4. Bertemu Adam

1009 Words
"Assalamualaikum!" Suara seorang pria terdengar memasuki rumah singgah. "Walaikumsalam." Semua kompak menjawab. "Nah, itu si Adam." Pria bertubuh tegap dengan postur tinggi sekitar 180 cm itu datang seraya menundukkan kepalanya. Pintu rumah singgah itu tak lebih tinggi dari ukuran postur tubuhnya. Amanda menatap wajah tampan pria itu penuh kekaguman. Sosok lelaki yang baru pertama kali dia lihat itu benar-benar membuatnya takjub. "Dia siapa, Mel?" tanya Adam saat melihat Amanda. "Oh, ini Kak Amanda, dia baru di sini mau belajar calistung," sahut Mella. "Serius?" Adam sampai mengernyitkan dahinya. "Memangnya aku nggak boleh belajar di sini? Aku ketuaan, ya?" Amanda buka suara seraya melayangkan senyum hangat. Senyum yang sebenarnya membuat Adam terpesona kala melihatnya. "Kedip kali, inget sama pacarnya, Kak," bisik Mella yang bersuara dari arah belakang Adam menggoda pria itu. "Ya aku kedip lah masa nggak, kalau nggak kedip nanti mati dong aku," sahut Adam mencibir Mella yang langsung mengikik. Sadar Amanda sedang dibicarakan, gadis itu buru-buru memperkenalkan diri. "Halo, namaku Amanda," ucap gadis itu seraya mengulurkan tangannya pada Adam. "Halo, namaku Adam." Pemuda itu membalas uluran tangan si gadis dengan menjabatnya. "Mbak Mira mana ya, kok nggak keliatan?" tanya Adam. "Tadi dapat telepon dari seseorang. Apa mau aku panggil, sekalian aku mau ke kamar mandi dulu?" tanya Amanda menawarkan. "Boleh deh, aku ada perlu sama Mbak Mira soalnya," ucap Adam. "Ada perlu apa, Kak?" tanya Mella penuh raut wajah penasaran. "Kepo banget sih kamu!" sahut Adam. "Aku ke belakang dulu," ucap Amanda lalu melangkah menuju toilet dalam rumah Mbak Mira. Amanda melihat Mira yang tampak kacau seraya mondar-mandir seraya marah-marah dari ponselnya. "Mbak Mira, maafkan saya, saya mau izin ke toilet," ucap Amanda. "Oh, dari pintu belakang itu kamu belok kiri, toiletnya ada di luar," sahut Mira seraya menunjukkan arah dengan tangannya. "Makasih, Mbak. Oh iya tadi dicari sama Mas Adam," ucap Amanda yang mengatakan kalau Adam sedang mencari Mbak Mira. "Iya, nanti saya temui Adam," sahut Mira. Amanda lalu melangkah menuju ke toilet. Sesampainya di sana, toilet itu tampak gelap dan sempat membuatnya merinding. Namun, Amanda akhirnya memberanikan diri pergi ke kamar mandi itu dan membuka pintu yang tak terkunci itu. Hawa dingin menusuk tengkuk Amanda membuat bulu kuduknya meremang dan saat dia menoleh sudah dilihatnya perempuan berambut panjang mengenakan dress biru navy selutut dengan panjang lengan sesiku sedang menunduk. "Permisi, Mbak," ucap Amanda yang mencoba menyapa meski agak takut lalu perempuan itu mengangkat wajahnya yang penuh darah, ada sayatan benda tajam yang lukanya terkuak di pipinya penuh dengan belatung merah dengan mata tajam merah meneteskan darah serta senyum menyeringai tersungging di bibirnya bau anyir darah makin menyengat tercium. "Astagfirullah," ucap Amanda tak berani melihat. Kedua kaki rampingnya terasa lemas dan hampir hilang kesadaran. Akan tetapi, dia mencoba untuk bertahan dengan mata yang masih menutup ketakutan "To- to- tolong, kalau kamu bukan manusia, tampilkan wajah cantikmu saja soalnya saya belum siap melihat kamu yang seperti itu, " ucap Amanda perlahan. Perempuan itu malah tertawa terkikik lalu akhirnya dia pun menghilang. Amanda menarik napas panjang mencoba menstabilkan irama jantungnya yang berdegup kencang ketakutan. Gadis itu lalu melanjutkan buang air kecil secara terburu-buru. * Setelah Amanda keluar dari kamar mandi, dia tak sengaja menabrak Adam yang hadir tiba-tiba mengejutkannya. "Kamu kenapa?" tanya Adam yang tak sengaja tertabrak oleh Amanda. "Eng-enggak, Mas, aku hanya …." "Panggil Adam aja nggak usah pakai Mas!" pinta Adam. Amanda tersenyum mengiyakan. Sore itu sebelum pulang dari kelas membaca, Adam meminta semua anak-anak untuk berkumpul karena hendak membicarakan sesuatu. "Baiklah karena minggu depan adalah ulang tahun Kak Adam, bagaimana kalau kita mengadakan liburan?" tanya Adam. "Wah ide yang bagus tuh, Kak, kira-kira kemana ya liburannya?" tanya Mella. "Ada yang punya ide?" tanya Adam. "Ke Villa aja, Kak, yang ada pemandian air panas, ada arung jeram, ada banyak makanan terus –" "Ehm ehm," sela Mella menyadarkan Nadia si gadis berusia 12 tahun dengan semua kemauannya itu. "Boleh juga, sih, ide yang bagus. Kakak punya villa tempat nenek di daerah Desa Wangi. Nah, aku serahkan persiapan sama kamu dan Amanda ya, Mel?" "Oke siap, asal uangnya lancar aja," jawab Mella. Gadis itu paham betul bagaimana cara memanfaatkan Adam. Anak seorang dokter ternama dan juga pengusaha distro yang merek dagangnya cukup terkenal di kalangan anak muda. "Beres itu, mah!" Adam melayangkan senyum manisnya. Entah kenapa hati Amanda menjadi tak karuan. Jantungnya seolah berdegup kencang memberontak ingin keluar dari rongga dadaanya. * Seminggu kemudian, rombongan rumah singgah Taman Aksara milik Mbak Mira itu akhirnya pergi berlibur ke villa di daerah Desa Wangi. Nenek Ratih juga diperbolehkan ikut oleh Adam. Sepanjang jalan Amanda mencoba menutup matanya karena tak mau melihat sekitar jalanan meskipun Mella dan sang nenek berkata pemandangannya sangat indah. Amanda malah merasa takut jika nantinya banyak menemukan penampakan mengerikan sepanjang jalan. "Kamu kenapa, Amanda? Dari tadi kenapa tidur terus, sih?" tanya Nenek Ratih. "Aku takut, Nek, aku takut ada sesuatu yang berkeliaran di luaran sana," ucap Amanda. Tirai di jendela mini bus itu pun dia tutup agar menghalangi pandangannya. Nenek Ratih hanya bisa melenguh dan menghela napas panjang. Sesampainya mereka di villa benar saja apa yang dia pikirkan terjadi. Dirinya sudah disambut dengan penampakan pria besar seperti gorila bersandar di pohon kelapa. Ada juga para tuyul cilik yang berlarian ke sana ke mari. "Please, tampakan diri kalian yang cakep-cakep ya jangan yang serem-serem," gumam Amanda. "Kita akan buat acara apa di sini?" tanya Mbak Mira. "Seru-seruan, Mbak, pokoknya acara bebas. Nah, nanti malam baru kita ngobrol-ngobrol sekalian acara pemberian kado. Eh, katanya Kak Adam mau kasih doorprize." "Ada doorprize?" tanya Mbak Mira. "Iya dong, ada Mbak, hadiah khusus buat anak-anak," sahut Adam yang tak sengaja mendengar pembicaraan Mella dan Mbak Mira. "Aku nggak boleh ikutan, ya?" tanya Amanda. "Boleh, boleh ikut kok. Semuanya boleh ikut," sahut Adam menepuk bahu Amanda lalu pergi menuju para anak-anak yang dia bawa menggunakan mobil mini bus. "Mel, aku mau ke kamar mandi, ya?" pinta Amanda. Amanda menuju ke arah toilet dalam vila yang terletak di sudut kiri sebelah dapur. "Ehmm perasaan ku kenapa jadi nggak enak begini ya?" gumam Amanda. Gadis itu langsung merasakan kegelisahan yang bercampur dengan ketakutan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD