Chapter 2

995 Words
"Lucy mau kemana?" Seru Liora. Lucy, Gadis 13 tahun itu tersenyum lebar. "Main mah di rumah teman" "Jangan pulang kesorean ya" "Iya ma" jawab Lucy. Gadis itu langsung berlari keluar rumah. Tidak terasa sudah lima tahun berlalu. Lucy selalu datang kerumah Gama menghabiskan waktu bersama Farah-mama Gama. Seperti sekarang, Lucy datang saat Farah sedang menyiram tanaman bunganya. "Tante!" Panggil Lucy. Farah tersenyum lembut, selama dia mengenal Lucy, Farah sudah menganggapnya seperti anak sendiri. "Sudah pulang sekolah ya. Bagaimana ujiannya?" "Lancar tante. Soalnya tante juga kan bantuin Lucy belajar" Lucy menghirup aroma bunga melati yang tumbuh cantik di pot. "Hari ini mau kita mau buat apa lagi?" Tanya Lucy sambil menatap Farah. "Hari ini tante gak buat apa-apa soalnya nanti malam mau ada acara keluarga. Kamu mau ikut" Lucy menggeleng "Besok Lucy masih ujian tante jadi gak bisa ikut. Maaf ya" Farah mengusap rambut Lucy dengan lembut "Kenapa minta maaf, Lucy kan gak salah. Kamu belajar yang giat ya supaya jadi juara kelas" ucapnya. Tak lama terdengar bunyi motor berhenti di dekat mereka. "Tumben pulang cepet" Ucap Farah. Gama melepas helm nya menatap Lucy "Ngapain sih dia selalu di sini mah. Bikin mata sepet aja" "Gama. Jaga bicaramu, Lucy itu anak baik kamu gak boleh bicara kayak gitu sama dia" Gama memutar bola matanya malas. "Gama kamu pasti capek kan sini aku bantu bawa helmnya masuk" Lucy mendekati Gama. Lelaki 21 tahun itu menghindar. "Gak usah sok perhatian deh lo" Gama melirik Lucy dengan pandangan sinis. Lucy tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya sikap Gama yang seperti ini sudah biasa. Gadis itu memegang tangan gama. "Kamu lucu deh kalau lagi marah" Ucap Lucy sambil tersenyum. Gama menepis tangan Lucy dan meninggalkan Farah juga Lucy. Tapi gadis kecil itu mengikuti masuk kerumah. Farah tersenyum tipis "Mereka cocok sekali jadi adik kakak, sayangnya Lucy bukan anakku" Ucapnya sendiri lalu kembali menyiram bunga-bunganya. "Gama. Kenapa sih kamu gak suka liat aku. Kamu kan tau dari dulu aku tetep suka sama kamu" Gama berbalik hingga Lucy yang di belakang tak sengaja menubruknya. Gama sedikit merunduk menyamai tinggi Lucy. "Aku gak suka sama anak-anak apa lagi sama bocah kaya kamu" ucapnya penuh dengan tekanan. Lucy tersenyum "Jadi kalau aku sudah besar kamu bakal suka sama aku kan?" ucapnya antusias sambil memeluk lengan Gama. "Jadi cewek parasit banget sih. Jangan nempel nempel aku gak suka" Lucy memanyunkan bibir nya dan kembali menyusul Gama. "Kamu bakal suka aku kan kalau besar nanti" ucap Lucy keras kepala. "Jangan harap" "Tapi aku sudah berharap dari dulu" "Buang saja harapan konyolmu itu, aku gak akan suka sama gadis kecil kayak kamu" "Tapi aku akan besar nanti" Gama berbalik menatap Lucy dengan tatapan tajamnya. "Bisa gak sih kamu diam! Aku tuh capek baru sampai, kau malah cerewet kayak bebek gak di kasih makan. kalau lapar makan aja sana" lalu meninggalkan Lucy dengan kesal. "Gama!" "Apa lagi!" Sentak Gama. Lucy sampai terkejut. "Aku yakin kamu nanti juga bakal suka aku" Ucap Lucy tersenyum cerah seperti biasanya. Gama berdecak "Bukan sekali kamu mengatakan itu Lucy. Bagiku kamu itu cuman bocah kecil tetangga sebelah. Aku tidak akan punya perasaan sama gadis kecil kayak kamu" "Untuk sekarang gak papa kamu bilang begitu. Tapi kalau aku besar nanti kamu harus suka aku juga ya dan kita pacaran" "Haish.. Bocah gila" Gama menutup pintu kamarnya. "Gama kamu harus tunggu aku besar ya!" Teriak Lucy dari balik pintu kamar Gama. Gama melepas kaosnya sambil menatap pintu kamar. "Bisa ya aku punya tetangga yang obsesi nya ganggu orang? Minta pacaran lagi, Aneh" ucap nya pada udara kosong. Lalu Gama mengambil ponselnya menghubungi seseorang. "Hai sayang kamu lagi di mana?". -- Lucy turun menghampiri Farah lagi. "Tante. Lucy pulang dulu ya" "Loh emang gak mau main sama Gama?" "Gama lagi istirahat mungkin dia capek dari kuliahnya. Lucy pulang dulu" Pamit Lucy. Farah hanya tersenyum. Ke esokan harinya Lucy berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda. Tak lama motor Gama melewatinya sambil membonceng seorang perempuan yang tidak dia kenal. Lucy mencoba untuk tidak peduli lain kali dia akan mencari tau sendiri. Mungkin hanya teman sekolah. Kakinya kembali mengayuh sepeda menuju sekolah. Beberapa jam Lucy habiskan dengan pelajarannya. Di sekolah Lucy hanya punya beberapa teman itupun tidak ada yang dekat dengannya, hanya sekedar teman biasa kerena Lucy tidak pandai bergaul bersama teman-teman. Hari ini Lucy ada tambahan ekstrakurikuler dimana mengharuskan dirinya pulang kesorean. Liora, mamanya sudah di hubungi jika hari ini pulang telat jadi orang di rumah tidak akan cemas. Sambil bersenandung dan mengayuh pedal sepedanya Lucy tak menyadari ada sebuah mobil hitam di belakangnya yang tiba-tiba berhenti. "Kalian siapa?" Tanya Lucy saat sorang pria bertubuh besar tidak di kenal menghadang sepedanya. "Adik kecil paman punya hadiah buat kamu. Kamu mau gak ikut paman naik mobil" "Gak bisa paman. Lucy harus pulang orang rumah pasti udah nunggu, lain kali aja ya paman" Lucy kembali mengayuh sepedanya. Mamanya sudah pernah mengatakan untuk hati-hati dengan orang asing yang mengajaknya. Sekarang Lucy merasa takut. Namun di luar dugaan. Seseorang membekapnya dari belakang dengan kain. Lucy ingin berteriak minta tolong tapi mulutmu tidak bisa berbicara karena di bekap. Sepedanya jatuh dan tubuhnya di angkat. "Bawa gadis ini. Pasti kalau di jual harganya pasti mahal" Kedua bola mata lucy nyaris keluar. Dijual?. Tidak boleh. Lucy meronta mencoba melepaskan diri. "Aww.. Gadis kecil beraninya menggigit tanganku!" Lucy langsung berlari keluar dari mobil. Telinganya mendengar suara motor Gama, Lucy melambaikan tangannya. "Gama! Tolong!" Teriaknya. Tapi penculik tadi berhasil menangkapnya kembali. Lucy menangis. Dia tidak ingin di jual, mamanya nanti pasti akan khawatir. Bughh.... Lucy mencoba melihat ke belakang. Terlihat Gama memukul salah satu penculik hingga jatuh ke tanah. Satunya lagi masih membekap Lucy. "Lepaskan gadis kecil itu. Kalian tidak akan bisa menculiknya" Gama mendekati orang yang memegang Lucy. Lucy merasa bedebar debar melihat Gama sekali lagi menolongnya. Hatinya semakin yakin untuk memilih Gama menjadi kekasihnya kelak. Gama sudah berhasil melumpuhkan dua penculik tadi dan mengambil Lucy kembali. Kedua penculik langsung melarikan diri. "Bagus pergi sana dan jangan kembali lagi!" Gama menendang udara kosong saat mobil hitam mulai melaju pergi menjauh. Tatapannya kini tertuju pada Lucy yang meringkik gemetaran. Gama berjongkok menatapnya. "Sudah sore ayo pulang mereka gak akan balik lagi kok" ucap Gama. Lucy menatap Gama sebelum memeluknya dengan erat. Kali ini Gama tidak mendorong atau menolak Lucy, gadis kecil ini pasti ketakutan, tangan Gama mengusap bahu Lucy. "udah gak papa. Ayo pulang aku antar kamu sampai rumah" _______ Selamat menikmati sajian cerita dari karya SILAN. TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD