Hari terindah

1331 Words
"Maaf ya Sayang... Papi akan selalu mencurahkan segenap kasih sayang Papi untuk Qiran. Papi harap bisa menebus kesalahan Papi saat Qiran kecil." Ucap Martin meneteskan air mata. "Terima kasih Papi." Ucap Qiran kembali menangis. "Jangan berterima kasih. Qiran membuat Papi semakin merasa bersalah. Karena memang seharusnya Papi memberikan perhatian untuk putri Papi yang cantik ini." Ucap Martin membuat Qiran memeluk ayahnya dengan erat. ??? "Papi... Hiks... Qiran bahagia banget hari ini. Qiran pikir Papi akan marah besar setelah melihat kepulangan Qiran. Ternyata... Hiks... Papi malah merindukan Qiran... Qiran bahagia banget Pi... Hiks..." Tangis Qiran semakin pecah dalam pelukan papinya. Ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. 20 tahun menunggu kehadiran moment ini membuatnya terus kecewa. Tapi akhirnya... Genap 20 tahun kasih sayang yang dia dambakan pun akhirnya datang. "Iya Sayang... Papi juga bahagia... Akhirnya kamu pulang. Papi benar-benar rindu padamu." Ucap Martin berkali-kali mengecup puncak kepala putrinya. Dan hari ini rasa bahagia membuatnya hati Qiran merasa bersalah. Walau sang papi telah mengabaikan dirinya, tapi semua kebutuhan dan keinginannya selalu di penuhi. Sedangkan dia, apa yang sudah dia berikan kepada papinya? Tak ada. Hanya amarah dan berita buruk tentang kenakalannya di sekolah dan di kampus. "Papi... Qiran kan sudah bisa masak." Ucap Qiran membanggakan dirinya. Sungguh dia ingin menyajikan sebuah masakan sederhana untuk sang Papi tercinta. Sebagai ungkapan kasih sayang dan rasa bersalah karena selama ini hanya menjadi anak pembangkang. Tapi hari ini Qiran berjanji dia akan jadi anak terbaik untuk papinya. Mereka harus saling mendukung dalam kondisi apapun. Dan menjalin keluarga harmonis, walau tanpa sosok seorang ibu. "Owh ya..." Ucap Martin berbinar bahagia. Bukan karena baru mengetahui hal ini. Nyatanya dia sudah mencicipi masakan Qiran beberapa kali dari bekal yang dibawa Rayza. Tapi hal yang membuatnya sangat bahagia adalah Qiran mau mengungkapkan hal ini pada dirinya. Biasanya anak gadisnya begitu tertutup padanya. Sungguh dia ingin berterima kasih pada Rayza, calon menantu idamannya. Karena tanpa Rayza mungkin Qiran tak akan pernah berubah. "Papi ga percaya? Kalo Papi ga percaya ayo kita ke dapur. Qiran mau masak buat Papi." Ucap Qiran mengaitkan lengan papinya untuk bergerak ke arah dapur mewah seluas 40 meter persegi. Dapur bernuansa hijau dan emas yang megah. Yang dihuni oleh seorang koki terbaik di Jakarta. "Hai Marcello... Bisa bantu aku siapkan beberapa keperluan?" Ucap Qiran tersenyum sumringah membuat Marcello tertegun beberapa saat. Baru kali ini dia melihat kedekatan hubungan ayah dan anak di hadapannya. Karena biasanya dia hanya bisa melihat perang dunia setiap kali mereka bertemu dan diakhiri dengan kepergian Qiran dari rumah selama berhari-hari. Selalu seperti itu. Entah malaikat mana yang sudah memberikan cahayanya pada kediaman mewah ini hingga dua manusia itu bisa menjalin hubungan yang harmonis seperti ini. "Hei... Marcello kenapa kamu bengong?" Ucap Qiran cemberut. Kemudian dia kembali menggandeng papinya untuk duduk di pantry. "Papi duduk di sini ya?" Ucap Qiran membuat Martin duduk sambil tersenyum bahagia. Sedangkan pria hasil kolaborasi Italia-indonesia itu hanya diam mematung menyaksikan sesuatu yang langka di rumah megah ini. "Marcello kenapa malah bengong?" Ucap Qiran bertanya karena bingung melihat tatapan pria itu yang tampak seperti melihat hal aneh. "Owh... Iya Nona... Nona ingin makan apa? Nanti saya buatkan yang spesial." Ucap Marcello. "Tidak-tidak... Aku hanya ingin memasak jadi... Tolong siapkan cobek, 5 siung bawang merah, 8 siung bawang putih, lada, pala, kemiri dan telur 6 butir." Ucap Qiran membuat Marcello membuka mulutnya tanpa suara karena terlalu terkejut. "Marcello... Cepat siapkan... Aku kan ga tau semuanya kamu simpan di mana. Aku tuh mau masak. Malah bengong." Ucap Qiran mulai mengomel membuat Marcello melonjak cepat mempersiapkan semua yang telah di sebut oleh putri semata wayang seorang pengacara kondang. Sedangkan Martin tertawa melihat interaksi putrinya dan koki rumahnya. Dia sudah menebak, semua penghuni rumah ini pasti akan terkejut melihat perubahan sikap Qiran sekarang. Setelah menyiapkan semua kebutuhan Qiran, Marcello pun berinisiatif untuk mengupas bawang. Tapi hal itu malah membuat Qiran marah. "Marcello... Kenapa kamu malah mengupasnya? Kan tadi aku sudah bilang kalau aku mau masak sendiri. Sudah sana duduk dekat Papi. Kamu diam saja dan nanti kamu harus menilai bagaimana masakan aku." Ucap Qiran kembali mengomel. "Nona yakin?" Ucap Marcello ragu. "Tentu saja. Owh... Apa kau ragu aku bisa memasak? Iya begitu?" Tanya Qiran kesal karena kemampuannya diragukan. Walau dia baru bisa memasak, setidaknya masakan yang dia buat cukup enak dan layak dimakan. Dia pun segera mengikuti keinginan Qiran. Dia tahu persis bagaimana sikap gadis itu. Qiran akan mengucapkan rangkaian kata yang lebih panjang dari gerbong kereta saat dia kesal. "Oke... Oke... Maaf." Ucap Marcello meletakkan pisau dan duduk di samping tuannya. "Permisi Pak... Maaf saya ikut duduk." Ucap Marcello tak enak hati. "Ya..." Ucap Martin dengan senyuman mengembang tanpa mengalihkan pandangannya dari Qiran. Anak gadisnya yang kini sudah menjadi apa yang dia inginkan selama ini. Kesibukan Qiran kali ini menjadi hiburan bagi Martin dan Koki di rumahnya. Bagaimana tidak? Qiran tampak kewalahan saat menghaluskan biji lada. Lada itu berhamburan saat di pukul dengan batu cobek. Tapi gadis itu tampak menikmatinya kesibukannya. Hingga akhirnya setelah 2 jam berlalu. Telur bulat semur ala Qiran pun jadi. Mungkin jika seorang yang ahli atau ibu rumah tangga yang biasa memasak tak akan membutuhkan waktu 2 jam untuk membuat itu. Tapi ini Qiran. Dengan segala kehebohannya dia berhasil memasak semur telur dalam 2 jam. "Taraaaaa... Sudah jadi... Ini pasti enak. Coba deh." Ucap Qiran bangga. Bagaimana tidak. Penampilan telur rebus ciptaannya jauh lebih baik dari yang tadi pagi. Dia merasa Handphone pemberian Rayza lumayan berguna karena dia sempat browsing bagaimana caranya membuat telur rebus yang mulus saat dikupas dari cangkangnya. Sedangkan Martin menatap telur itu tak percaya. Penampilannya jauh lebih baik dari yang tadi pagi dia makan dari bekal Rayza. Martin tak menyangka putrinya belajar begitu cepat. "Ayo dong Papi dimakan. Masa cuma diliatin aja." Ucap Qiran manja. Qiran pun segera menyendok kan telur ke dalam piring. Satu piring untuk Martin dan yang satunya lagi untuk Marcello. "Ini buat Papi. Cobain dulu. Enak atau ga?" Ucap Qiran berbinar bahagia. Martin pun menyendok kan telur itu ke mulutnya. Sungguh perpaduan rasa pedas, asin dan manis yang jauh lebih baik dari yang dia makan tadi pagi. "Ini lezat. Sangat lezat karena tercipta dari tangan mungil anak Papi..." Ucap Martin meraih tangan Qiran untuk dia kecup. Martin sangat terharu. "Terima kasih Papi." Ucap Qiran meneteskan air mata. Sungguh pemandangan yang haru bagi Marcello. "Kamu ga usah cuma nonton deh. Cepat cobain masakan aku. Enak apa ga?" Ucap Qiran kembali menjadi singa betina. Hal itu sukses membuat koki pribadi keluarga itu melahap semur telur buatannya. "Qiran... Tolong sedikit rubah sikap bar-bar mu ya Nak." Ucap Martin lembut membuat Qiran semakin terisak. "HUAAA... Hiks... Hiks... Papi... Qiran bahagia banget. Papi bisa lembut negur Qiran. Qiran janji akan jadi anak baik buat Papi... Hiks... Hiks..." Tangis Qiran semakin pecah. "Cup... Cup... Cup... Sudah jangan buat Papi merasa bersalah terus..." Ucap Martin bersedih. Tapi Qiran mengabaikan ucapannya. Dia lebih tertarik dengan penilaian Marcello tentang masakannya. "Marcello bagaimana masakannya? Enak?" Tanya Qiran. "Ini enak... Sangat enak untuk pemula seperti Nona Qiran." Ucap Marcello mengacungkan jempol. Qiran pun melompat bahagia. "Oke kalau begitu aku punya tugas untuk mu. Ajari aku masak. Tenang saja kalaupun aku bisa masak. Kau tak akan kehilangan pekerjaan mu." Ucap Qiran sok bijak. Hal itu membuat Martin tersenyum bangga pada putrinya. Dia pun berdiri dan mengacak surai lembut di puncak kepala putrinya. "Aaah.... Papi... Nanti rambut aku kusut." Ucap Qiran tertawa bersama sang Papi. Tapi keintiman mereka harus berakhir saat mendengar suara bel pintu. TING NONG... TING NONG... "Wah ada tamu." Ucap Qiran. "Sepertinya tamu Papi sudah datang." Ucap Martin hendak bergerak ke arah pintu utama rumah mewah itu. "Biar Qiran yang buka. Nanti akan Qiran ajak makan telur ini." Ucap Qiran berbinar bahagia. Tapi selanjutnya dia menatap Marcello tajam membuat pria itu tersedak. "Masakan aku beneran enak kan? Ga bohong kan?" Ucap Qiran mengintimidasi. "Super." Ucap Marcello menyandingkan dua jari kepada Qiran. Qiran pun berlari sambil bernyanyi untuk segera membuka pintu. Dan baru saja pintu itu terbuka. Nafasnya langsung tersendat saat menatap pria yang ada di hadapannya. "Assalamualaikum..." Ucap pria itu lembut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD