Kepergianmu

1146 Words
Flashback ~Kiara Pov~ Saat acara resepsi pernikahan Kayla dan Mas Abi, aku yang saat itu sebenarnya masih terlalu sedih karena kayla akan meninggalkannku, diam-diam menangis sendiri di kamar. Selama ini aku selalu menjaga Kayla putri Ayah yang paling manja. Kami berdua selalu bersama-sama dan tak pernah terpisahkan. Jika menyukai seseorang Kayla akan menceritakannya padaku dan sebaliknya akupun demikian. Tapi tiba- tiba saja ada Pangeran berkuda putih yang akan membawanya pergi. Sebelumnya aku juga menangis di malam Pernikahannya. Saat Ayah menggenggam tangan Mas Abi untuk dinikahkan dengan Kayla. tapi berusaha kutahan air mataku yang keluar karena aku tidak mau kebahagiannya terusik dengan tangisku. Namun pada akhirnya aku menangis juga dipelukan Ayah yang langsung membawaku ke taman belakang karena beliau tidak ingin Kayla melihat air mataku. ''Kiara..." sepertinya suara Kayla memanggilku, dengan segera kuhapus airmataku dan bergegas masuk ke kamar mandi sebelum dia melihatku. "Kiara ... kamu dimana ?. Panggil Kayla lagi yang aku rasa sudah ada di dalam kamar. "Aku di kamar mandi Kay ... sebentar". Balasku dari dalam kamar mandi. Sesegera mungkin kuhapus air mataku dan membasuh wajahku biarlah make up ku luntur, nanti aku perbaiki lagi. Aku harus membuat agar keadaan benar benar normal. "Kamu kenapa Ra kok tiba tiba menghilang begitu saja?" tanya Kayla begitu aku sudah keluar dari kamar mandi. "Aku tadi sakit perut jadi buru buru ke kamar mandi" elakku sambil memeluk Kayla. Walau bagaimanapun aku harus tetap terlihat biasa jangan sampai Kayla melihatku menangis yang ada dia juga akan ikut menangis. "Ayo kita keluar para tamu dah banyak yang datang, nanti pasti bingung nyari pengantin wanitanya hilang kemana," candaku pada Kayla, saudari kembar perempuanku yang sangat aku sayangi yang lahir lebih dulu dari aku, yang selalu sakit sakitan dan selalu dimanja ayah dan mama. Tapi rasa iriku padanya tak pernah ada karena aku tahu Kayla berharga bagi kami semuanya. Saat telah sampai di depan diam diam aku menghampiri Mas Abi. "Mas Abi, boleh Kiara bicara ?" tanyaku pada Mas Abi. "Iya kiara, kamu mau bicara apa ?" tanya Mas Abi sambil tersenyum. "Mas Abi ... berjanjilah padaku, jagalah Kayla seperti halnya kami menjaganya," ucapku sambil air mataku sudah mulai keluar. "Dia terlihat tegar tetapi rapuh, semua kebahagiannya adalah kebahagian kami sekeluarga, apapun yang terjadi padanya kami juga ikut menanggung sedihnya". lanjutku lagi yang hanya dibalas anggukan Mas Abi. Pasti dia juga bisa merasakan bagaimana ikatan persaudaraanku dan Kayla. "Bersikaplah normal padanya, jangan menjaganya seakan akan dia rapuh dan sakit, karena dia tidak menyukai itu. Dan dia pasti akan pergi kalau Mas Abi menampakkan rasa khawatir atau perasaan khawatir yang berlebihan padanya,karena dia akan merasakan semua itu," lanjutku lagi memberi saran pada Mas Abi terkait Kayla. Entahlah apa aku terlalu ketakutan Kayla segera meninggalkan rumah atau aku yang gak bisa menjaganya lagi seperti biasanya, hal yang menjadi kebiasaanku. Walau bagaimanapaun aku tertap harus mempercayakan kayla pada Mas Abi yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. "Terimakasih Mas mau mendengarkan perkataanku," ucapku lagi sebelum berlalu dari hadapan Mas Abi. "Kamu tenanglah Kiara, aku akan menjaganya dengan baik, aku berjanji," ucap Mas Abi dengan sikapnya yang tenang. Aku hanya membalasnya dengan senyum dan segera menghampiri Ayah dan juga Mama. Bukannya Mas Abi tidak tau akan penyakit Kayla tapi dia seolah olah menutup mata akan semua itu. Mama Mas Abi menentang habis habisan pernikahan ini tapi mas abi dengan tegar tetap menikahi kayla dengan atau tanpa persetujuan Mamanya. Sedangkan Papanya mendukung keputusan Mas Abi. Dan hasilnya saat ini yang menghadiri hanya Papa dari Mas Abi dan juga adik laki lakinya sedangkan Mama dan juga saudari perempuannya enggan menghadiri pesta pernikahannya. Tapi bagi Mas Abi demikian bukan hal yang penting karena Kayla pilihannya maka dia lah yang akan menjalaninya bukan campur tangan siapapun. Setelah pesta pernikahan itu selesai, beberapa hari kemudian aku segera meninggalkan indonesia menuju belanda melanjutkan kuliahku karena ayah tahu Kayla tidak mungkin memimpin perusahaan dan hanya aku satu satunya yang bisa diharapkan Ayah melanjutkan perusahaan. Ayah senang sekali ketika Kayla memutuskan menikah dengan Mas Abi yang juga rekan bisnis Ayah. Kata Ayah mengenai Mas Abi adalah, dia pria yang sangat ulet dan juga jenius mana baik hatinya, puji Ayah selangit pada mantunya itu. Kayla bahagia dengan pernikahannya. Dia mengirim fotonya saat bulan madu bersama Mas Abi. Aku bahagia melihat Kayla bahagia. Lima bulan setelah pernikahannya Kayla hamil. Sebenarnya Dokter melarangnya mempunyai anak terlebih dahulu karena resikonya sangat besar. Tapi dia memaksa, padahal Mas Abi tidak pernah mempermasalahkan masalah anak. Tapi secara diam diam Kayla merahasiakan kehamilannya baik pada keluarga dan juga Mas Abi. Saat itu kayla mengandung Alea, awal dari kesakitan yang ditahannya, dia membuat seolah-olah dia tidak hamil dan beraktivitas seperti biasa sehingga tidak ada yang tahu. Dokter memvonis dia harus menggugurkan kandungannya saat itu tapi Kayla keras kepala, dia kabur dari rumah selama satu bulan lamanya dan ketika ditemukan dia mengancam Mas Abi dan semua keluarga kalau dia akan kabur lagi dan minta cerai dari Mas Abi kalau masih memaksanya menggugurkan kandungannya. Akhirnya semua mengalah dan menjaganya baik baik. Kayla sesekali menelponku mengabarkan keadaannya tapi tidak pernah menyinggung mengenai kehamilannya. Baik Mama atau Ayah juga merahasiakannya dariku. Sampai akhirnya Alea lahir, barulah Mama mengabariku. Aku kembali pulang tetapi hanya sebentar saja karena jadwal kuliah yang sangat padat menuntutku kembali lagi ke Belanda. Setelah Alea lahir Kayla mulai sakit sakitan yang berujung perawatannya yang bolak balik keluar masuk Rumah Sakit. Aku pun pulang menengoknya beberapa kali. Tapi Ayah selalu memaksaku kembali ke belanda jika terlalu lama bersama Kayla, aku mulai enggan pergi. Aku juga sempat beberapa hari menjaga dan menggendong Alea. Anak itu tenang dalam pelukanku. Tahun demi tahun terlewati Sampai pada akhirnya aku menyelesaikan kuliahku tapi Ayah memaksaku mengambil masterku juga. Aku kembali menuruti kemauan Ayah demi perusahaan. Sampai Akhirnya Kayla Kritis dan dirujuk ke Singapura. Saat kritis Ayah mengabariku jika Kayla ingin bertemu denganku. Aku sangat marah pada Ayah dan mama karena terlambat mengabariku. Aku tiba setelah berjam jam dalam penerbangan. Kayla menangis memegang tanganku, akupun menangis meminta padanya agar kuat. "Ra...jjja..ga A..leaku ya,ha..nya kka..mu yang bi..sa mmenggasiihinya..se..per.ti aaa..ku mmencintainya" ucap Kayla dengan suara terputus putus "Kamu jangan bicara lagi, kamu kuat, kita jaga Alea sama sama ya," Ucapku dengan air mata yang terus mengalir. "mmaas...aku pergi ya,mmaafin aku mas". Kayla berpaling pada suaminya yang menggenggam tangannya, Mas Abi menangis tanpa suara. Hanya Air matanya yang terus keluar. Ayah dan Mama juga dipamitinya. Mama menangis hingga lemas. Saat Kayla menghembuskan nafas terakhirnya, Mama pingsan yang dengan sigap ditahan Ayah. Hari itu aku membenci mas abi yang saat itu aku rasakan tidak mendengarkan kata kataku, dia tidak bisa menjaga Kayla. Aku marah dan menyalahkan Mas Abi atas kepergian Kayla. Tapi Ayah menenangkanku bahwa semua sudah ketetapan yang Maha Kuasa. Tapi entah mengapa saat menatap alea kemarahanku menjadi sirna, hatiku menjadi berubah hangat. Aku bertekat bahwa semua harus normal seperti saat kayla masih hidup dan tak boleh ada yang berubah. Alea harus tetap merasakan cinta yang sama seperti halnya saat Kayla masih ada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD