Sejujurnya Adit tak bisa berhenti berpikir. Ia bahkan tak fokus menyetir mobil. Teringat tawa Dina dan Andra tadi. Lalu memutar kejadian beberapa hari lalu di mana ia melihat Dina keluar dari mobil dan ada suara lelaki. Awalnya ia tidak berprasangka. Tapi tadi membuatnya berprasangka. Ternyata yang mengantar Dina waktu itu juga Andra. Orang itu Andra. Adit kira ia tak mengenalnya. Ia kira akan ada orang baru lagi tapi ternyata teman lama heuh? Kedua tangannya memegang ketat setir mobil. Ia bukan marah, hanya merasa menjadi pecundang. Itu hak Dina sekalipun ia mau dekat dengan siapa pun kan? Ia tak punya hak sama sekali untuk melarang. Terlebih dengan apa yang terjadi di antara mereka beberapa tahun terakhir ini. Fasha bilang, Dina tak dekat dengan lelaki manapun. Tapi itu semua menunjuk

