kedalam rumah Anna tanpa meminta izin sebelumnya. "Tutup pintunya," ucap pria itu dengan nada memerintah. "Mengapa aku harus melakukan itu?" tanya Anna dengan polos. "Kau terlalu banyak bicara, s**t. Cepat tutup pintunya jika kau ingin selamat, mengerti?" Anna tidak tau harus berbuat apa selain menuruti permintaan pria itu. "s**t!! Red Devils memang b******k!" umpatnya lagi. Ia melirik Anna yang masih berdiri menatapnya dengan bingung. "Kau siapa? Apa kau putri James? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya." "Kurasa aku yang harusnya bertanya. Kau ini siapa? Mengapa kau masuk kerumah orang lain tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu?" timpal Anna. "Kau sama seperti James, banyak bicara. Kau memang putri yang sangat hebat karena terlalu mengikuti ayahmu." "Aku tidak peduli. Sekarang kau harus keluar dari rumahku!" Anna mulai jengah dengan tingkah pria itu. Ia kemudian mengusirnya. "Apa dirumahmu ada kotak P3K?" "Hah??" "Apa kau tidak melihat luka yang ada di wajahku ini?" priaitu menurunkan tudung jaket miliknya untuk memperlihatkan wajahnya yang luka-luka. "Jika kau gadis yang baik kau pasti akan membantu ku tanpa memikirkan siapa aku dan mengapa aku ada disini," timpal pria itu lagi "Mengapa aku harus repot-repot membantumu? Jelas-jelas aku tidak tau siapa dirimu dan aku malah khawatir jika kau adalah musuh ayahku," ucap Anna dengan ketus. "Ya, kau benar. Aku adalah musuh ayahmu, ah sebenarnya aku ini musuh semua anggota kepolisian. Semua anggota kepolisian membenciku dan berniat untuk menangkapky, tapi aku terlalu cerdik untuk ditangkap. Mengenai kotak obatnya, jika kau tidak mau membantu maka aku akan mencarinya sendiri," ucapnya sambil tersenyum simpul. Tanpa fikir panjang, pria itu mulai berjalan menuju beberapa lemari untuk mencari kotak obat. "Berhenti!! Jika tidak aku akan teriak agar orang-orang itu menemukanmu!" ancam Anna. "Lakukan saja jika kau berani," jawab pria itu dengan santai. "Oh, kau benar-benar ingin menguji kesabaranku? Baiklah. Jangan salahkan aku jika orang-orang itu tiba-tiba datang dan menghabisimu!" ancam Anna. "Lakukan saja!" "TOLONGG!!! SESEORANG TOLONG AKU!!! ADA PENJAHAT DIS—" Pria itu langsung menarik Anna dan menutup mulutnya, "DIAMM!! Tutup mulutmu! Jika kau bertindak bodoh seperti ini maka orang-orang itu akan datang menghabisiku dan tentu menghabisimu juga. Apa kau bodoh?" Anna bisa menciun bau maskulin dari tubuh pria itu. Anna belum pernah sedekat ini dengan pria manapun ia bahkan bisa mendengar deru nafas pria itu dengan sangat jelas. "Lepaskan aku," lirih Anna. "Dasar gadis payah!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD