Prolog

487 Words
Jujur saja, ada banyak kejadian aneh yang sering menimpa hidup setiap manusia yang hidup di bumi yang sudah semakin tua ini. Tidak semua kejadian yang terjadi di dunia kadang bisa masuk di akal. Salah satu contohnya adalah peristiwa yang berbau mistis, yang masih cukup banyak di percaya oleh masyarakat di beberapa negara. Oke, aku bukan ingin menceritakan tentang kejadian-kejadian mistis yang sering terjadi di kehidupan. Ini tentang diriku. Aku menatap diriku lewat cermin panjang. Jelas-jelas orang di pantulan tersebut adalah diriku. Namun ada yang berbeda. Rambut pirang gelapku menjadi sepunggung. Aku seharusnya memiliki rambut sebahu. Bentuk tubuhku terlihat sedikit berbeda. Seperti bentuk tubuh seorang wanita di pertengahan umur. Sama halnya dengan wajahku. Sepertinya wajahku ini telah melalui banyak perawatan. Dan kalau aku boleh jujur, aku terlihat lebih cantik sekarang. Itu adalah beberapa hal yang terlihat berbeda pada diriku sekarang. Terkejut? Ya! Tentu saja. Aku sangat terkejut!       Seharusnya aku masih seorang gadis remaja berumur tujuh belas tahun. Tapi yang kulihat di pantulan cermin adalah diriku yang terlihat seperti berumur tiga puluhan. Aku bahkan tidak berada di kamarku sendiri. Ini adalah kamar asing yang dikelilingi oleh barang-barang yang tak pernah kulihat sebelumnya. Aku sempat melihat ponsel asing yang diletakkan di nakas. Kuambil ponsel tersebut dan kulihat tanggal di layarnya. Aku terkejut dan melempar ponselnya seolah-olah aku baru saja melihat foto penampakan hantu di dalamnya. Lima belas tahun telah berlalu. Aku tak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin lima belas tahun telah kulewati terasa seperti memejamkan mata selama lima belas menit? Aku yakin ini mimpi karena sebelumnya aku tidur. Tapi seberapa banyak pun aku memukul dan mencubit diriku sendiri, rasa sakitnya terasa begitu nyata dan aku masih berdiri di dalam kamar asing ini. ‘Aku dimana?’ itu adalah hal pertama yang kupikirkan. Tentu aku juga ingin tahu bagaimana aku bisa kehilangan tubuh remajaku dan berganti menjadi wanita dewasa ini. Ini seperti aku baru saja menjelajah waktu ke masa depan melalui tidur. Aku pun tak ingin menghiraukan bau kopi yang terus mengusik hidungku semenjak aku membuka mata di tubuh ini. Ini pasti dia. Orang yang menjadi pasanganku disini. Apa mungkin itu Ian? Aku berjalan keluar kamar dan mengikuti bau kopi itu berasal yang ternyata mengarahkanku ke dapur. Sesampainya disana, aku melihat seorang pria yang duduk di meja konter dengan secangkir kopi yang di genggamnya. Dia sedang menatap ke jendela kaca di sampingnya sehingga membuatku tak bisa melihat rupanya. Namun begitu kepala itu menoleh ke tempatku berdiri sekarang, aku mematung. Dia tersenyum, namun aku ketakutan. “Oh! Kau sudah bangun. Mau kubuatkan kopi, Sayang?” tanyanya. “Kau siapa?” tanyaku. “Apa maksudmu?” tanyanya balik. Kukira pria itu adalah Ian, pacarku di masaku. Dan aku akan selalu bersamanya bahkan sampai di masa depan. Itu pikirku. “Aku kan suamimu,” katanya mantap. Pria berambut hitam dan bermata abu-abu yang mengaku sebagai suamiku itu adalah seorang pria asing yang tidak kukenal sama sekali. Namun kini aku harus menjalani kehidupan sehari-hariku bersamanya, sebagai istrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD