Bermalam di kamar hotel

1052 Words
"Keluar! Cepat layani Saya!" teriak Nathan dari luar kamar mandi. "Tung-tunggu sebentar pak Nathan! Saya lagi sakit perut." Alika mencoba beralasan, ia sedari tadi berada di dalam kamar mandi tak kunjung keluar. Ia takut kalau Nathan akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Walau sebenarnya ia tau itu adalah kewajiban dirinya sebagai seorang istri sah Nathan. Setelah selesai makan di restoran tadi mereka beranjak mencari hotel terdekat untuk beristirahat, semalam lagi di kota Bogor. Besok mereka akan benar-benar kembali ke Jakarta, tetapi setelah masuk ke dalam hotel dan setelah Nathan selesai membersihkan diri. Alika justru tidak mau keluar dari kamar mandi, membuat Nathan semakin naik darah padanya. "Alika Saya hitung satu sampai tiga kalau kamu nggak keluar, Saya akan pecat kamu." "Saya, lagi sakit perut Pak, apa Pak Nathan mau saya buang air di tempat tidur?" "Jangan banyak alasan! Satu, dua ... " Belum selesai Nathan menghitung, Alika sudah keluar dengan wajah yang tertunduk. "Saya, udah keluar nih, Pak!" "Kamu belum mandi?" tanya Nathan ia membulatkan ke dua bola matanya saat melihat Alika masih memakai baju yang kering di badan. Padahal Nathan sudah membelikannya baju tidur seksi khusus untuk malam pertama mereka. "Sudah Pak, tapi Saya nggak nyaman pakai baju dari pak Nathan. Baju itu terlalu seksi." Nathan tersenyum tipis, mendekati wajah Alika. "Jangan banyak alasan! Kamu itu sekarang sudah sah menjadi istri Saya. Kewajiban istri itu menuruti dan melayani suami, jadi cepat ganti pakaianmu!" desis Nathan. "Tapi Pak, Saya sedang datang bulan," kelit Alika ia masih saja mencari alasan untuk menghindari malam ini. Nathan menarik tangan Alika ia mendekatkan tubuh Alika ke dadanya. "Jangan main-main sama, Saya!" desis Nathan. Alika hanya bisa terdiam sambil menutup ke dua bola matanya karena takut, gugup dan perasaan berdebar. Saat Nathan mengangkat wajah cantik Alika ke atas untuk memberi kecupan di bibirnya. Tiba-tiba deringan ponsel menghentikan niat Nathan. Nathan dan Alika menoleh bersamaan ke arah benda pipih hitam yang tergeletak di atas nakas. Dengan cepat Nathan melepaskan tangan kekarnya, berjalan mengambil ponsel. "Halo." "Halo, Sayang kamu lagi dimana? Kamu belum pulang ke Jakarta? Aku kangen, cepat pulang ya. Jangan lupa oleh-oleh untuk aku ya!" "Besok aku pulang, kamu mau oleh-oleh apa?" "Apa aja deh, asalkan sesuatu yang mahal dan berkualitas." "Ya udah besok kita beli di Jakarta, udah dulu ya aku lagi sibuk memeriksa beberapa berkas-berkas." "Ya udah, sampai ketemu besok. I love you." "Love you too." Nathan mengakhiri telepon dari Nadine. Nadine adalah kekasih Nathan sudah tiga bulan mereka menjalin asmara, Nathan memang terkenal sering bergonta-ganti pasangan hanya demi mengisi waktu luangnya. "Cepat tidur! Besok pagi kita pulang ke Jakarta," ketus Nathan, melempar ponsel ke atas tempat tidur, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Alika tau kalau yang menelponnya tadi adalah Nadine kekasih Nathan, dia hanya bisa diam. Wajahnya tampak muram. Ada sedikit rasa cemburu di hatinya. "Pak Nathan, apa Pak Nathan sudah tidur?" Alika berjalan mendekati Nathan yang sudah berbaring di tempat tidur dan membelakanginya. Cepat sekali tidurnya baru juga kena bantal, gumam Alika dalam hati. "Pak Nathan, jangan selingkuh ya! Apa Saya berhak marah kalau Pak Nathan bertemu dengan mbak Nadine? Saya ini 'kan istri sah Bapak sekarang." Alika mengambil bantal perlahan, lalu tidur di atas sofa. Nathan yang ternyata belum tidur hanya tersenyum lebar saat mendengar ocehan-ocehan Alika. Dia baru tau kalau ternyata Alika sudah memiliki perasaan yang lebih padanya. "Selamat malam, Pak Nathan," ucap Alika pelan. Alika yakin Nathan sudah tertidur pulas, tak akan mendengar ocehan dan ucapannya tadi. Setelah Alika tertidur nyenyak, Nathan terbangun melihat ke arahnya. Ia mendekat, lalu menggendong Alika memindahkannya ke atas tempat tidur, menyelimuti tubuhnya sambil terus tersenyum. Perasaan yang sudah lama dia rasakan pada Alika semakin menggebu saat dia berada sangat dekat dengan Alika. "Kalau kamu masih belum mau melayaniku, jangan salahkan aku kalau aku mencari kenikmatan dari wanita lain," bisik Nathan tepat ditelinga Alika yang sudah tertidur nyenyak. Nathan pun ikut tidur di sebelah Alika. Pagi pun tiba. Alika terbangun dan mendapati dirinya sedang tidur di samping Nathan. "Astaga! Apa yang aku lakukan semalam?" Alika memeriksa tubuhnya, bajunya masih terpasang rapi dan ia tak merasakan ada yang aneh ditubuhnya. Saat Alika tengah sibuk memeriksa tubuhnya, tiba-tiba Nathan terbangun, lalu berbalik arah melihat Alika yang ada di sampingnya. "Permainanmu semalam sangat memuaskan, jangan-jangan kamu sudah sering melakukannya," goda Nathan. "Permainan. Semalam? Apa kita sudah melakukan itu semalam? Apa Pak Nathan memperkosa Saya!" Mata Alika melebar melihat Nathan dengan wajah tegang, Alika terus bertanya apa yang terjadi semalam. "Kalau kamu sadar semalam, kamu akan tau siapa yang di perkosa. Jangan bicara sembarangan! Saya hanya bisa diam dan pasrah tadi malam," goda Nathan lagi. "Pak Nathan, bohong!" pekik Alika, ia berlari masuk ke kamar mandi untuk memeriksa tubuhnya lebih detail lagi. Nathan hanya terkekeh melihat kelakukan Alika. "Dasar bodoh! Masa dia tidak bisa merasakan. Kalau memang sudah terjadi sesuatu semalam, pasti badannya akan terasa remuk. Karena aku tidak akan melakukannya dengan halus." Di dalam kamar mandi Alika memastikan kalau dirinya tidak melakukan apapun semalam. "Nggak aku nggak mungkin berbuat begituan dengan pak Nathan, nggak mungkin." Alika menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia yakin kalau tidak terjadi apa-apa semalam. "Alika cepat keluar! Saya mau mandi, kita akan pulang ke Jakarta sekarang! Jangan buang-buang waktu!" teriak Nathan. Alika keluar dengan wajah yang tertunduk, "Saya sudah siap Pak," ucapnya pelan. "Cepat minggir! Saya mau mandi." Nathan pun masuk ke dalam kamar mandi. Bank! Nathan membanting pintu membuat Alika terkejut sambil memegang dad*nya. "Dasar laki-laki arogan," desis Alika. Di dalam kamar mandi Nathan menikmati guyuran air shower yang hangat. Apa mungkin karena dia masih perawan? Kalau benar dia masih perawan akan sangat menyenangkan saat aku bisa bercinta dengannya nanti, gumam Nathan dalam hati sambil menyeringai. Setelah selesai mandi Nathan keluar dari kamar mandi dengan hanya terbalut handuk putih di pinggangnya. "Ambilkan Saya baju!" titah Nathan ia menunjuk ke arah baju yang berada di atas kasur. "I-iya, Pak ini bajunya." Alika menyodorkan baju sambil memejamkan mata. "Ingat ya, sesampainya di Jakarta status kita hanya sebagai Bos dan Sekretaris! Tidak lebih dari itu!" "Iya Pak Nathan, Saya mengerti dan saya ingat soal itu." "Oh. Iya, satu lagi. Kalau hanya kita berdua tolong panggil Saya, Mas! Panggilan Pak hanya kalau kita berada di dalam kantor. Karena saya tidak setua itu, lagi pula kita sudah menjadi suami-istri sekarang!" "Iya Pak, eh ... Mas," sahut Alika. Nathan tersenyum kecil, sambil memakai bajunya satu persatu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD