Bab. 2 - I Know You

1227 Words
"Ini yang Anda minta kemarin, Pak." Zayn menerima sebuah map berisi dokumen penting dari tangan Rick. Sang asisten berdiri tegap tak bergeming dari tempat, sebelum Zayn menyuruhnya pergi. Minimal Rick harus yakin bahwa tugas yang dibebankan padanya, selesai dengan baik dan benar. "Hanya ada seorang gadis bertahi lalat di pipi kanan, yang lusa malam mengunjungi Zaraya Butik, Pak." Rick mulai menjelaskan. Sementara Zayn masih asik membaca biodata seseorang di atas lampiran kertas tersebut. Ada beberapa foto terpampang dengan senyum cantik menghias di sana. Agaknya pria tampan ini, mulai menyukai garis senyum yang ia pandangi. Untuk sekejap Zayn seperti memutar waktu. Ada hal yang membawanya tanpa sadar mengulang waktu lampau dalam memorinya. Hati Zayn melumer, merasakan kehangatan dari senyum Jasmine. "Namanya Jasmine Narrena. Umur 27 tahun. Nona Jasmine tinggal di apartemen dekat pusat kota. Dari info yang saya terima, Nona Jasmine adalah teman dekat dari pemilik butik Zaraya. Nona Jasmine juga sering menjadi model pengganti untuk katalog di butik Zaraya. Maaf sebelumnya, tapi Nona Jasmine masih memiliki kekasih, dan sepertinya Anda cukup mengenalnya." Rick menghentikan laporan, bersamaan dengan Zayn menutup kasar map dan membanting kilat ke atas meja. "Skay Hazelt?" Rick mengangguk mantap. "CEO Hazelt Company?" "Ya Pak," jawabnya yakin. Ia membenarkan tiap informasi yang berhasil didapat dari sumber-sumber terbaik dan terpercaya. Bukan hal sulit menemukan koneksi dengan imbalan uang, di jaman serba maju sekarang. Rick adalah salah satu tangan kanan Zayn, yang tak pernah memberi laporan palsu apalagi keliru. Zayn bukanlah pria murah hati yang bisa memberi kesempatan kedua, pada orang yang berani mengecewakannya. Itu sebabnya Rick selalu hati-hati menerima tugas dari Zayn. Zayn tampak menimang. Satu tangan menggaruk pelan dagu, tanda ia memikirkan sebuah rencana. "Kapan jadwal pertemuan kita dengan Hazelt?" "Besok siang, Pak." "Ah ... coret perusahaan mereka dari daftar pertemuan besok." "Baik, Pak." Rick tak melanjutkan pertanyaan, ia tahu pasti ada sesuatu dalam pikiran atasannya. Ia hanya perlu menunggu perintah selanjutnya, untuk tahu ada apa nanti. "Lanjutkan pekerjaanmu." Rick undur diri usai membungkuk setengah badan dan mengatakan permisi. Di luar ruangan serba putih, Janne sudah menunggu penasaran. Setengah jam lalu ia menemui Rick untuk mengajak makan siang. Ia menemukan dokumen tentang Jasmine di atas meja kerja Rick. Pria tinggi berwajah maskulin itu sudah lama akrab dengan Janne. Hanya saja mereka akan bersikap formal bila di hadapan Zayn. Rick hampir terjengkal ketika Janne menarik tangannya, dan mengajaknya masuk ke ruang kerja. "Siapa Jasmine Narrena? Apa Zayn punya kekasih? Atau wanita itu membuat masalah dengannya? Tidak masuk akal kalau Zayn menyuruhmu mencari informasi tentang seorang gadis," seloroh Janne menekan Rick dengan esensi dugaannya. Bagaimanapun juga Janne tahu betul karakter kakaknya. "Untuk apa juga kau ingin tahu," balas Rick tak ingin terlibat lebih jauh dengan obrolan ini. Menghadapi kecerewetan dan pertanyaan beruntun Janne sungguh menyebalkan baginya. Perempuan 26 tahun itu cukup detail dalam menggali informasi yang ia ingin ketahui. Dan Rick tak punya banyak waktu sekedar meladeni rasa penasaran tingkat tinggi Janne. "Oh, ayolah Rick. Beritahu aku siapa Jasmine Narrena? Atau kau lebih suka aku mencari Jasmine secara langsung?" ancam Janne tidak main-main. Rick menghela napas panjang, duduk di sebelah Janne. "Aku hanya ditugaskan mencari informasi tentangnya." "Maksudmu, kau bahkan belum tau motif Zayn menyuruhmu? Kebiasaanmu buruk sekali. Berapa kali harus kunasehati, gali persoalan dulu baru bertindak. Bodoh." Cibiran Janne hanya ditanggapi dengan dua bahu terangkat, acuh tak acuh. Rick tak lagi menggubris rasa ingin tahu Janne. Ia fokus pada layar laptop. Melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. "Aku punya firasat aneh mendengar namanya," gumam Janne seolah familiar. ==***== "Kay, aku sudah pesan tiket perjalanan liburan kita minggu depan. Hanya saja belum menemukan penginapan yang sesuai." Jasmine sibuk menekan papan keyboard di laptop. Mencari-cari rekomendasi penginapan dekat pantai Hiddensse. Ia baru sadar kekasihnya tak mendengarkan ulasannya. Ketika mendongak mendapati Kay bertelepon ria entah dengan siapa. Jasmine bangun menghampiri Kay yang masih berdiri mondar-mandir dekat jendela kaca besar. Tirai di sisi kanan dan kiri tersibak angin, akibat pintu kaca sedikit terbuka. Jasmine memeluk Kay dari belakang. Sayangnya suasana hati Kay mungkin sedang kurang baik. Pria itu melepas rengkuhan Jasmine, dan kembali melanjutkan perbincangan serius di ponsel. "Bisnis!" kesal Jasmine menahan diri. Sudah hal biasa ia selalu diabaikan, dan kalah oleh kesibukan Kay. "Kita batalkan rencana perjalanan minggu depan!" tukas Kay lugas penuh penekanan. "What! Really? Kay!" "Baby, I'm so sorry. Ada masalah dengan pekerjaan. Ini penting bagiku. Kerjasama dengan Dastton adalah target utamaku tahun ini. Please, mengertilah... begitu semua beres, kita pasti jalan-jalan bersama. Kau setuju?" rayu Kay menarik pinggang kekasihnya mendekat. Bibir Kay mencari bibir Jasmine. Gadis itu telah menelan kecewa dalam hatinya. Ia mengalihkan pandangan, melepas lengan Kay dan berbalik pergi setelah merapikan laptop. "Jess!" Kay ingin mengejar, namun suara dering ponsel mengganggu dan mengurungkan niatnya. Sebuah nama tertera jelas di layar ponsel. Ia seperti dapat angin segar. Buru-buru ia mengangkat. "Halo, Janne." ==***== Jasmine kembali ke tempat kerja dengan tapak berat. Semangatnya lumayan tersapu habis hanya karna satu hal yang ia benci. Pembatalan sepihak. Sudah sejak dua bulan lalu mereka merencanakan liburan bersama. Bahkan tiket sudah terpesan. Lalu mendadak semua berubah begitu mudahnya. Kesal batin Jasmine memikirkan Kay. Lelah selalu mengalah. Sampai di kantornya, Jasmine tak seperti biasa. Sapaan petugas keamaan di depan ia abaikan. Tapak sepatunya melesat cepat berlalu begitu saja. Ekspresi wajahnya benar-benar dirundung mendung kelabu. "Jess, tunggu?" panggil seseorang di balik meja resepsionis, membuyarkan pening di kepala Jasmine. "Ada titipan bunga, kue, dan surat untukmu." Sharon menyodorkan semua hadiah pada Jasmine yang kebingungan. "Untukku? Dari siapa?" Tentunya bukan dari Kay. Karna ia tahu seperti apa Kay memperlakukannya. Kay tau Jasmine tidak begitu menyukai hal-hal romantis berlebihan. Ia lebih suka kekasihnya ada di dekatnya. Daripada perwakilan bermacam hadiah memenuhi ruangannya. -Mulai sekarang kau akan menyukainya. Mungkin besok atau lusa, kau akan menyukai pengirimnya.- ~Pria yang kau cium~ Retina Jasmine membulat kaget. Mungkin jantungnya sekarang sedang berusaha memompa lebih keras. Rasanya lututnya ngilu lemas. Kejadian yang tak diharapkan justru menghampiri di waktu tak tepat. Kacau. Sharon mengamati perubahan mimik wajah Jasmine. Ia bertanya dengan bingung, "Ada apa, Jess?" "Tidak apa-apa. Terimakasih." Jasmine lekas melangkah terburu-buru. Berjalan menginjak sepuluh tangga menuju lantai dua, tempat ruangannya bekerja. Kantor Ini adalah salah satu perusahaan properti dan desain interior milik Kay. Sesampai di ruangan kerja, Jasmine melempar bunga asal ke sofa. Meletakkan kue di atas meja, dan meremas surat. Lalu membuang remukan kertas tersebut ke tempat sampah di sebelah meja kerja. "Bagaimana dia bisa tahu! Untuk apa dia sampai begini! Oh God, please help me ..." bibirnya merutuk pun berdo'a harap-harap cemas. Baru saja ia sandarkan punggung di kursi, ponselnya berbunyi nyaring mengisi senyap ruangan. Ada sebuah nomor tanpa nama tertera. Kening Jasmine mengerut sejenak, jemari telunjuknya menggeser ikon hijau. Tanda terima panggilan masuk. Ia agak gusar. "Ya, halo dengan siapa?" "Sudah terima hadiah dariku, Nona?" Suara di seberang panggilan terdengar berat menggoda, sekaligus membuat Jasmine cemas bukan kepalang. Seakan ada banyak kunang-kunang terbang, mengitar di atas kepala Jasmine. "Kau? Kenapa menggangguku! Sungguh aku tak ada niat sedikitpun menggodamu, Tuan. Jadi tolong jangan salah paham," tegas Jasmine. "Emh ... mungkin aku yang punya niat kuat untuk menggodamu, Nona Jasmine Narrena." Ponsel Jasmin terjatuh tanpa sengaja. Hanya terdengar bunyi -brak- di lantai. Ia tak menyangka secepat kilat sang pria tak dikenal tahu nama lengkapnya. Tahu tempat kerjanya, bahkan tahu hal tak disukainya. Serasa ada lemparan jarum mengenai dirinya. Jasmine merinding. Zayn tersenyum puas. Bertemu Jasmine memberi hal baru dalam hatinya. Rasa penasaran dan kegundahan. =======☆Sweet Desire-tbc☆=======
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD