Matahari sudah lengser di ufuk barat saat Elsa keluar dari ruangan. Adam yang gugup menunggu Elsa tersenyum lega melihat wajah gadis itu yang terlihat tenang. Dari Leuven sendiri, ada dua siswa lain yang juga lolos ke babak final, ibu guru Bahasa Indonesia menunggu gugup di depan ruangan. “Bagaimana?” tanya Adam pelan. Saat Elsa hendak menjawab, Bu Yus datang menghampiri bersama kedua siswanya. “Kalian jangan hanya berdua terus, tidak baik dilihat sekolah lain. Nanti terlihat seperti sekolah menelantarkan kalian.” “Maaf, Bu,” jawab Elsa sopan. Kenyataannya memang Adam mendaftarkan Elsa perorangan, bukan sebagai perwakilan sekolah. “Nanti pengunguman masih satu jam lagi. Kalian sudah makan? Ayo ikut Leuven makan malam.” “J-Jika Ibu tidak keberatan.” Semakin Adam memperhatikan, semaki

